Mohon tunggu...
addin negara
addin negara Mohon Tunggu... swasta -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merencanakan Pendidikan, Perlu Asuransikah?

14 Agustus 2016   21:02 Diperbarui: 15 Agustus 2016   08:33 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memandang wajah si buah hati tentu saja sangat-sangat-sangat berbeda dengan memandang wajah suami, seganteng apa pun dia. Meskipun si buah hati berwajah mirip ayahnya, tetap saja beda. Ada rasa yang tak saya dapatkan dari wajah suami. Memandang wajah anak-anak adalah memandang wajah saya bertahun-tahun yang akan datang. Mereka adalah masa depan bagi diri mereka dan juga diri saya. Maka, saya tak bisa hanya terlena saja memandangi wajah-wajah imut itu. Memiliki mereka berarti memandang jauh ke depan.

Membayangkan masa depan berarti menyiapkan perjalanan panjang. Butuh bekal ini dan itu. Butuh rencana matang. Dan sebagainya-sebagainya, banyak! Dirinci satu per satu? Ah, tidak perlu. Itu akan membuat artikel ini jadi membosankan :D Satu atau dua hal saja yang akan jadi fokus.

Pendidikan

Ingatlah bahwa kita sebenarnya sedang membangun kekuatan anak bangsa. Pendidikan adalah fondasi utamanya. Saya (semua orang tua pastinya) tak bisa main-main dalam merencanakan pendidikan untuk anak. Dari: kapan anak akan masuk sekolah? Sekolah yang seperti apa? Swasta? Negeri? International? Juga: budgetnya gimana? Nah, pertanyaan-pertanyaan ini pasti muncul, lalu mengerucut di pertanyaan akhir.

Budget untuk sekolah beragam. Ada yang tanpa SPP bulanan, ada juga yang SPP bulanannya jutaan! Tergantung fasilitas yang disediakan. Sebenarnya, ada banyak beasiswa ditawarkan. Tapi dengan catatan, si anak mampu bersaing, lho!

Tanpa meremehkan kemampuan anak, lebih baik sedia payung sebelum hujan, deh. Saya percaya, setiap pengorbanan akan berbuah manis nantinya. Apalagi, berkorban demi anak. Nah, ayo siapkan “payung”!

Tabungan

Perlu banget! Yang ini juga semua orang tua sudah pasti memikirkan. Menyisihkan gaji bulanan sudah pasti dilakukan. Iya, nanti di saat dibutuhkan tinggal tarik dari ATM. Selesai deh! Tapi buat saya belum :D

Asuransi


Saya butuh juga yang satu ini. Buat saya, ATM terlalu menggoda. Boks ATM di mana-mana, begitu juga barang diskonan. Apalagi kalau tidak disiplin menyisihkan gaji, bisa habis tabungan. Karena itu saya perlu dipaksa via asuransi.

Sementara masih banyak yang takut akan tagihan asuransi, saya malah merasa perlu ditagih-tagih! Maksudnya, saya perlu ditagih untuk menyisihkan dana pendidikan anak. Asuransi memang lebih ketat dari tabungan.

Menabung bisa sesuka hati, kapan pun. Begitu juga ambilnya.

Asuransi tidak. Ada premi (setoran tetap, bisa juga berubah, tergantung pilihan) yang mesti dibayar di waktu yang ditentukan. Klaimnya (ambil uangnya) juga bisa didapat di waktu tertentu juga.

Sepintas tidak enak, ya? Namun, saya malah terbantu. Di saat pendaftaran sekolah, ada dana yang sudah tersedia sehingga saya tak terlalu pusing untuk membayar. Apalagi sekolah anak saya memang di swasta.

Pengambilan klaim yang tidak bisa sewaktu-waktu ini yang bagi saya malah menolong. Mencegah saya mengambil di saat yang tidak diperlukan. Hanya diambil di saat pendaftaran sekolah.

Asuransi juga menyediakan dana kesehatan. Saya belum pernah memanfaatkan. Tapi, ini tentu positif. Semua orang tua tak pernah mengharapkan anaknya sakit, tapi kalau sudah terjadi, harus segera bertindak.

Selain pendidikan, nomor dua adalah kesehatan

Iya, kalau anak sakit, gimana mau sekolah? Sakit-sakit ringan sih nggak masalah, kalau berat? Sekalipun tak mengharapkan, lagi-lagi, orang tua tetap saja kudu sedia payung. Nah, biasanya asuransi pendidikan disertai asuransi kesehatan juga. Lepas satu kekhawatiran.

Saatnya fokus pada anak

Setelah perbekalan lengkap, kita tinggal berangkat. Kita tinggal menjalani dan memantau perkembangan anak. Kita bisa memilih sekolah yang sesuai dengan anak. Ketika beban fianansial tidak lagi jadi kendala, begitu pun kesehatan, anak bisa belajar dengan semangat. Orang tua dan guru pun membimbing dengan tenang.

Cita-cita anak adalah kekuatan bangsa. Ingin jadi apa? Biarlah anak-anak berimajinasi sendiri. Biarlah mereka bermimpi. Sebagai orang tua, marilah kita mendukung dan memfasilitasi. Kita persiapkan mereka sebaik-baiknya!

Fb: Addin Negara

Twitter: @addin_negara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun