Bertepatan hari ini, Ahad, 20 September 2015, di Universitas Negeri Yogyakarta tepatnya di area foodcourt, pada pukul 8.00 pagi tadi telah digelar acara silahturahim akbar yang diadakan oleh “Kamus (Keluarga Muslim) Babel Yogyakarta”. Acara ini mengangkat tema “Membangun Babel Dari Tanah Rantau”.
Sebagai pembukaan acara ini, beberapa lagu dilatunkan oleh grup akustik dari Komunitas Kesenian Universitas Negeri Yogyakarta, salah satunya adalah melatunkan lagu "Laskar Pelangi" dari band Nidji.
Acara ini diadakan bertujuan untuk menyambut mahasiswa baru dari Babel danj juga mempertemukan seluruh mahasiswa Babel yang ada di Kota Yogyakarta ini. Tak tanggung-tanggung, acara ini dihadiri oleh lebih dari seratus mahasiswa baik dari universitas negeri, swasta, hingga yang memiliki ikatan dinas.
Dalam acara ini, suasana kekeluargaan tercipta dengan hangatnya, mereka berkenalan, berbicara dengan bahasa daerah, dan dikesempatan ini mereka juga menyampaikan aspirasi mereka kedepan untuk membangun Babel lebih sejahtera. Orang Babel memang terkenal dengan suara bicaranya yang lantang, dan sengat gemar sekaligus pandai dalam membuat pantun-pantun, baik pantun jenaka, pantun nasehat, dan lainnya, sehingga tercipta ikatan antar sesama tanah kelahiran sangat kental disini.
Acara ini juga menghadirkan para pemuda Babel yang berprestasi selama mereka mengenyam pendidikan di kota pelajar ini, mereka adalah Haris. F, Ricky. R (Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta) dan juga Ahmad Ridwan (Mahasiswa Universitas Gadjah Mada). Dalam diskusi bersama mereka bertiga, mereka bercerita pengalaman hidup mereka yang awalnya dari zero to hero. Dalam kesempatan ini pula mereka menceritakan bahwa tak mudah menjadi seorang mahasiswa yang hidup merantau di tempat orang lain. Banyak tantangan dan godaan yang akan ditemui yang nantinya itu akan berpengaruh dalam proses pembangunan menjadi mahasiswa yang aktif atau justru nantinya menjadi pasif. “Banyak orang berkata bahwa Jogja ini merupakan kota pelajar, tapi sekarang mari kita semua koreksi, apakah itu masih berlaku sekarang? Dengan kondisi akhlak dan mental para mahasiswa sekarang? Beda jauh dari mahasiswa dulu dengan mahasiswa sekarang!” ujar Haris. Dia juga menambahkan, bahwa tempat hiburan malam sekarang banyak dijumpai mahasiswa khususnya dari Babel, apalagi sekarang banyak tempat hiburan malam yang memberikan akses mudah untuk masuk, hanya dengan menunjukkan kartu mahasiswa, mereka pun bisa masuk begitu saja tanpa mengeluarkan biaya. Dari contoh ini saja bisa menjadi gambaran bahwa banyak mahasiswa yang terjerumus kedalam jalan yang salah, mereka lupa akan niat awal semula, apa tujuan mereka di tanah rantauan ini, sebuah kejadian pilu bagi kita sebagai anak perantauan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H