Mohon tunggu...
Muhammad Sadam
Muhammad Sadam Mohon Tunggu... Konsultan -

I love competitions—the ones that are open, free, and fair for everyone, and I mean, EVERY ONE | Racists, Sexists & Homophobes... STAY AWAY from my page!

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jakarta yang Berubah Drastis Dalam Semalam

25 Januari 2017   14:58 Diperbarui: 25 Januari 2017   19:13 3736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Monas Pada Malam Hari (foto: bangunjakarta.com)

#BangunJakarta

Sebagai orang yang sudah hampir sepuluh tahun tinggal di Jakarta, somehow saya merasa seperti tidak mengenal wajah ibukota belakangan ini. Berbulan-bulan ikut membantu kampanye Hillary For America, membuat saya cukup jarang melihat wajah Jakarta secara langsung sampai beberapa hari setelah pilpres Amerika yang lalu. Dan ketika kembali, saya tercengang melihat wajah Jakarta yang seperti berubah drastis hanya dalam semalam, for the better of course.

Pembangunan Jakarta bukanlah sebuah hal yang mudah, mengingat kompleksitasnya sebagai ibukota negara, pusat pemerintahan, dan pusat aktivitas ekonomi (arguably di Asia Tenggara), serta sosial budaya di Indonesia. Pergantian pimpinan daerah (yang prosesnya sedang berlangsung) setiap lima tahun, membuat pembangunan di Jakarta pun bisa ikut terbengkalai. Entah itu karena persoalan politik pimpinannya, maupun persoalan kesiapan infrastruktur penunjang.

Akan tetapi perbaikan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak diambil alih oleh Pak Jokowi dan Pak Ahok pada 2012 lalu hingga di bawah kepemimpinan Pak Ahok dan Pak Djarot sekarang ini, telah mengubah wajah Jakarta secara signifikan.

Dan itu terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Yang lebih mengagumkan lagi, perbaikan pembangunan yang dilakukan tersebut tidak hanya pada infrastruktur fisik dan tata kota Jakarta saja, tetapi juga pembangunan manusia dan birokrasi pemerintahan DKI Jakarta sendiri.

Relokasi Warga Kampung Pulo (foto: Lucky Pransiska/KOMPAS)
Relokasi Warga Kampung Pulo (foto: Lucky Pransiska/KOMPAS)
Wajah Jakarta yang Lebih Indah

Terakhir kali saya benar-benar memperhatikan area bantaran Sungai Ciliwung di kawasan Manggarai hingga Dukuh Atas, masih ada beberapa perumahan kumuh di sekitarnya, dan aliran sungainya begitu kotor, dan sering meluap jika hujan deras turun. Kini kawasan tersebut begitu bersih, rapih, dan aliran sungainya mengalir lancar dengan ketinggian yang relatif normal bahkan pada musim hujan seperti sekarang ini.

Wajah Pintu Air Manggarai, Dulu dan Sekarang (foto: Iwan Setiyawan/KOMPAS)
Wajah Pintu Air Manggarai, Dulu dan Sekarang (foto: Iwan Setiyawan/KOMPAS)
Rumah Susun atau Rusun Cengkareng di bawah ini, kini terlihat lebih modern. Rusun ini menjadi salah satu tempat relokasi untuk warga Jakarta yang mengalami penggusuran terutama dari kawasan ilegal di area bantaran-bantaran sungai. Tadinya banyak warga yang menolak untuk dipindahkan kesini, akan tetapi dengan wajah barunya dan fasilitasnya yang lebih lengkap, kini banyak warga yang justru bersyukur dipindahkan ke Rumah Susun ini.

Rusun Cengkareng (foto: Tabloid Bintang)
Rusun Cengkareng (foto: Tabloid Bintang)
Beberapa kawasan lain pun terlihat lebih mengagumkan. Yang paling menghebohkan jagad maya mungkin adalah kawasan Waduk Pluit yang "disulap" sedemikian rupa dari kawasan kumuh yang penuh sampah, menjadi kawasan yang sangat asri dan nyaman untuk dijadikan tempat hangout. Hal ini menjadi sangat penting sebab Waduk Pluit adalah instrumen akhir dari sistem pengaturan air yang sangat vital di Jakarta.

