Mohon tunggu...
Adamsyah Muhammad
Adamsyah Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah dalam kepenulisan, bahasa, sejarah, biologi, dan juga health issue. Untuk Konten favorit saya adalah yang berkaitan dengan dunia biologi, kesehatan, dan juga olahraga khususnya sepak bola timnas. Saat ini saya sedang berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Waspadai Global Warming! 3 Tahun Lagi Bumi Tidak Layak Huni

22 Desember 2022   07:23 Diperbarui: 22 Desember 2022   07:28 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image : Kenaikan Suhu Global Bumi (Source Image : Badan Meteorologi Inggris)

Permasalahan Earth Global Warming Issue (Pemanasan Global Bumi) sudah menjadi headline atau salah satu titik perhatian utama dalam beberapa dekade terakhir di seluruh dunia. 

Suhu global terus menunjukan grafik kenaikan yang sangat memprihatinkan, tercatat bahwa hingga 2021 kemarin terjadi kenaikan 2X lebih cepat dibandingkan periode atau waktu sebelumnya. 

Suhu global bumi terus mengalami kenaikan yang sangat signifikan dan bisa memicu berbagi krisis yang benar-benar berbahaya untuk seluruh dunia. Hal ini dikonfirmasi juga oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang merupakan badan PBB yang bertanggung jawab melakukan penilaian ke penelitian-penelitian tentang perubahan iklim. 

IPCC menyatakan persoalan tersebut yang didukung oleh data statistik krisis iklim bumi National Geografic terkait Global Mean Surface Temperature, bahwa apabila manusia gagal mengatasi dan mengurangi angka peningkatan gas rumah kaca sampai tiga tahun ke depan, para ilmuwan menyatakan bahwa bumi planet yang kita tempati saat ini tidak layak untuk dihuni.

Para ilmuwan juga menambahkan, krisis iklim ini tidak hanya berdampak pada masalah lingkungan saja tetapi juga akan menjadi masalah-masalah sosial. Isu pemanasan global ini akan menjadi masalah sosial apabila salah satu penyebabnya yaitu gas rumah kaca tidak segera ditangani. 

Hal ini dikarenakan negara penggunaan efek rumah kaca paling banyak muncul dari Negara-negara Eropa, Amerika Utara dan juga Asia khususnya seperti Cina. Namun sebenarnya negara yang paling terdampak atau paling rentan adalah negara-negara di daerah Afrika dan negara-negara di wilayah tropis termasuk Indonesia. 

Hal ini menyebabkan negara-negara maju yang dapat melakukan percepatan pembangunan terkait pengadaan pembangunan rumah kaca dan akan mengakibatkan negara-negara di wilayah tropis akan merasakan dampak paling besar yaitu kekeringan dan kelaparan. 

Oleh karena itu, apabila di tahun 2025 manusia gagal dan tidak mampu untuk menekan angka peningkatan suhu global Bumi, maka manusia akan mengalami krisis dan membuat Bumi makin sulit untuk dihuni.

Selanjutnya di Indonesia, menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada wawancara Agustus 2021 menyampaikan bahwa kenaikan suhu udara global membuat cuaca atau iklim di Indonesia semakin kacau dan tidak bisa diprediksi. 

Hal ini juga bisa kita rasakan belakangan ini, yang biasanya pada bulan-bulan tertentu dapat diprediksi sebagai bulan musim hujan atau musim kemarau sekarang sudah tidak bisa. 

Cuaca dapat berubah secara tiba-tiba, saat pagi terlihat cerah panas namun seketika bisa berubah menjadi mendung dan turun hujan yang deras. Ini sudah menunjukan kepada kita semua bahwa di Bumi kita ada kerusakan atau ketidakseimbangan yang terjadi, Global Warming Issue adalah permasalahan yang sangat serius dan harus bisa kita tanggulangi bersama. 

Aksi Tanggap Permasalahan Global Warming yang Diabaikan

Dalam menanggapi permasalahan Global Warming ini, sebenarnya sudah banyak gerakan para scientist dan ahli lingkungan dunia dalam menyuarakan betapa seriusnya dampak dari pemanasan global. 

Salah satunya yang terkenal yaitu gerakan demonstrasi dari dr. Peter Kalmus bersama para ilmuwan-ilmuwan NASA di depan gedung JPMorgan Chase, Los Angeles tahun ini (2022). 

Protes yang digelar para ilmuwan ini sendiri adalah sebagai bentuk kemarahan kepada perusahaan bahan bakar fosil bank. Peter Kalmus dan Para Ilmuwan menuduh bahwa perusahaan JPMorgan Chase mendanai proyek bahan bakar fosil baru lebih banyak daripada bank lain mana pun, yang membawa manusia ke kehancuran iklim.

“Kami memilih JP Morgan Chase karena dari semua bank investasi di dunia, JP Morgan Chase adalah perusahaan yang mendanai sebagian besar proyek bahan bakar fosil baru dunia" Ungkap Peter Kalmus.

Dalam aksinya, sambil berorasi Peter Kalmus bersama rekannya merantai tangannya sendiri di depan pintu masuk JPMorgan Chase Bank. Dirinya juga memaparkan bahwa para ilmuwan telah mengingatkan para masyarakat dan para pemimpin bisnis dalam beberapa dekade terakhir,  namun apa yang disampaikan para ilmuwan ini tetaplah diabaikan. 

Kalmus menginginkan pemimpin bisnis mendengarkan dan mengkaji dengan serius masalah krisis iklim ini. Jika para pemangku bisnis tidak melakukan suatu perubahan, maka manusia akan kehilangan segalanya yang artinya bumi yang kita tempati akan berdampak lebih parah dari sebelumnya.

Penangkapan Para Ilmuwan 

Alih-alih ingin didengarkan dan mendapat perhatian semua pihak untuk bersama-sama menyikapi permasalahan emisi Global Warming ini, para ilmuwan malah didatangkan 100 personil polisi beratribut lengkap untuk diamankan serta dilakukan penangkapan kepada para ilmuwan tersebut ketika sedang berorasi.  

 "Kita akan kehilangan segalanya dan kami tidak bercanda, kami tidak berbohong ini sangat buruk semuanya.  Seperti yang dijelaskan oleh laporan IPCC terbaru, emisi dari infrastruktur energi fosil saat ini dan yang direncanakan sudah lebih dari dua kali lipat jumlah yang akan mendorong planet ini lebih dari 1,5°C pemanasan global, tingkat pemanasan yang akan membawa lebih banyak panas, api, badai, banjir, dan kekeringan daripada 1,2°C saat ini ". Ungkap Peter Kalmus dalam Orasinya sebelum dilakukan penangkapan. 

Melihat kondisi tersebut tentulah sangat memprihatinkan, sudah ribuan ilmuwan dari berbagai lembaga resmi dunia yang sangat ahli dibidangnya melakukan berbagai gerakan supaya kita semua masyarakat di seluruh dunia sadar akan urgensi yang sangat serius ini. 

Kita sebagai manusia yang tinggal di Bumi, sudah seharusnya memiliki rasa kepedulian yang besar untuk menjaga dan terus melestarikan alam agar semua yang ada di Bumi tetap seimbang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun