Mohon tunggu...
Adam Wicaksana
Adam Wicaksana Mohon Tunggu... -

Kuliah pendidikan fisika di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Indahnya Wisata Alam Baduy

8 Februari 2015   03:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:37 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baduy menawarkan pesona wisata alam yang sangat indah. Dengan keistimewaannya kita seolah dibawa berwisata ke zaman dahulu dimana kita lupa dengan kemodernan zaman yang berkembang dengan segala kecanggihan teknologi yang berkembang, hal ini karena disana sulit menemukan sinyal dan sumber listrik tidak ada maka segala teknologi tidak dapat difungsikan dan tidak berguna. Selain itu juga apabila kita berkunjung ke Baduy Dalam kita tidak diperkenankan menggunakan alat elektronika apapun baik hp, kamera, laptop, dll dan kita juga tidak diperbolehkan menggunakan sabun, atau apapun yang bisa merusak alam. Hal ini dikarnakan kehidupan masyarakat Baduy sangat menghargai alam dan mereka hidup dengan alam. Suku Baduy terdiri dari dua kelompok yaitu Baduy Dalam yang masih sangat mempertahankan adat istiadat sama dengan nenek moyang dan Baduy luar sudah dapat menerima berbagai hal yang dari luar Baduy. Cara membedakannya sangat mudah kita dapat melihat dari ikat kepalanya apabila ikat kepala mereka berwarna putih mereka adalah Baduy Dalam sedangkan yang ikat kepala warna biru adalah suku Baduy luar. Mereka hidup harmonis dan berdampingan satu sama lain. [caption id="" align="aligncenter" width="379" caption="Dok Pribadi"][/caption]

Wisata alam Baduy ini menawarkan sejuta ke eksotisan alam yang luar biasa. Bagi kita yang suka banget beradventure dan selain kita dapat menikmati keindahan alam Baduy kita juga akan mendapatkan suasana yang berbeda yaitu kita bisa melihat dan mengenal indahnya kebudayaan Indonesia yang masih sangat terjaga keasliannya hanya di Baduy tempatny. [caption id="" align="aligncenter" width="379" caption="Dok Pribadi"]

[/caption]

Apabila kita ingin berwisata ke Baduy kita dapat menggunakan kereta api dari stasiun Tanah Abang kurang lebih dua jam menuju stasiun Rangkas Bitung dan dilanjutkan angkutan menuju terminal Rangkas setelah itu kita melanjutkannya dengan menggunakan mobil elf menuju Desa Ciboleger. Desa Ciboleger adalah desa terakhir batas menuju Baduy luar dan di Desa Ciboleger lah angkutan kita terakhir menghantarkannya selebihnya kita akan melanjutkannya dengan berjalan kaki. Perjalanan yang ditempuh susah-susah gampang karena track perjalan yang dilalui sama seperti kita sedang mendaki gunung, jalan yang berbatu dan bertanah mendaki menaik dan turun, serta disekelilingnya dipenuhi hutan-hutan, sungai, lahan pertanian dan lahan perkebunan warga Baduy. bagi yang sudah terbiasa naik gunung track ini sangat mudah untuk dilalui. Tetapi berbedanya dengan kita naik gunung adalah di Baduy kita bisa meminta bantuan tour guide yang dapat menghantarkan dan menemani kita selama trip advendute di Baduy. Tour guideny langsung orang asli dari suku Baduy setempat apabila kita beruntung kita bisa dihantarkan oleh penduduk Baduy dalam. Kerenkan perjalananny ditemani oleh tour guide penduduk asli jadi kita tidak mungkin kesasar selama perjalanan. serta kita jg bisa foto langsung dengan orang mereka? Asal jangan du Baduy Dalam kita fotony Soalny kalo kita sudah didalam kan kita tidak diperkenankan menggunakan alat elektronik salah satunya kamera. Bahkan mereka dengan senang hati menawarkan ke kita seandainya kita keberatan atau kelelahan dalam membawa tas atau bawaan kita selama diperjalanan. Luar biasakan mereka? Selanjutnya setelah kita berjalan kita akan melewati beberapa perkampungan masyarakat Baduy luar dan perkampungan masyarakat Baduy Dalam. Lingkungan kehidupan masyarakat Baduy terdiri dari kelompok-kelompok yang disebut kampung. Di Baduy terdapat beberapa kampung di Baduy Luar dan beberapa kampung di Baduy Lama. Setiap kampung terdiri dari kurang lebih 40 rumah. Jarak antara kampung dengan kampung yang lain cukup jauh dan dipisahkan oleh hutan, bukit dan ladang pertanian. Lokasi permukiman Baduy umumnya didekat sungai. Hal ini karena masyarakat Baduy yang masih sangat bergantung pada alam maka sumber air mereka berasal dari sungai tersebut seperti untuk mandi dan minum. [caption id="" align="aligncenter" width="379" caption="Dok Pribadi"]

[/caption]

Dan disetiap lingkungan permukiman terdapat lumbung-lumbung dan palung yang dipisahkan dari rumah tinggal. Lumbung berfungsi sebagai menyimpan makanan hasil pertanian dan perkebunan sedangkan palung sebagai tempat menumbuk padi. [caption id="" align="aligncenter" width="379" caption="Dok Pribadi"]

[/caption]

Selain kebudayaan adat masyarakat Baduy yang luar biasa arsitektur bangunan rumah masyarakat Baduy juga luar biasa. Rumah-rumah masyarakat Baduy hampir seluruhnya sama semua model dan desain rumahnya. Tata bangunan rumah satu dengan yang lain masyarakat Baduy sangat teratur dan disusun dari beberapa deret dan memanjang tergantung pada kontur tanah. Hal ini karena setiap rumah diharuskan untuk saling berhadapan antara teras dan pintu utama satu sama lain serta arah setiap pintu utama dan teras tersebut  harus menghadap utara dan selatan kecuali rumah Pu’un (kepala adat). Rumah masyarakat Baduy berarsitektur menarik dan unik. Rumah masyarakat Baduy seluruhnya adalah rumah panggung yang didirikan diatas batu mereka percaya bahwa agar rumah kokoh. Jarak antara tanah dan alas lantai kurang lebih 60 cm. Namun semua tergantung pada kontur tanah. Rumah masyarakat Baduy secara keseluruhan memanfaatkan alam yang ada disekitarnya seperti bambu, daun, ijuk, dan batu. [caption id="" align="aligncenter" width="379" caption="dok. pribadi"]

[/caption]

Konstruksi utamanya yang berfungsi untuk menahan beban berat, seperti tiang-tiang, panglari, pananggeuy, dan lincar, dipasang dengan cara dipaseuk karena alat paku dilarang digunakan. Justru teknik tersebut bisa memperkuat karena kedua kayu yang disambungkan lebih menyatu, terutama ketika kedua kayunya sudah mengering. Sedangkan dinding-dinding rumah masyarakat Baduy tidak seperti pada umumnya rumah yang terbuat dari batu bata yang disemen melainkan dinding-dinding rumahnya terdiri dari anyaman bambu atau yang disebut bilik, setiap lembaran bilik ini dijepit dengan bambu agar kuat. Karena dinding-dinding rumah terbuat dari anyaman bambu sehingga terdapat lubang-lubang kecil  sehingga udara dan sinar cahaya matahari dapat masuk kedalam ruangan sehingga tidak perlu ada lagi jendela, namun ada dibeberapa rumah yang jg menambahkan jendela untuk menambah pencahayaan rumah. Selain dinding rumah yang terbuat dari bambu, alas lantai rumah juga menggunakan bambu yang dibelah agar kuat rangka alas dibuat dari kayu. Selanjutnya atap rumah Baduy juga unik, atap rumah berbentuk pelana dengan penutup atap terbuat dari bahan daun kiray (aren) dan ijuk  dan atau diakhiri dengan suatu tanda lingkaran ataupun menyilang. [caption id="" align="aligncenter" width="379" caption="Dok Pribadi"]

[/caption]

