MAKASSAR -- Laga 16 besar Piala Eropa salah satunya akan mempertemukan Spanyol bentrok Italia, di Stade de France, Senin, 27 Juni mendatang. Spanyol yang pernah mencukur Italia 4-0, di laga final Piala Eropa 2012 lalu, kali ini tak boleh jemawa.Â
Pasalnya, skuat Italia kali ini dihuni oleh para pemain muda berbakat. Terlebih jika menengok pelatihnya, Antonio Conte, yang merupakan salah satu pelatih terbaik empat tahun terakhir ini.
Fakta terbaru bisa kita lihat salah satunya di laga terakhir mereka, pada 24 Maret 2016 lalu, di laga persahabatan di  Stadion Friuli, Udinese, yang berakhir imbang 1-1.
Seperti dikutip dari Kompas, edisi Rabu, 22 Juni, Pelatih Spanyol, Vicente del Bosque, mengaku siap menghadapi Italia. Meski di laga ketiga secara mengejutkan kalah 1-2 dari Kroasia, di Stade Matmut-Atlantique, Bordeuax, pada Selasa, 21 Juni.
"Para pemain duduk terdiam. Mereka tak menikmati kekalahan. Saya tidak memberikan pembelaan terhadap performa tim ini, tetapi saya rasa kami bermain cukup baik," ujar Del Bosque seusai laga, seperti dilansir UEFA.
Spanyol ke 16 besar sebagai penghuni runner-up, dengan enam poin. Terpaut satu poin dengan Kroasia di grup D.
Sepanjang sejarahnya, Spanyol dan Italia sudah lima kali berjumpa di kancah Piala Eropa, yakni 1980, 1988, 2008, dan 2012 (dua kali). Dari seluruhnya, Spanyol menang dua kali, imbang dua kali, dan kalah satu kali.
Melihat data yang dipublish oleh Kompas online tersebut, saya tentunya jauh lebih mengunggulkan Spanyol di laga nanti. Ditambah dengan jam terbang para pemainnya yang tidak diragukan lagi. Seperti Iniesta, Fabregas, dan David Silva.
Terlebih jika ketiga kreator Spanyol itu bisa tampil maksimal, maka publik Italia kembali akan merasakan kekecewaan seperti pada laga final sebelumnya.Â
Menurut saya, seringnya bermain atau berlatih adalah guru terbaik seorang atlet. Bermain akan membuat mental bertanding mereka semakin "kuat". Ibaratnya, seperti seorang penulis yang jika menulis secara terus menerus, akan membuat dirinya semakin teliti mengenai kata yang akan mereka "rangkai".
Namun adanya istilah "bola itu bundar" seringkali membuat data di atas kertas tidak berbuah sesuai harapan. Itu terbukti dari beberapa laga yang sudah kita tonton. Ada banyak faktor yang membuat istilah tersebut benar adanya. Salah satunya karena, stamina sang pemain.
Dalam sepak bola atau olahraga manapun, harus diakui bahwa stamina fisik seorang atlet adalah kunci keberhasilan meraih sebuah target. Skill menjadi pendukung nomor dua. "Skill alias kemampuan tak akan bisa berkembang jika selama berlaga tidak ditunjang dengan stamina fisik yang bugar," aku salah seorang pelatih tinju, Muqsit Sofyan, belum lama ini.Â
Hal tersebut, katanya dia rasakan dan lihat atlet yang sudah dibinanya selama ini, kebanyakan mengalami  kekalahan di atas ring hanya karena faktor cepat lelah. Padahal atletnya memiliki skill dan postur badan diatas rata-rata di kelasnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H