Perubahan Wajah Waduk Pluit (foto: Tribun News)
Perubahan Wajah Waduk Pluit (foto: Tribun News)
Selama puluhan tahun kawasan ini tadinya dibiarkan kotor oleh warga sekitar yang menempatinya, membuat penanganan banjir menjadi tidak maksimal. Saat ini Waduk Pluit telah ditransformasi menjadi waduk berkapasitas raksasa yang akan membantu sistem pengaturan air di ibukota. Tidak hanya itu, kawasan waduk juga dilengkapi dengan taman kota yang begitu luas, indah, dan asri, yang menjadi ruang publik terbuka hijau bagi warga Jakarta.

Perubahan Wajah Waduk Pluit (foto: Wisnu Widiantoro/KOMPAS)
Perubahan Wajah Waduk Pluit (foto: Wisnu Widiantoro/KOMPAS)
Sama halnya dengan Waduk Pluit, area Waduk Ria Rio di kawasan Pedongkelan, Pulogadung, Jakarta Timur, kini terlihat jauh lebih baik. Tadinya kawasan seluas 26 hektar ini begitu kumuh dan sama sekali tidak terawat. Di bawah tangan pemerintahan DKI Jakarta yang baru, kawasan ini diubah menjadi kawasan rekreasi hijau warga Jakarta, yang dilengkapi dengan wifi gratis, dan dipenuhi pepohonan yang menambah keteduhan.

Kawasan Ria Rio, Dulu dan Sekarang (foto: Tribun News)
Kawasan Ria Rio, Dulu dan Sekarang (foto: Tribun News)
Lain lagi dengan pemandangan Sungai Ciliwung di beberapa titik di Jakarta yang semakin hari terlihat semakin bersih dan tertata rapih. Salah satunya Sungai Ciliwung di kawasan Gunung Sahari. Kawasan tersebut dulu selalu dipenuhi sampah dan pada musim hujan airnya akan sering meluap dan menggenangi Jalan Raya Gunung Sahari bahkan terkadang hingga setinggi betis orang dewasa. Kini kawasan tersebut benar-benar bersih, dan hampir tidak pernah lagi mengalami luapan banjir pada musim penghujan.

Yang terakhir yang menurut saya juga sangat impresif, adalah kawasan prostitusi Kalijodo. Kawasan ini tadinya sangat terkenal sebagai area prostitusi tertua di Jakarta. Kini tempat ini disulap oleh Pemda DKI Jakarta sebagai salah satu Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ramai dikunjungi oleh warga.

Bagaimana tidak, tempat ini kini dilengkapi dengan berbagai fasilitas publik yang bermanfaat, mulai dari lapangan futsal, area bermain skateboarding, hingga area taman yang dipenuhi pepohonan dan rumput.

Wajah Baru Kawasan Kalijodo (foto: KOMPAS)
Wajah Baru Kawasan Kalijodo (foto: KOMPAS)
(Jika ingin melihat potret perubahan fisik lainnya pada wajah Jakarta, salah satu tulisan di Kompasiana ini bisa mewakili: klik disini.)

Pembangunan Manusia dan Reformasi Birokrasi

Tidak hanya mempercantik wajah ibukota, pemerintah DKI Jakarta pun telah melakukan banyak perbaikan dalam hal pembangunan manusia dan reformasi birokrasi. Peningkatan akses pendidikan dan layanan kesehatan adalah beberapa hal baru yang paling mengagumkan di DKI Jakarta saat ini.

Dulu masih banyak warga yang sering mengeluh karena mahalnya biaya pendidikan dasar di Jakarta. Kini dengan keberadaan Kartu Jakarta Pintar (KJP), sudah tidak ada lagi keluhan mengenai itu sebab pendidikan dasar 12 tahun (hingga tamat SMA/SMK) kini menjadi tanggungan APBD Pemerintah DKI Jakarta.

Kartu Jakarta Pintar (foto: Pemprov DKI Jakarta)
Kartu Jakarta Pintar (foto: Pemprov DKI Jakarta)
Hasilnya pun cukup signifikan. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk pendidikan dasar DKI Jakarta telah melewati target nasional pada tahun 2015 (LAKIP Kemendikbud, 2015). Selain itu kita juga bisa melihat pada angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta yang juga meningkat (78,99 pada 2015)—tertinggi di Indonesia—dan bahkan hampir menyentuh standar internasional.

