Berbulan bulan lamanya kita dihadapkan dengan situasi yang memaksa kita untuk terus berada dirumah. Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona yang bisa menular melalui perantara manusia ke manusia.Â
Peraturan ini sudah digaungkan sejak sekitaran awal tahun 2020 oleh World Health Organization atau WHO. Semenjak peraturan tersebut diumumkan, semua negara di seluruh dunia juga diharuskan untuk menaati aturan dari WHO tersebut termasuk negara kita Indonesia.Â
Pemerintah Indonesia yang terkesan gagap dalam mengatasi pandemi ini menyebabkan sebagian besar masyarakat Indonesia menyepelekan, mengabaikan, dan bahkan menolak dengan keras semua anjuran dan peraturan yang sudah ditetapkan. Karena disetiap akibat pasti ada sebabnya, perilaku baik buruknya masyarakat juga disebabkan oleh berkurangnya tingkat kepercayaan terhadap pemerintah.
Bekerja, bermain, dan belajar dari rumah dalam waktu singkat mungkin masih bisa dilakukan oleh banyak orang, tapi ketika sudah berhari hari bahkan berbulan bulan akan banyak orang yang mulai tidak betah dan memberanikan diri untuk keluar rumah. Terlalu lama dirumah memang tidak baik bagi kejiwaan seseorang, itu disebabkan karena suatu hal yang tidak biasa dikerjakan dirumah akan sulit jika tidak dibiasakan secara perlahan. Akibatnya akan muncul rasa bosan, depresi, dan menjadi malas.Â
Nongki adalah kegiatan yang banyak digemari baik anak muda maupun dewasa. Tak jarang banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbincang bincang sambil meminum kopi dengan teman temannya.Â
Bagi mereka ini merupakan suatu kegiatan yang bisa memulihkan energi mereka setelah seharian bekerja, mengisi waktu luang mereka, dan mengatasi bosan ketika terlalu lama dirumah.Â
Akan tetapi, ada hal yang harus diperhatikan apabila ingin nongki disaat pandemi ini, yaitu harus tetap menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker, cuci tangan sebelum dan sesudah berkumpul, menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter, dll.Â
Pada awal awal kasus covid-19 ini, WHO menganjurkan masker hanya digunakan untuk para medis dan orang yang sakit saja. Akan tetapi, semakin lama WHO pun merubah kebijakan tersebut menjadi maker harus digunakan oleh semua orang baik tim medis, yang sakit, maupun yang sehat. Tentu saja ada kriteria masker yang boleh digunakan, untuk tim medis dan orang yang sakit boleh menggunakan masker bedah dan masker N95 serta untuk orang sehat hanya boleh menggunakan masker biasa atau masker kain 1-3 lapis.Â
Menurut penelitianyang dilakukan Roman Wolfel dan koleganya yang diterbitkan pada jurnal Nature, fokus harus dilakukan untuk menghentikan penyebaran tetesan. Sebab, virus corona ini utamanya menyebar melalui tetesan kecil dari salifa saat orang yang terinfeksi berbicara.Â
Tetesan tetesan tersebut mungkin tidak terlihat tetapi sebenarnya ada. Tetesan tersebut diklaim dapat menyebar hingga 6 kaki atau sekitar 1,6 meter. penelitian yang didukung oleh ahli virus pemenang nobel Harold Varmus menyebutkan, menempatkan lapisan kain di depan wajah seseorang akan menghentikan 99 persen dari tetesan.Â
Sementara penelitian dari University of Hong Kong dan University of Maryland menemukan bahwa masker sederhana menghalangi 100 persen tetesan dan aerosol.Â