Ribuan nyawa penumpang ada di tangan satu orang. Lalai sedikit saja pesawat bisa tabrakan. Terkadang sembahyang dan Lebaran para petugasnya pun harus dikesampingkan.
Memasuki H-4 Lebaran tepatnya Sabtu, 2 Juli, saya menyambangi ATC (Air Traffic Controller) yang ada di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar (SHIAM). Tempat dimana 'organ' paling vital di bandara. Vital sebab di tempat nilah kontrol lalu lintas pesawat udara ditentukan akan mengarah kemana. Atau lebih kasarnya, tempat untuk mencegah adanya tabrakan antar pesawat di udara.
Mungkin sebagian orang sudah tahu, para petugas yang bekerja di ruangan ini amat berperan dalam pengaturan kelancaran arus lalu lintas udara. Mereka yang membantu pilot menginformasi cuaca, navigasi penerbangan, lintas udara, dan saat lepas landas (takeoff)Â atau pendaratan pesawat (Landing)Â kapan waktu yang tepat.
Sebenarnya jika hendak bertemu atau sekadar untuk melihat bagaimana pekerjaan mereka, anda harus meminta izin sehari sebelumnya. Pasalnya, jika mereka sudah bekerja jangan harap bisa bertemu.
Waktu jam kerja mereka memang singkat, hanya dua jam kerja, dua jam istirahat, dan dua jam berikutnya kembali bekerja. Tapi diantara dua jam itu ratusan bahkan ribuan nyawa ada ditangannya.
Salah mengarahkan pilot, membuat jalur tujuan pesawat, atau memantau ketinggian pesawat, akibatnya sangat fatal, nyawa penumpang bisa melayang.
Salah satunya petugas ATC bernama Yuyun Nugraha dan Samta yang keduanya kini menjabat sebagai ATS Operational Coordinator mendampingi saya berkeliling. Pertama menunjukkan ruangan utama dimana para petugas ATC mengontrol pesawat. Di ruang utama ini tampak berjejeran sekira 100 buah monitor yang berukuran 30". Diapit setinggi tempat duduk yang punya sandaran. Suhu ruangan mungkin sekira, 30 derajat celius. Petugas yang berjaga waktu itu sekira 15-20 orang. Yah, kalau tidak salah saat itu baru pukul 15.00 WITA.
Disela-sela sekira 30 menit mengamati para pekerja ATC yang tidak bisa kami sapa. Yuyun menerangkan, ketika para pekerja ini memonitor pesawat, mereka harus fokus dan berkonsentrasi penuh setiap detiknya untuk memantau pergerakan pesawat. Ditakutkan ada pesawat yang memiliki arah yang sama dan bertemu pada satu titik. Begitu juga mesti betul-betul harus memperhatikan ketinggian masing-masing pesawat.
Setelah mengamati setiap pergerakan pesawat di sebuah monitor utama, Yuyun kembali mengatar kami menuju ruang tower yang tingginya sekira 30 meter. Ruangan ini berbeda dengan ruangan ATC yang berada di ruang utama yang berada di lantai dua. Disana hanya sekira 20 monitor yang memantau pergerakan pesawat, dan langsung terhubung dengan monitor utama yang berada dilantai dua.
Disini ada enam orang petugas yang bekerja setiap enam jam bergantian. Tugasnya paling utama yakni memantau dan memberi di arahan di jalur mana pesawat sebaiknya landing dan lepas landas.
Lebih jauh, Yuyun mengatakan, di saat para petugas ini tidak bekerja. Mereka diharuskan untuk tidak sibuk lagi dengan pekerjaan lain. Mereka harus betul-betul istirahat. Agar bisa kembali rileks jika nantinya bertugas pada esok harinya.