Begitupula dengan layanan kesehatan dari Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang sangat membantu warga Jakarta khususnya bagi working-class family dan warga menengah kebawah. Layanan ini sangat membantu warga Jakarta yang mempunyai penghasilan terbatas dengan tanggungan hidup yang besar.

KJS ini bisa dimanfaatkan oleh warga ber-KTP DKI Jakarta untuk mendapatkan layanan Rawat Inap ataupun Rawat Jalan, gratis, serta layanan kesehatan lainnya. Tidak hanya berlaku di Rumah Sakit pemerintah di DKI, tetapi juga di beberapa Rumah Sakit swasta yang bekerja sama dengan Pemda DKI.

Kartu Jakarta Sehat (foto: Pemprov DKI Jakarta)
Kartu Jakarta Sehat (foto: Pemprov DKI Jakarta)
Lebih mengagumkan lagi progres yang terlihat jika berbicara mengenai Reformasi Birokrasi Pemerintah DKI Jakarta. Selama beberapa tahun terakhir ini (khususnya dua tahun Pak Ahok), pemerintah DKI dinilai oleh banyak masyarakat sebagai lembaga yang sangat tegas, bersih, dan transparan.

Bagaimana tidak, bahkan segala macam aktivitas yang menyangkut anggaran maupun rapat kebijakan pemerintah DKI, bisa diakses oleh publik secara langsung dan setiap saat melalui kanal youtube Pemda DKI.

Reformasi Birokrasi itu juga terlihat jelas dalam urusan administratif seperti proses pengurusan KTP. Dulu, untuk mendapatkan KTP Jakarta harus melalui proses yang sangat rumit yang bahkan melibatkan berbagai macam jenis "uang pelicin", dan saya sendiri mengalami pengalaman tersebut. Kini proses pengurusan KTP (e-KTP) Jakarta sudah sangat mudah. Dan beberapa petugas terkait yang ketahuan melakukan pungutan liar kini telah diberhentikan oleh Pemda DKI.

Pemberantasan Korupsi adalah hal yang paling identik dengan Pak Ahok sebagai pimpinan DKI Jakarta. Dan hal itu membuat beliau dan pemerintah DKI kini sangat disegani dalam urusan yang satu ini. Selama masa kepemimpinan Ahok, Pemda DKI banyak memberhentikan pegawai-pegawai yang terlibat korupsi.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (foto: beritasatu.com)
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (foto: beritasatu.com)
Pemda DKI juga berupaya tegas dan transparan dalam memutuskan akses kepada pihak-pihak yang selama ini selalu memanfaatkan celah APBD DKI Jakarta untuk kepentingan pribadi dan kelompok mereka. Secara spesifik itu terlihat pada beberapa "anggaran siluman" yang ditolak oleh Pemda DKI untuk diajukan ke Kemendagri, seperti "dana siluman" pengadaan UPS (Uninterruptible Power Supply) untuk sekolah-sekolah di Jakarta yang mencapai Rp.12 Triliun, hingga "dana siluman" e-budgeting yang mencapai Rp.53 Triliun.

Progres yang Nyata

Lantas, apakah pembangunan Jakarta sudah berjalan sempurna? Tentu saja—by any objective measure—jawabannya, TIDAK. Akan tetapi dari semua potret singkat pembangunan Jakarta yang saya paparkan di atas, kita semua bisa menyaksikan sendiri kenyataan di lapangan, bahwa progres pembangunan itu nyata adanya. Dan seperti yang sudah sempat saya sebutkan di awal, progres tersebut sangatlah signifikan, tidak hanya dari dari intensitas perubahannya yang lebih baik, tetapi juga dari segi kemanfaatannya untuk warga Jakarta.

Lastly, perjuangan belum selesai. Progres ini tentu saja masih perlu ditingkatkan. Dan sebagai bagian dari kelompok progressive, saya sangat mendukung keberlanjutan pembangunan ini. Jadi, akan sangat disayangkan jika semua kesuksesan pembangunan ini bisa berpotensi terhambat atau bahkan terhenti sama sekali, jika ada perubahan kepentingan politik pimpinan DKI Jakarta yang baru nantinya. So, to be safe, lebih baik tetap pada pimpinannya yang sudah terbukti "kerja nyata"-nya sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun