Mohon tunggu...
Adam Sufi Ibrahim
Adam Sufi Ibrahim Mohon Tunggu... Editor - Siswa

Instagram : @adamsufii

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Disiplin Itu Penting untuk Kehidupan

31 Agustus 2017   11:47 Diperbarui: 31 Agustus 2017   12:32 2885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sekarang kumpulkan PR yang telah Bu Guru berikan Minggu lalu!" kata bu guru, teman-temanku pun mengumpulkan PR mereka masing-masing, mukaku tambah menjadi pucat "Lena... kenapa kamu Nak? kamu sakit?" tanya bu guru aku menjawabnya dengan wajah yang gugup "Nggak... Bu saya tidak sakit kok" bu guru pun pergi ke papan tulis "Sekarang... siapa yang tidak mengumpulkan PR?" tanya bu guru dengan wajah yang pucat aku mengangkat tanganku dan berkata "Saya Bu Guru".

"Sekarang kamu berdiri di depan kelas sebagai hukuman untuk kamu yang tidak membuat PR!" perintah bu guru, aku pun berjalan menuju depan kelas rasanya malu sekali karena, aku sering sekali dihukum oleh bu guru hanya gara-gara tidak membuat PR "Lena kamu angkat salah satu kakimu lalu, pegang kedua daun telingamu!" perintah bu guru lagi, aku pun mengangkat salah satu kakiku, dan memegang kedua daun telingaku. Teman-teman mentertawakanku lagi "Haaa... haaa... haaaaa" tawaan mereka semua kecuali sahabatku, "Huuhhh kenapa sih hidupku selalu sial, mulai dari terlambat ke Sekolah, masuk kelas ditertawakan, dapat hukuman karena tidak membuat PR, sekarang malah jadi bahan tawaan lagi.. Ihhhh aku kan jadi malu!" kataku didalam hati kecilku bu guru menjadi marah dan berkata "Kenapa kalian mentertawakan Lena?"

Mereka menjawabnya dengan serentak "Karena kaos kakinya tidak sama, Bu!" aku pun terkejut dan langsung melihat kaos kakiku, memang berbeda yang satu berwarna hijau, yang satunya lagi berwarna merah, aku jadi malu dibuatnya, pipiku menjadi pink kemerahaan "Sudah... sudah... diam" kata bu guru dengan wajah yang marah lalu, bu guru mengajarkan kepada siswa tentang segitiga, setelah beberapa menit perutku menjadi mulas dan mengeluarkan kentut "Pump..." bunyi kentutku, teman-teman mulai mencium bau yang tak sedap itu, dan teman-teman mulai ribut dan menutup hidungnya masing-masing "Siapa yang kentut?" tanya bu guru dengan wajah yang geram.

Para siswa terdiam sejenak, "Ayo... mengaku siapa yang kentut?" tanya bu guru lagi, aku berkata di dalam hatiku "Uhhh... ini pasti gara-gara selai cabe yang tadi aku makan" aku pun kembali cemas dengan malu-malu aku mengangkat tanganku "Saya Bu Guru," kataku, bu guru menjawab "Lena... kamu lagi... kamu lagi... sekarang kamu bersihkan WC perempuan!" bentak bu guru, aku pun berjalan menuju WC untuk membersihkannya, setelah beberapa menit aku membersihkan WC malu rasanya dilihat oleh siswa-siswa yang lain, lonceng sekolah pun berbunyi "Teng... teng..." itu artinya jam pelajaran kedua sudah dimulai bu guru mendekatiku di ruangan WC "Lena... maafkan Saya, yang telah menghukum kamu terlalu berat. Kamu harus hidup disiplin!" aku menjawabnya "Baik... Bu Guru maafkan Saya juga yang tidak disiplin Bu Guru" aku pun kembali ke ruangan kelasku.

Lagi-lagi teman-teman mentertawakankun lagi "Dasar... tukang kentut sembarangan, emangnya ini WC... dasar!" kata temanku, "Haaaaa... haa" tawa mereka. Telingaku terasa panas mendengar cacian mereka "Eehhh biasa aja kali kalau Aku kentut emangnya kamu terasa terbebani hah? Aku yang kentut kamu yang sewoot lagian, kalau Aku kentut bearti aku manusia normal dong!" temanku itu menjawabnya lagi "Eh.. iya dong aku merasa terbebani soalnya baunya gak enak banget, terserah kalau kamu mau bilang manusia normal, idiot, dan lain-lain, pokoknya kamu itu tukang kentut sembarangan!" aku pun mencoba untuk sabar "Sudahh... cukup!" kata sahabatku, lima menit kemudian lonceng pun berbunyi, "Nah, sekarang saatnya jam pelajaran IPA (Fisika) nih, ayo Lena kamu duduk ke tempat dudukmu!" kata sahabatku, aku pun berjalan menuju tempat dudukku bersama sahabatku "Huhuhuuhu" ejek temanku tadi.

Pak guru memasuki ruangan kelasku "Asslammulaikum... Anak-anak" kami semua menjawabnya "Waalaikumsalam Pak". "Sekarang simpan semua buku yang berhubungan dengan pelajaran fisika" kata pak guru yang mengajar pelajaran fisika "Berarti sekarang kita ulangan dong... Pak" kata kami semua "Memang betul... saya akan melihat kemampuan kalian semua" aku pun terkejut mendengarnya, "Ya... Tuhan cobaan apa lagi yang Engkau berikan kepadaku?" kataku di dalam hatiku.

Aku pun menyimpan buku fisikaku pak guru berkata lagi "Sekarang saya akan membagikan nilai ulangan kalian semua yang kedua" saat pak guru membagikan nilai ulanganku jantungku berdetak-detak lebih kencang lagi, aku cemas akan nilai ulanganku itu, kemudian pak guru berkata kepadaku "Lena... nilai ulangan kamu tidak ada perubahan, nilai ulangan kamu yang pertama 30, yang kedua 40" aku menjawabnya "Yah.. Pak itu kan ada kenaikkan 10 Pak". "Huuuu..." kata teman-temanku. Aku jadi malu, "Sudah.. sudah.. ayo kalian kerjakan soal ulangan ini" kata pak guru. Lalu, aku pun mengerjakan soal ulangan itu "Kenapa soal ini sulit sekali" ucapanku di dalam hati soal itu berjumlah 20, sedangkan aku baru menyelesaikan 8 buah soal

Waktu tinggal sedikit lagi, keringatku mulai berteteran "Ya... Tuhan berilah keringanan sedikit untukku" akhirnya aku dapat menyelesaikan 17 soal, 20 menit telah berlalu "Teng... teng... teng" bunyi lonceng sekolahku, waktunya jam untuk pulang sekolah, para Siswa mengumpulkan lembar jawaban mereka begitu pun aku juga mengumpulkan.

Aku pun pulang "Ayo Pak kita pulang" perintahku kepada supirku, di tengah perjalanan "Ehhh... hmmm bagaimana kita ke Mall dulu!" kataku. Setelah itu aku pun sampai di Mall aku berkata kepada sopirku "Pak.. tunggu sebentar ya... aku mau belanja dulu" aku pun masuk ke dalam Mall. Lalu, aku belanja baju-baju yang banyak, dan makan siang di restaurant terdekat, sedangkan ibu di rumah panik memikirkan aku, ibu menelephoneku tetapi, handphoneku mati karena baterainya habis, aku menghabiskan waktuku di Mall. Aku melihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB, aku menuju ke mobilku "Ayo.. Pak kita pulang!" kataku kepada sopirku.

Setiba di rumah aku berteriak kepada ibu "Ibu... Ibu... aku pulang". Aku pun masuk ke dalam rumah "Hmmm..sekarang sudah jam berapa?" tanya ibu sambil wajah yang sedikit marah aku menjawabnya "Sekarang... sudah pukul 15.45 WIB" ibu bertanya lagi "Kok.. kamu baru pulang sekolah? Ibu telfon handphone kamu, tapi kok gak masuk-masuk?" aku menjawabnya "Taaadi.. aku pergi ke Mall dulu Bu, terus baterai handphoneku habis Bu" ibu berkata lagi kepadaku "Kalau mau ke Mall atau kemana pun lain kali kamu harus kasih tahu ibu dulu karena ibu cemas memikirkan kamu Nak!" aku menjawabnya "Baik Bu.. maafkan aku ya Bu" ibu menjawabnya "Iya kali ini Ibu maafkan.. tetapi, lain kali kamu harus disiplin ya!" aku menjawabnya "Baik.. Bu lain kali Lena akan kasih tahu Ibu dulu" ibu berkata kepadaku lagi "Oh, iya kamu sudah makan Lena?" aku menjawabnya "Sudah kok Bu" ibu menjawab "Syukurlah kalau begitu"

Aku pun masuk ke dalam kamarku, kulihat dan kupandang selah belik kamarku tidak serapi, dan tidak sebagus kamar kakakku. Mataku tidak senang melihatnya, aku berkata di dalam hatiku "Kenapa hidupku seperti ini, dan mengapa aku tidak bisa hidup disiplin?" aku bingung dibuatnya. Malamnya aku datang ke kamar kakakku, kamarnya lebih rapi, indah, dan harum pula. Nyaris aku putus asa, aku termenung di kamar kakakku "Lena... ayo keluar kita akan makan malam nih!" ajak kakakku aku menjawabnya "Baik.. Kak" aku pun keluar untuk makan malam, setelah makan aku langsung masuk ke dalam kamarku, kulihat dan kupandang lagi kamarku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun