Mohon tunggu...
addin negara
addin negara Mohon Tunggu... swasta -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senyum di Hari Pertama Sekolah

31 Juli 2016   15:36 Diperbarui: 31 Juli 2016   15:45 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, hari pertama sekolah akan tetap lekat dalam ingatan. Pertama menjadikan kata setelahnya terasa spesial kan?! Nah, itulah. Jika dulu saya yang menghadapi hari pertama sebagai murid, sekarang saya hadapi hari itu sebagai orang tua.

Tentu saja saya tak pernah tahu apa yang sebenarnya dirasakan Kakak. Saya hanya bisa menduga dari senyum dan keceriannya sepulang sekolah. Saya lega karena Kakak menyukainya. Setidaknya, itu yang saya lihat. Selanjutnya, saya pikir tak perlu memusingkannya. Fokus saja pada masa-masa sekolah anak supaya kesan pertama yang sudah menyenangkan itu tetap bertahan.

Ada hal-hal yang saya catat dalam hati:

Tergantung pikiran

Akan jadi apa dan seperti apa hari bersejarah itu? Apakah panik? Ya, saya panik juga. Kepanikan kita bisa jadi menjelma ke sikap. Sayangnya, itu bisa menular ke anak. Kasihan dong. Daripada panik, pikirkan saja hal-hal menyenangkan. Misal: anak akan mendapat kawan baru, guru baru, lagu baru, dan aktivitas baru, atau menu baru saat makan siang :D Rasa deg-degan yang ada di hati sebaiknya ditekan dalam-dalam, keluarkan jadi senyuman, meskipun palsu.

Persiapan yang baik

Berkutat dengan satu toddler dan satu baby bukan hal mudah, ditambah dua-duanya aktif semua. Si Adek bahkan senang begadang dan bermain. Untuk hari spesial Kakak, setelah atribut perang (seragam sampai menu sarapan) lengkap, saya pasrahkan si Adek ke Ayah (hahahah....) maksudnya, ayah dan bunda juga perlu kerja sama, dong! Ayah juga mesti mendukung hari pertama sekolah Kakak.

Percaya pada anak

Hari ini harus jadi hari yang berkesan. Kesan pertama memang menentukan. Kakak anaknya agak moody. Jadi menjaga mood-nya supaya tetap semangat sangat penting. Satu lagi, rasa penasaran. Kayak apa sekolah baruku? Teman-temanku? Guruku? Menyiapkan hal yang mengasyikkan seperti bekal sepesial ke sekolah juga membuat Kakak jadi tak sabar untuk ke sekoah.

Percaya pada guru

Guru memang dilatih untuk menghadapi siswa dari yang kalem sampai yang ceriwis, yang bandel sampai yang penurut. Mereka malah lebih terampil ketimbang saya, orang tuanya. Saya lepas Kakak di kelas. Bersamaan dengan itu, saya lepas pula kekhawatiran. Ada Bu Guru yang menemani. Ini lebih menenangkan ketimbang mengharuskan diri menjadi patung penjaga di luar kelas. Guru juga akan lebih senang ketika para orang tua percaya pada kemampuan mereka mengasuh anak.

Nah, sepertinya itu saja catatan saya. Gimana para mama yang lain?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun