Bahkan apabila orang tua mereka tidak sanggup untuk membayar uang kuliah. Contohnya, 50% dari total muridnya di Harvard University menerima sebagian dana bantuan, dan 20% dari mahasiswa/i dari Harvard University menerima dana bantuan penuh.Â
Di Princeton University, 60% dari mahasiswa/i menerima dana bantuan. Untuk keluarga yang berpenghasilan kurang dari Rp 900.000.000 per tahun, dana bantuan yang bisa diterima akan mencakup seluruh uang kuliah dan tempat tinggal di asrama .
Ada juga yang berpendapat bahwa dana bantuan hanya berlaku bagi murid berkewarganegaraan AS. Dan dengan adanya pernyataan bahwa murid tersebut memerlukan dana bantuan akan mempengaruhi kesempatan untuk diterima di universitas tersebut.Â
Hal ini juga tidak seluruhnya benar. Bantuan dana  tersedia untuk setiap mahasiswa/i dan tidak tergantung kepada darimana asal mereka. Ini juga bukan bagian yang dipertimbangkan dalam pemilihan calon mahasiswa/i. Apabila murid tersebut memiliki kemampuan  dan bukti-bukti yang sah, universitas akan memastikan bahwa biaya dan keperluan murid tersebut akan diringankan/dihilangkan.
Bantuan dana  juga tidak bergantung kepada keikutsertaan murid tersebut di tim universitasnya. Apabila murid memilih untuk meninggalkan tim di pertengahan tahun pelajaran, bantuan dana  masih akan bisa didapatkan. Namun, hal ini akan berbeda ceritanya apabila murid tersebut memiliki beasiswa olahraga.
Beasiswa olahraga banyak ditawarkan oleh universitas di Divisi 1 yang bukan termasuk Ivy League. Setiap universitas diberikan sejumlah anggaran dana untuk memberikan beasiswa penuh dari departemen keolahragaan dari universitas tersebut, dan dari sini para pelatih  menentukan kepada siapa beasiswa ini diberikan, bahkan bagaimana mendistribusikan anggarannya.Â
Sebagai contoh, jika sebuah universitas memiliki anggaran untuk 4 beasiswa penuh, pelatih bisa memilih 4 atlet (setiap atlet mendapatkan beasiswa 100%), atau membagikan kepada 6 atlet (peringkat 2 teratas mendapatkan beasiswa 100% sedangkan 4 lainnya mendapatkan beasiswa 50%).
Di sinilah negosiasi dengan pelatih terjadi dalam proses perekrutan pemain. Seorang atlet harus dapat menunjukkan kepada pelatih bahwa dirinya memiliki potensi untuk menjadi pemain penting di timnya, walau sang pelatih harus terlebih dahulu mengembangkan potensi tersebut dalam kurun waktu setahun atau dua tahun selama atlet tersebut bermain untuk timnya. Semua ini menyangkut bagaimana level dan kemampuan seorang atlet dan bagaimana seorang pelatih melihat kemampuan atlet tersebut dan mencocokannya dengan kebutuhan tim.Â
Beasiswa olahraga dievaluasi setiap tahun, dan sering kali disesuaikan berdasarkan kinerja dan prestasi atlet tersebut selama membela timnya. Tidak seperti bantuan dana biasa, beasiswa olahraga mengharuskan atletnya untuk berlatih dan bertanding atas nama tim universitasnya, jika tidak maka beasiswa dapat dicabut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H