Jenis atapnya disebut sulah nyanda. Pengertian dari nyanda adalah posisi atau sikap bersandar wanita yang baru melahirkan. Sikap menyandarnya tidak tegak lurus, tetapi agak merebah ke belakang. Jenis atap sulah nyanda tidak berbeda jauh dengan jenis atap julang ngapak. Jika jenis atap yang disebutkan terakhir memiliki dua atap tambahan di kedua sisinya, atap jenis sulah nyanda hanya memiliki satu atap tambahan yang disebut curugan. Salah satu atap pada sulah nyanda lebih panjang dan memiliki kemiringan yang rendah. komponen-komponen tersebut dirakit atau dirangkai dengan cara diikat menggunakan tali awi temen ataupun dengan cara dipaseuk. komponen seperti bilik (dinding), rarangkit (atap), dan palupuh (lantai) hanya sekadar diikat atau dijepit pada bambu atau kayu konstruksi. Oleh karena itu, bangunan rumah tinggal suku Baduy termasuk jenis bangunan tahan gempa karena konstruksinya bersifat fleksibel dan elastis. Namun, beberapa rumah masyarakat Baduy luar ada telah menggunakan paku untuk menyambukan antara satu bambu dengan yang lainnya hal ini berbeda dengan masyarakat Baduy Dalam. Batu kali merupakan komponen yang cukup penting pula di lingkungan kampung suku Baduy. Selain digunakan untuk tumpuan tiang penyangga, batu kali juga digunakan sebagi penahan tanah agar tidak longsor. Caranya dengan ditumpuk membentuk benteng, atau dipakai untuk membuat anak tangga, selokan, ataupun tempat berjalan yang sangat berguna terutama jika musim hujan tiba. Rumah masyarakat Baduy dalam hanya memiliki satu pintu masuk yang ditutup dengan panto, yaitu sejenis daun pintu yang dibuat dari anyaman bilah-bilah bambu berukuran sebesar ibu jari dan dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut disebut sarigsig. Sebagian besar pintu tidak dikunci ketika ditinggalkan penghuninya. Akan tetapi, beberapa orang membuat tulak untuk mengunci pintu dengan cara memalangkan dua kayu yang didorong atau ditarik dari samping luar bangunan Namun, masyarakat Baduy luar rumah mereka sudah menggunakan kusen pintu seperti kebanyakan rumah di kota yang sudah terdalat kunciny. Orang Baduy tidak mengenal ukuran semua hanya berdasarkan perkiraan dan insting dan pengalaman orang-orang Baduy saja. Pembagian interiornya terdiri dari tiga ruangan, yaitu sosoro, tepas, dan imah. Sosoro dipergunakan untuk menerima kunjungan tamu. Letaknya memanjang ke arah bagian lebar rumah. Selanjutnya, ruang tepas yang membujur ke arah bagian panjang atau ke belakang digunakan untuk acara makan atau tidur anak-anak. Antara ruangan sosoro dan tepas tidak terdapat pembatas. Keduanya menyatu membentuk huruf L terbalik atau siku. imah adalah sebuah ruangan atau bagian inti dari tata ruang dalam rumah tinggal suku Baduy. karena Hampir seluruh kegiatan berpusat pada ruangan tersebut Selain berfungsi sebagai dapur (pawon), imah juga berfungsi hal-hal lahiriah menyediakan makanan dan minuman, maupun hal-hal yang batiniah, sebagai ruang tidur kepala keluarga beserta istrinya, ermasuk menjalankan peran sebagai  pasangan suami-istri. Dalam membangun rumah sebelum kita membangun rumah kita harus mendapatkan ijin dari Pu’un (kepala adat) dan apabila membangun rumah ada bulan-bulan khusus dantidak sembarangan dalam membangun rumah. Dalam membangun rumah masyarakat Badui melakukannya dengan kegiatan bergotong royong seluruh kampung, dalam sehari mereka dapat menyelesaikan sekitar sepuluh bangunan rumah tinggal yang luasnya lebih kurang 100-120 meter persegi. Selain dari arsitek bangunan yang indah dan kebudayaannya yang istimewa. Baduy juga menawarkan suasana perdesaan yang sejuk nyaman masyarakat yang berasahaja dan ramah. Inilah gambaran dari indahnya berwisata alam di Baduy. Semoga bermanfaat . Apabila teman-teman mengalami penat dengan kemacetan Jakarta dan ingin menikmati suasana desa serta bising dengan suara kendaraan di Baduy yang terdengat hanyalah suara jangkrik dan suara hewan lainnya dan apabila kita beruntung kita akan melihat kunang-kunang yang indah. Selamat mencoba .. selamat berlibur .. Dan dihimbau karena ini wisata alam maka diharapkan kita harus jaga dan dilestarikan alam lingkungan keindahannya, tidak merusak alam, tidak membuang sampah sembarangan, dan juga jangan mencoret-coret apapun.. Jaga keindahan dan kebudayaan alam Baduy ini kalo bukan kita siapa lagi.. INDAHNYA INDONESIA KU..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun