Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Jalan Terjal Dinasti Mahathir

18 Juni 2016   20:20 Diperbarui: 18 Juni 2016   20:25 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guncangan politik Malaysia menempatkan dua tokoh politisi senior negeri itu di posisi berseberangan. Perdana Menteri (PM) Najib Razak berhadapan dengan mantan PM Mahathir Mohammad.

Kubu Mahathir sudah bersumpah akan menjatuhkan pemerintahan PM Najib melalui kekuatan rakyat secepat mereka bisa. Namun, publik Malaysia didera kebimbangan. Pasalnya, setelah haru biru kasus korupsi 1MDB mereda, sisi lain pertentangan politik kedua belah pihak pun kian terlihat, terutama dari pihak Mahathir.

Perlahan muncul dugaan bahwa yang diperjuangkan Tun Mahathir tak lebih dari rencana politisi senior berusia 90 tahun itu untuk menempatkan salah satu dari empat putranya menjadi orang nomor satu di pemerintahan Malaysia di masa yang akan datang. Publik di sana pun melihat, harapan besar Mahathir ada di pundak anak keduanya, Mukhriz Mahathir.

Bukti itu semakin kuat, ketika beberapa waktu lalu Mahathir mengakui dalam sebuah konferensi pers di Shah Alam bahwa setelah mampu menurunkan PM Najib, semua politisi yang berkompeten dari partai berkuasa UMNO punya kesempatan sama untuk menjadi PM berikutnya.

Garis Komando

Padahal, merunut garis komando, bila sang PM berhasil lengser, Wakil Presiden UMNO yang juga Wakil PM, Ahmad Zahid Hamidi, otomatis menjadi PM Malaysia berikutnya sambil menunggu pemilu yang akan datang. Apalagi Zahid dikenal punya hubungan baik dengan semua pihak, baik yang berada di kubu pemerintah maupun kubu oposisi.

Di sisi lain, publik juga mengetahui bahwa Zahid tak punya masalah pribadi dengan Mahathir. Namun, berembus kabar bahwa sang politisi senior tak suka kedekatan Zahid dengan mantan Wakil PM Anwar Ibrahim.

Skenario Lanjutan

Pernyataan Mahathir pun mengundang kontroversi di tengah masyarakat Malaysia. Terutama terkait kebenaran ambisi Dr. M, begitu ia akrab dipanggil, untuk menaikkan Mukhriz sebagai PM masa depan Malaysia.

Sebagian publik Malaysia juga menilai bahwa Dr. M tak akan gegabah dengan secara serta merta menaikkan Mukhriz bila PM Najib lengser. Besarnya kemungkinan akan jatuhnya kepercayaan publik kepada Mahathir bisa mengacaukan segala rencana.

Jikapun Mukhriz langsung naik ke atas takhta PM, banyak pihak di Malaysia menjamin pemerintahannya tak akan langgeng. Ejekan bertubi-tubi kepada Mukhriz sebagai boneka ayahnya, akan menghancurkan karier politik mantan Menteri Besar Kedah itu setidaknya dalam jangka waktu cukup lama.

Skenario yang paling mungkin adalah naiknya mantan Wakil Presiden UMNO, Muhyiddin Yasin, sebagai PM Malaysia berikutnya. Apalagi publik Malaysia sudah paham bahwa Muhyiddin adalah anak ideologis Tun Mahathir.

Apakah skenario itu memungkinkan? Tentu saja, bahkan tak sedikit publik Malaysia yang meyakininya.

Belum lama ini publik disodori fakta menarik tentang Muhyiddin, Mukhriz, maupun UMNO. Dengan kritikan maupun aksi politis terhadap presiden partai, seharusnya kedua politisi senior UMNO itu telah mengalami pemecatan sebagai anggota aktif.

Namun, apa yang terjadi? Baik Muhyiddin maupun Mukhriz hanya diberi sanksi penonaktifan sementara.

Walaupun begitu, harus diakui Mukhriz bernasib lebih buruk dari Muhyiddin, yakni dicabutnya mandat sebagai Menteri Besar Kedah oleh UMNO. Padahal, Kedah sebagai daerah asal Mahathir juga merupakan basis kekuatan politiknya.

Mampukah Mukhriz?

Publik Malaysia sudah mengerti bahwa Mahathir berusaha keras agar Mukhriz, putranya, bisa berada di pucuk pimpinan UMNO sebelum ia menutup mata. Namun, tak sedikit pihak yang meragukan kemampuan Mukhriz tanpa bimbingan sang ayah.

Bukti paling kuat, Mukhriz pernah mengalami kekalahan dalam pemilihan wakil presiden partai pada 2013. Mukhriz gagal memperoleh salah satu dari ketiga kursi Wapres UMNO setelah kalah 9 suara dari Hishammuddin Tun Hussein.

Faktor lain adalah pertanyaan publik mengenai kemampuan Mukhriz bila membandingkannya dengan beberapa politisi senior dari partai di luar UMNO. Sebagaimana diketahui, awal Maret 2016, ayah Mukhriz menandatangani pakta kerja sama dengan puluhan politisi dan tokoh oposisi untuk menggulingkan PM Najib, di antaranya adalah Partai DAP yang dikuasai etnis Tionghoa pimpinan Lim Kit Siang.

Dengan popularitas DAP yang semakin meroket dalam pemilu lalu, daya tawar partai ini semakin kuat di panggung politik Malaysia. Perolehan kursi di parlemen, DAP mengalahkan PAS, yang notabene merupakan partai berbasis agama mayoritas di Malaysia.

Apakah hanya DAP yang menjadi lawan Mukhriz menuju kursi PM Malaysia? Siapa bilang? Mantan Wakil PM Anwar Ibrahim juga dinilai banyak pihak masih punya peluang kuat. Popularitasnya yang masih tinggi terus dijaga oleh putri pertamanya dan juga istrinya. Sebagaimana diketahui, Anwar akan bebas pada 2020 nanti.

Mampukah Mukhriz? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun