Mohon tunggu...
adam truedy Male
adam truedy Male Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa, penulis

saya memilikki hobi menulis dan saya biasa menulis jenis apapun penulisan seperti arikel penelitian internasional maupun nasional dan novel pendek yang di publish di medium maupun wattpad

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Benarkah Orang tua Tak Pernah Salah? Menyikapi Ego Orang Tua dalam Hubungan dengan Anak

17 Desember 2024   09:55 Diperbarui: 17 Desember 2024   10:26 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi animasi seorang ibu yang tidak mau mengatakan maaf

Menurut Dr. John Gottman dari Gottman Institute (2023), kesalahan dalam interaksi adalah hal yang wajar. Yang penting adalah bagaimana orang tua memperbaiki hubungan melalui konsep rupture and repair mengakui kesalahan, meminta maaf, dan membangun kembali kepercayaan. Jika hubungan tidak diperbaiki setelah konflik, luka emosional pada anak dapat bertahan lama.

Mengapa Orang Tua Sulit Meminta Maaf?

Penelitian psikologi menunjukkan bahwa banyak orang tua enggan meminta maaf karena khawatir melemahkan otoritas mereka. Sikap ini sering berakar pada pola asuh yang mereka alami semasa kecil, di mana meminta maaf dianggap sebagai tanda kelemahan. Selain itu, sebagian orang tua memandang diskusi sebagai ancaman terhadap kontrol mereka, sehingga komunikasi menjadi terhambat.

Padahal, kemampuan untuk meminta maaf dan berdiskusi secara terbuka justru membangun hubungan yang lebih sehat dan saling menghormati.

Bagaimana solusinya?

Terdapat salah satu pendekatan yang efektif adalah connection based parenting atau attachment parenting yang dipopulerkan oleh Dr. William Sears. Konsep ini menekankan pentingnya hubungan emosional yang mendalam antara orang tua dan anak untuk membangun rasa aman, kepercayaan, dan penghargaan dalam keluarga.

Penelitian dari Harvard's Center on the Developing Child menegaskan bahwa hubungan positif antara anak dan orang tua merupakan kunci membangun ketahanan terhadap stres dan trauma. Menurut Dr. Kenneth Ginsburg dari The Children's Hospital of Philadelphia, koneksi emosional yang erat membantu anak merasa aman, lebih percaya diri, dan mampu menghadapi situasi sulit.

Contohnya dengan melakukan diskusi terbuka dengan anak, memberikan rasa empati serta memvalidasi perasaan seorang anak. Dalam The Whole-Brain Child, Dr. Daniel Siegel menekankan bahwa mendengarkan secara aktif dan memberikan empati membantu anak mengenali emosinya, membangun regulasi emosi, dan meningkatkan kepercayaan diri. Dengan mengganti kebiasaan memarahi anak dengan bimbingan penuh kasih sayang, orang tua tidak hanya mendisiplinkan, tetapi juga memperkuat koneksi emosional.

Diperlukan juga bagi orang tua untuk merefleksikan diri dengan mengakui kesalahan bukanlah sebuah tanda kelemahan, melainkan langkah untuk membangun hubungan yang sehat dan setara. Menurut Dr. Shefali Tsabary dalam The Conscious Parent, ketika orang tua meminta maaf, mereka memberikan teladan penting tentang tanggung jawab emosional kepada anak.

dengan seperti itu dipercaya membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi lebih harmonis dan perlu diketahui artikel ini tidak memihak kepada anak maupun orang tua, melainkan mengajak kedua belah pihak untuk refleksi bersama. Pola asuh yang efektif adalah yang dibangun di atas dasar kasih sayang, saling menghormati, dan keberanian untuk mengakui kesalahan. Dengan demikian, orang tua dan anak dapat menciptakan hubungan yang harmonis dan saling mendukung. 

"It is not perfection that children need from their parents, but a genuine connection that allows them to feel loved, safe, and valued even in moments of imperfection." --- Donald Winnicott.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun