Mohon tunggu...
Addin Juswil
Addin Juswil Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa S1 Ilmu Politik, menyukai menulis dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelajaran dari Lee Kuan Yew

31 Maret 2015   10:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tuhan, terimakasih kau kembali beri aku ilmu luar biasa hari ini. Sekali lagi aku berterimakasih Tuhan, dan aku teramat sangat bersyukur untuk segala apa yang terjadi di hidupku hari ini.

Tuhan, aku benar benar yakin, tangan-Mu dan kuasa-Mu selalu ada untuk memberi pendidikan terbaik untukku, seperti saat ini, ditengah duka negri tetangga,kudapat satu hal baru yang percaya tidak percaya terus menginspirasi dan kemudian menjadi sebuah mimpi.

Lee Kuan Yew, seorang pemimpin yang baru aku ketahui ketika ia telah tiada di muka bumi. Lee Kuan Yew seorang pemimpin bertangan dingin yang luar biasa dimata rakyatnya. Salah satu pemimpin Asia yang tangguh kemudian berhasil bukan hanya menciptakan fondasi dan sendi sendi kehidupan bangsanya, tapi juga berhasil menciptakan regenerasi masyarakat masyarakat tangguh Singapura.

Sebelumnya aku tak pernah tau sosoknya, tak pernah tau bagaimana riwayatnya, hanya saja kini aku tau, bagaimana ia begitu dicintai oleh rakyatnya hingga akhir hayatnya. Ia disanjung bahkan dihormati hingga masa masa terakhir ia hidup di dunia. Semua rakyatnya berduka ketika sang pemimping tiada.

Tuhan, kini aku belajar,

Jadilah negarawan bukan politisi, yang mencintai negri dengan sepenuh hati bukan yang mencari kekuasan dengan mengumbar cinta semu.

Jadilah seorang negarawan, bukan birokrat yang membangun negri dengan mendekatkan diri pada rakyat, mengayomi rakyat dengan hati, bukan dengan membuat sistem sulit yang justru hanya membuat rakyat kebingungan.

Tuhan, terimakasih kau beri aku sebuah pandangan baru tentang hidup

Bagaimana aku harus membangun negri ini dengan cinta bukan hanya dengan keringat apalagi dengan darah.

Bagaimana cinta pada negri tak mesti dipamrih dengan dukungan massa, melainkan cinta dengan sejuta ketulusan hingga membuka hati yang tadinya cinta semakin cinta, membuka hati yang tadinya biasa saja jadi cinta, bahkan mengetuk hati yang tadinya benci kemudian menjadi melirik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun