Mohon tunggu...
Inge Guntarti
Inge Guntarti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha kerajinan imitasi kulit

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Malu dan Kemaluan

2 Februari 2025   14:33 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:33 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata malu sering dihubungkan dengan perasaan seseorang. Biasanya berujud rasa takut atau keseganan  dalam melakukan sesuatu karena ada yang dipandang tidak pantas atau salah. Atau perasaan yang timbul akibat melakukan sesuatu yang tidak baik. Jadi lebih merupakan emosi kegelisahan yang berupa penolakan personal, tetapi bisa juga tampil dalam bentuk kecemasan sosial. Kita ketahui bersama, rasa malu seperti diatas dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Namun pada hakekatnya rasa malu tersebut timbul dalam kaitannya dengan hal kehinaan atau kesopanan. Maka sebenarnya dalam kehidupan yang kita jalani, utamanya dalam bermasyarakat rasa malu itu dalam porsi kewajaran sangat dibutuhkan agar terhindar dari perbuatan tercela.

Lalu tentang kata kemaluan. Pada umumnya kita pahami sebagai bagian tubuh yang bersifat pribadi dan sensitif. Baik pada pria maupun wanita dikatakan sebagai alat kelamin. Adapula istilah dalam agama Islam, yaitu kata aurat. Bukan saja terbatas pada alat kelamin, namun bisa juga berlaku untuk anggota tubuh manusia yang wajib ditutupi dan haram untuk dilihat orang lain kecuali oleh orang-orang tertentu saja. Karena keberadaannya yang rahasia dan tidak boleh dibicarakan secara terbuka maupun diumbar di depan umum. Tujuannya tentu saja agar nilai nilai kesopanan dan kehormatan terjaga. Namun ada juga pengertian lain dari kata kemaluan . Yaitu sebuah situasi yang terjadi dan biasanya  karena ketidak-sengajaan serta menimbulkan rasa tak nyaman bagi (para) pelakunya. Kondisi sedemikian ini seringkali mengakibatkan timbulnya rasa tak percaya diri atau rendah diri. Tidak ingin diketahui orang lain karena melakukan sesuatu yang tidak semestinya. 

Lalu apa sebenarnya makna keduanya dan kepentingannya bagi kita ?. Tanpa memiliki rasa malu kita akan cenderung liar, vulgar dan tidak punya batasan kearifan. Dalam agama islam kalau tidak salah dikatakan bahwa malu adalah bagian dari iman. Karena rasa malu mendorong orang menjauhi dosa serta menuntun orang melakukan kebaikan . Dalam kekristenan rasa malu salah satunya dipahami sebagai penyesalan atas dosa. Bila kita meneliti kisah kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa maka ketika mereka melanggar perintah Allah dengan memakan buah pohon pengetahuan baik dan jahat, mereka menjadi sadar bahwa mereka telanjang. Lalu mereka menjadi malu dan mencoba menutupi ketelanjangan dan menyembunyikan diri.  Tetapi Tuhan maha pengampun, bagi yang meresponi panggilanNya , Dia selalu menyediakan ampunan walaupun tetap ada harga yang harus dibayar.

Maka yang penting untuk dilakukan adalah kita jangan sampai hilang kesadaran dan hilang perasaan. Dibutuhkan selain kejujuran juga hikmat dan kearifan. Tidak semua hal harus diobral dan jadi konsumsi publik. Memang peribahasa mengatakan: malu bertanya sesat di jalan, artinya tidak perlu malu mengakui kekurangan diri sendiri, apalagi bila kita sedang membutuhkan saran dan nasihat serta petunjuk dari orang yang lebih paham. Tetapi hendaknya diingat jangan sekali -kali kita menjadi orang yang tidak tahu malu. Aib diri sendiri dan aib orang disebarkan dimana-mana. Kalau mau berbagi, berbagilah kue malu. Pasti yang menerima akan tersenyum senang.

Catatan: kue malu adalah sejenis kue tradisional asal Sumatera Barat yang lazim disajikan untuk memeriahkan pesta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun