Mohon tunggu...
Asep Muhammad Adam
Asep Muhammad Adam Mohon Tunggu... Freelancer - Graduate of Padjadjaran University

Belajar senang membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Terlalu Banyak Mikir, Jadi Punya Paradigma "Selalu Benar"

17 November 2020   11:34 Diperbarui: 17 November 2020   11:57 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sih perbedaan manusia dengan hewan? apakah hewan memiliki perasaan? ataukah hewan memiliki pikiran? 

Tuhan menciptakan manusia memang sangat berbeda dengan mahluk hidup lainnya, dimana manusia diberikan akal. Ya, akal menjadi salah satu anugerah yang diberikan kepada manusia sebagai mahluk hidup yang harus nurut tungut kepada perintah-Nya, memilih antara hitam-putih, baik-buruk. 

Dengan akal, manusia bisa melakukan hal-hal positif seperti menghitung, menganalisis, menentukan pilihan atau bahkan digunakan untuk hal-hal negatif yang sering kita sebut sebagai 'akal busuk'. 

Manusia memang berevolusi, baik dari fisik maupun dari pola pikir. Banyak yang telah dilakukan oleh manusia, menemukan sesuatu yang tersimpan sejak zaman dahulu atau menemukan hal-hal baru. Semua adalah hasil kerja dari akal manusia. Jadilah orang yang memiliki integritas, lebih mencintai diri sendiri dan memiliki kesadaran. 

Tapi bagaimanakah akal menentukan perilaku manusia? Misalnya sebagai seseorang yang tidak ingin sama sekali berbuat kesalahan dalam hidupnya (problem-free life), ingin mendapat pengakuan dari orang lain atau bahkan melakukan hal buruk untuk mendapat perhatian orang sekitarnya. 

Menurut seorang psikolog yang bernama Robert A. Glover, Ph.D dalam bukunya 'No More Mr. Nice Guy' mengatakan bahwa penyebab dari orang memiliki Nice Guy Syndrome atau yang bisa dikatakan sebagai orang yang lebih intuitif adalah karena pengalaman dari masa kecilnya yang kurang memiliki perhatian dari orang tuanya, single parents dan bahkan perubahan sistem ekonomi dari agraris ke industri.

Kondisi tersebut secara bertahap membentuk paradigma bahwa dia harus menutupi kesalahannya agar disukai atau diakui oleh orang lain, menganggap dirinya benar, pemberi dan sukar menolak untuk menolong orang. 

Memang bukanlah hal yang salah ketika kita mencoba menjadi orang yang baik, selalu berfikir mendalam sebelum bertindak. Tapi apakah kita sadar bahwa perilaku baik kita selalu ingin diakui oleh orang lain? semoga kalian bukan termasuk ya. 

Nah, ada beberapa pengalaman saya terkait dengan orang-orang yang terindikasi sebagai orang yang memiliki syndrome ini. Ciri khas dari orang yang terindikasi memiliki syndrome ini adalah mereka tidak bisa mengontrol pola berpikir mereka. 

Cenderung ada ketakutan untuk melakukan yang mereka inginkan, seperti takut akan reaksi orang lain ketika dia memutuskan suatu hal. Ini sangatlah buruk, karena kamu bergantung dengan apa yang orang lain inginkan maka kamu tidak bisa menjadi seutuhnya dirimu sendiri, perasaan tertekan selalu ada dalam benak. Semua pikiran itu akan menghambat kamu untuk lebih bebas sebagaimana mestinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun