Mohon tunggu...
Addiina Rahmatussalaam
Addiina Rahmatussalaam Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jilbab or Jilboobs?

9 September 2014   20:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:11 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti kita sudah tidak asing lagi dengan dua kata itu. Dua kata yang sebenarnya bisa saling terkait tapi juga tidak. Jilboob yang saat ini sedang menjadi perhatian masyarakat seakan membuka pengetahuan kita tentang bagaimana cara menutup aurat yang tepat. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan jilbob itu sendiri? Jilboob adalah seorang berhijab namun masih menunjukkan auratnya. Misalnya wanita berjilbab tapi menggunakan celana legging ketat hingga melekukkan kaki dan pahanya, mengesampingkan ujung jilbab sehingga bagian dada sedikit terlihat.

Manfaat berjilbab pun sebenarnya banyak sekali. Dari mendapat pahala yang sempurna, pelatihan sabar yang luar biasa, melindungi diri dari fitnah dan perbuatan zina, serta banyak manfaat lainnya. Kaum wanita saat ini khususnya para muslimah sedang risau dengan adanya komunitas jilboob itu. Kini jadi banyak pandangan tentang jilbab. Banyak pula alasan bagi mereka kaum wanita yang masih enggan berjilbab. Dengan alasan panas, menunggu hidayah, ribet, takut rambut rusak, serta tidak PD karena merasa lebih cantik tanpa jilbab. Kita dapat mencegah label jilboob itu dengan beberapa cara berikut ini :

1.Kenakan dalaman jilbab seperti ciput atau ninja, agar rambut lebih terlihat rapi dan tidak berantakan keluar.

2.Gunakan manset atau dalaman baju untuk baju setengah lengan.

3.Hindari mengenakan celana seperti legging kecuali untuk dalaman rok.

4. Hindari menggunakam baju berbahan tipis atau transparan.

Jilbab saat ini pun sudah menjadi lifestyle yang baru, bahkan ada yang mengatakan jika belum berjilbab maka dia belum mengikuti perkembangan zaman. Macam-macam jilbab pun sudah banyak sekali. Dari anak jilbab yang bisa langsung dengan mudah dipakai tanpa harus menggunakan jarum pentul atau peniti, atau yang biasa disebut dengan bergo. Sampai jilbab berbahan kain yang dipakai dengan cara diputar-putar. Lalu siapa yang berhak disalahkan dengan adanya komunitas jilboob itu? Banyak yang mengatakan jika wanita lah yang tidak mampu menutup aurat dengan seutuhnya, lalu bagaimana dengan pria yang tidak mampu menahan pandangannya? Banyak pula alasan wanita mengapa ia belum mampu menurut aurat dengan sempurna. Dari mereka yang baru mencoba pertama kali untuk berjilbab, hingga yang beralasan pilihan hidup. Lalu apa alasan laki-laki yang selalu memperhatikan wanita, bahkan sampai membuat komunitas jilboob di berbagai jejaring sosial. Risih kah? Mengganggu kah? Lalu mengapa mereka tidak dapat menahan pandangan itu? Mengapa mereka hanya terfokus pada bagian tertentu saja? Sebab ada perempuan yang bisa dibilang memiliki postur badan yang gemuk, sehingga dengan menggunakan pakaian apapun, lekukan tubunhya tetap terlihat. Banyak keluhan dari diskusi para wanita tentang risihnya adanya komunitas itu. Mereka beranggapan jika wanita memang diciptakan dengan lekukan tubuh yang melebihi laki-laki. Wanita yang sulit memadu-padankan pakaian hingga dengan pakaian apapun lekukan tubuh mereka pasti tetap lebih terlihat menonjol.

Maka dari itu alangkah lebih baiknya kita para wanita dan juga laki-laki berusaha memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi, karena semua tindakan yang kita lakukan pasti akan mendapat balasan yang setimpal. Kita sama-sama belajar menghargai satu sama lain, wanita yang lebih berusaha agar menjadi muslimah yang sempurna, serta laki-laki yang tidak selalu terfokus dengan bagian tertentu dari wanita. Karena sesungguhnya wanita sangat tidak nyaman dengan adanya komunitas itu. Jadi mari kita saling menghargai satu sama lain agar tercipta kenyamanan yang sesungguhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun