Berawal dari Tawaran Temannya. Adamsir Seorang anak Yang pada masa itu berumur 7 Tahun lahir di medan 6 september 2003 tinggal di Jakarta Menjual 5 biji Permen kepada teman sekolahnya secara komersial. kala itu teman SDN Bintaro 04 Yang merasa permen buatan ibunda adamsir sangat enak mulai berlangganan permen setiap hari kepada adamsir. Â Masa itu permen buatan Ibundanya dijual Seharga Rp 2000 per 5 buah dengan keuntungan Seribu Rupiah.
Awalnya Adam Menolak karena ia hanya sekedar berbagi hanya untuk sekali.  Namun Temannya Yang bernama Reza Daffa Yang merupakan Anak golongan kelas ekonomi Atas bersikeras Untuk membeli permen tersebut.  Hingga Adamsir berpikir  2 kali untuk menolaknya.Â
Permennya manis buatan ibu adamsir ini cukup terkenal di kalangan Sekolahnya. Bagaimana tidak ? Rasa manis alami nan sangat nikmat dan juga sehat ini tidak dapat dijumpai di Toko Apapun Yang menjual permen . Seperti kata pepatah "Dimana ada gula di situ ramai semut" . Permen  adamsir menjadi serbuan para pelanggan ingusan setiap hari. Adamsir memenuhi pesanan pelanggannya disela sela pergantian pelajaran sekolah dan waktu istirahat.  Tanpa disangka inilah Cikal Bakal Bisnis Yang Adamsir.Â
Banyaknya Pesanan Pelanggan kali ini bukan hanya  dari Teman sebayanya tapi juga Dari Orang Tua Teman dan tetangganya yang mendengar kehebatan Permen ini dari mulut ke telinga lalu dari telinga ke mulut membuat Ibunda Adamsir Kewalahan.  Apalagi Saat itu ibunda Adamsir sedang jatuh sakit . Sakit stroke yang menimpa ibunya sangat melumpuhkan dan membuat tidak berdaya untuk memenuhi konsumen. Tanpa berpikir panjang Adamsir mulai belajar memproduksi Permen Sendiri. Menggantikan fungsi ibunya sebagai produsen dengan berbekal Resep,  Adamsir mencoba membuat permennya.Â
Hal Malang menimpa. Bisnis kecil permen Adamsir mengalami kemunduran Lantaran Pelanggannya mulai berkurang sedikit demi sedikit. Menurut Teman langganan setianya, Reza Daffa . Rasa Permen Adamsir ini sudah tidak senikmat dahulu. Â Ini terjadi dikarenakan Produsen permen yang berubah. Â Kalau dulu ibunya sekarang Adamsir sendiri yang hanya berbekal Ilmu tanpa pengalaman. Â Adamsir berharap agar Ibunya lekas sembuh sehingga permintaan kembali meningkat dan pendapatannya bisa digunakan untuk biaya sekolah.
Pagi itu Adamsir bangun Kesiangan. Saat membuka mata Jam analog yang melekat pada dinding kamarnya menunjukkan Pukul 8:10 . Adamsir yang penglihatannya masih sayup-sayup lemah jadi Terloncat kaget dari kasurnya . Ia langsung lari membabi buta menuju ke ke kamar mandinya. Tapi targetnya gagal tercapai. Â Karena sebelum sampai di kamar mandi Adamsir menabrak dinding. Â "Buk!". "Argghh!! ". Adamsir terjatuh dan mengerang kesakitan. setelah reda. Adamsir mulai dapat berpikir jernih. Â Ia memutuskan untuk batal pergi kesekolah karena dia sudah terlambat sekitar 40 menit. Â belum lagi perjalanan mengunyah waktu sehingga adamsir diperkirakan. sampai di pagar sekolah dalam keadaan terlambat 1 jam!. "Percuma saja paling disekolah bukannya dapat pelajaran malah dapat siksaan"ucapnya dalam hati.Â
setelah Adam merasa mantap memutuskan untuk bolos sekolah hari itu. Sebuah pikiran penasaran melintas di kepalanya hari ini dia terlambat karena tidak ada yang membangunkan. Padahal ibunya tak pernah luput untuk senantiasa membangunkan Raga adamsir yang mati sementara (tidur) setiap pagi hari. Â "Ada apa dengan ibu? Â Apa sakitnya semakin parah". Tanpa berpanjang pikir. Adamsir segera menuju ke kamar ibunya. Â Ia mendapati tubuh ibunya tidak dalam keadaan sadar. Â "Pantas saja dia tidak membangunkanku. Â Ternyata dia sendiri belum bangun"!. Hmm.. Â Tapi tidak biasanya dia belum bangun jam segini". Perlahan lahan kaki bergerak melangkah menuju kenyataan. Kenyataan yang pahit. saat ibunya dibangunkan ternyata jiwa ibu tidak merespon. Dan Kenyataan telah sampai dan tiada daya upaya untuk menolaknya. "Terima Kasih dan Selamat tinggal ibu. Selamat datang kehidupan Baru". Ya. Kehidupan baru yang berat tanpa ibu.Â
Menggunakan Warisan Ibunya Yang jauh dari bilangan banyak. Adamsir memilih membuka usaha menjual barang - barang buatan tangan sendiri. Daripada dia gunakan hanya untuk kebutuhan Sehari-hari seperti makan yang tidak akan berkembang dan tentunya akan habis. Â Lebih baik ia pergunakan warisan ibunya sebagai modal untuk membeli bahan bahan tidak bernilai dan merakitnya menjadi barang pakai yang jauh lebih bernilai seperti Pakaian yang dibuat dari kain perca, sandal dari gabus , meja dan kursi dari box susu.Â
Semua ini dibuatnya dengan harapan agar barangnya dapat beguna bagi masyarakat. Terutama bagi warga kelas ekonomi bawah agar kepuasan akan kebutuhan mereka terpenuhi . berkat keterampilan dan kesungguhannya membuat  bahan sampah yang sebelumnya tidak bernilai menjadi barang berkualitas tinggi.  Membuat barangnya laris semanis gula merah !. permintaan meroket di pasaran. dengan kilat Muncul Distributor - distributor yang berlangganan barang barang handmade ini kepada Adamsir  Maka dimulailah kariernya sebagai pengusaha cilik.Â
hadirnya distributor (orang yang menyampaikan barang produksi kepada konsumen/pemakai). Maka Adam tidak perlu lagi menjajakan/Menjual barang karya tangan sendirinya . Adamsir hanya perlu fokus untuk memproduksi/Membuat barangnya. Karena permintaan yang banyak maka barang yang harus diproduksi Juga harus sesuai. Â Oleh karena itu adamsir dengan menggunakan pendapatan dari penjualan sebelumnya menambah modal usahanya. sehingga bisa memenuhi permintaan. Dalam sehari-hari Adamsir bisa memproduksi 70 Meja senilai Rp.25.000 setiap unit dengan keuntungan dia sebanyak Rp 5000 dan pendapatan masing-masing distributor Rp 5000 serta sisanya untuk modal kembali. Begitu juga dengan Kursi 76 unit , sandal 36 Pasang dan kain seperti Taplak meja 70 Unit perharinya. Kini kain yang biasa dia olah menjadi pakaian dia alihkan menjadi taplak meja, sapu tangan dan kanebo karena peminatnya yang rendah. Dalam 1 hari adamsir mendapatkan hasil usaha sekitar 910.000.00 (sembilan ratus sepuluh ribu rupiah). Â Yang ia gunakan untuk keperluan sehari Rp 100.000 ,50.000 ribu disisihkan untuk uang sekolah akhir bulan dan sisanya yakni Rp760.000 ia tabung untuk keperluan yang akan datang .
Hari berganti hari , bulan berubah-ubah, Â tahun silih berganti. Â tiada rasa adamsir telah menginjak usia 14 tahun. 2 tahun terkira dari meninggalkan bangku sekolah dasar dan Sudah 6 Tahun terhitung semenjak dari ibunya meninggalkan dunia. Â Perusahaan adamsir kini berkembang sangat pesat adamsir bukan lagi orang yang capai-capai memproduksi barang di perusahaan tersebut apalagi mendistribusikannya. Adamsir kini bisa duduk tenang menikmati pendidikan di sekolahnya tanpa perlu pusing memikirkan makanan sehari-hari nya. Â