Mohon tunggu...
Adara Nayla
Adara Nayla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Adara Nayla sebagai seorang mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, memiliki minat yang kuat dalam memahami isu-isu politik kontemporer. Ia percaya bahwa pemahaman mendalam tentang politik adalah kunci untuk menganalisis dan memecahkan tantangan-tantangan kompleks dalam masyarakat saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tinjauan Teori Orientalisme dalam Konflik Israel dan Palestina

3 April 2024   22:00 Diperbarui: 4 April 2024   08:40 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak dimulainya penjajahan Palestina pada tahun 1948 hingga saat ini, bangsa Palestina terus melakukan perlawanan dan resistensi terhadap Israel. Perlawanan tersebut dilakukan melalui berbagai cara, termasuk perlawanan sosial, politik, ekonomi, dan bahkan perlawanan bersenjata. Konflik Israel-Palestina ini dapat dianalisis dari sudut pandang teori orientalisme yang dikemukakan oleh Edward Said. 

Teori ini menggambarkan Bagian Barat sering melihat Timur (termasuk Palestina) sebagai "yang berbeda" dan cenderung menggambarkannya dengan cara yang tidak tepat atau bias. Dalam konteks konflik tersebut, orientalisme adalah sebuah pembentukan ideologi yang digunakan oleh Barat untuk menggambarkan, menganalisis, dan menguasai wilayah Timur, termasuk Israel dan Palestina.

Awal Mula Konflik Palestina dan Israel

Setelah berhasil mengalahkan Kesultanan Ottoman dalam Perang Dunia Pertama, Inggris memperoleh kendali atas wilayah yang dikenal sebagai Palestina di Timur Tengah. Wilayah tersebut dihuni oleh sejumlah minoritas, termasuk komunitas Yahudi yang merupakan minoritas, mayoritas Arab, dan kelompok etnis lain yang jumlahnya lebih kecil. Tingkat ketegangan antara kedua kelompok etnis yang tinggal di wilayah tersebut semakin meningkat. Karena hal ini, komunitas internasional menugaskan Inggris untuk mendirikan suatu entitas yang dianggap sebagai "rumah nasional" bagi orang Yahudi di Palestina. 

Keputusan ini mengacu pada Deklarasi Balfour yang disepakati pada tahun 1917 dan kemudian dimasukkan ke dalam mandat Inggris atas Palestina dan mendapat dukungan dari Liga Bangsa-Bangsa yang baru dibentuk pada tahun 1922. Palestina dianggap sebagai tempat asal nenek moyang oleh orang-orang Yahudi. Namun, komunitas Arab yang tinggal di Palestina juga mengklaim wilayah tersebut sebagai tempat tinggal mereka dan menentang klaim eksklusif yang diajukan oleh komunitas Yahudi di sana.

Pada tahun 1948, karena tidak mampu menyelesaikan konflik antara komunitas Yahudi dan Arab di Palestina, Inggris mundur dan para pemimpin Yahudi mengumumkan pembentukan negara Israel. Negara ini dirancang sebagai tempat perlindungan bagi komunitas Yahudi yang telah mengalami berbagai bentuk persekusi sejarah, serta sebagai tanah air bagi mereka. Pertempuran antara komunitas Yahudi dan milisi Arab semakin meningkat intensitasnya selama berbulan-bulan. Sehari setelah Israel memproklamirkan kemerdekaannya, lima negara Arab menyerang wilayah tersebut.

Puluhan warga Palestina mengalami pengungsian atau terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai Al-Nakba atau "bencana besar". Setelah pertempuran berakhir dan gencatan senjata diperoleh pada tahun berikutnya, Israel memegang kendali atas sebagian besar wilayah tersebut. Yordania menduduki wilayah yang kemudian dikenal sebagai Tepi Barat, sementara Mesir menguasai Gaza. Karena tidak adanya perjanjian perdamaian yang tercapai, pertempuran dan konflik terus berlanjut dalam beberapa dekade berikutnya.

Konflik Palestina dan Israel Saat Ini

Kendali militer Israel atas penduduk Palestina berdampak pada segala aspek kehidupan mereka. Israel telah melakukan tindakan yang dianggap sebagai kejahatan kemanusiaan, seperti praktik apartheid dan penganiayaan. Akibat serangan yang berkelanjutan dan berakar dari peristiwa Nakba ini, banyak warga Palestina saat ini menjadi pengungsi tanpa kewarganegaraan di negara-negara Arab tetangga. Selain menjadi pengungsi di luar Palestina, sebagian dari mereka juga masih tinggal di kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun, kamp-kamp tersebut hingga kini masih sering menjadi sasaran serangan dan penculikan oleh militer Israel.

Sejak 7 Oktober 2023, konflik antara Hamas dan Israel telah berlangsung lebih dari 100 hari telah meluas ke wilayah lain di Timur Tengah. Milisi Palestina Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel. Aksi tersebut dilakukan melalui pengerahan ratusan tentara bersenjata yang menyerbu pemukiman sipil Israel di dekat Jalur Gaza. Setidaknya 1.400 warga Israel tewas dalam serangan ini. Menurut catatan militer Israel, 203 tentara dan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, juga dibawa ke Gaza sebagai sandera. Di pihak Palestina, serangan udara dan penembakan Israel sebagai respons terhadap serangan Hamas telah menewaskan lebih dari 5.000 warga Gaza.

Teori Orientalisme dalam Memaknai Konflik Israel-Palestina

Edward Said menyatakan bahwa Orientalisme merupakan suatu pendekatan dalam memahami dunia Timur dari sudut pandang manusia Barat. Dalam pandangan Barat, dunia Timur sering dipandang sebagai entitas yang berbeda atau "dunia lain" yang bertentangan dengan dunia Barat. Said juga menekankan bahwa Orientalisme mencerminkan suatu gaya berpikir di mana Timur sering disebut sebagai "orient" dan Barat disebut sebagai "occident". Hubungan antara "orient" dan "occident" seringkali ditandai oleh dinamika kekuasaan dan dominasi yang kompleks di berbagai tingkat hegemoni. Edward Said, melalui karyanya, terus memperjuangkan komitmennya untuk mengungkap kebenaran mengenai penindasan dan penganiayaan yang dilakukan terhadap bangsa yang dijajah oleh imperialisme dan kolonialisme.

Dalam situasi konflik antara Israel dan Palestina, orientalisme mengacu pada cara Barat, termasuk Israel, melihat Bangsa Yahudi sebagai entitas yang memiliki dorongan untuk kemajuan dan kemandirian, serta dalam upaya mereka untuk mendeklarasikan kedaulatan. Proses pendirian Israel dan pengusiran besar-besaran penduduk Palestina selama Nakba mencerminkan orientalisme dalam tindakan kolonial yang merendahkan dan merampas hak tanah serta identitas komunitas lokal. Ini sejalan dengan sejarah migrasi bangsa Yahudi dari daerah yang terpengaruh oleh pemberontakan Nazi ke wilayah Timur.

Dalam konteks konflik yang lebih baru, orientalisme tercermin dalam sikap dan tindakan Israel terhadap Palestina. Serangan militer yang berkelanjutan dan blokade di Gaza, termasuk penyerangan terhadap infrastruktur sipil, menunjukkan bahwa Israel, yang dianggap sebagai representasi Barat, melihat dan memperlakukan masyarakat Timur sebagai pihak yang lebih rendah atau harus ditekan, dengan anggapan bahwa Palestina diidentikkan dengan aksi terorisme.

Perspektif orientalisme yang dikemukakan oleh Said menyoroti bahwa pandangan tersebut tidaklah netral atau obyektif, tetapi telah dipengaruhi oleh struktur kekuasaan dan dominasi Barat atas Timur. Said menyoroti bahwa orientalisme bukan sekadar representasi yang obyektif tentang Timur, tetapi juga merupakan alat kontrol politik dan kultural yang digunakan oleh Barat untuk mempertahankan dominasinya. Dengan demikian, teori orientalisme yang dikemukakan oleh Edward Said memberikan pemahaman yang kritis tentang bagaimana pemikiran Barat telah mempengaruhi persepsi dan penanganan konflik antara Israel dan Palestina, serta bagaimana pandangan tersebut telah membentuk narasi yang tidak seimbang dan seringkali merugikan salah satu pihak dalam konflik tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun