Mohon tunggu...
Adam Kurniadi Lukman
Adam Kurniadi Lukman Mohon Tunggu... lainnya -

Mencoba menyuarakan PENDAPAT dan OPINI melalui tulisan. An ordinary guy who like to see any phenomenon and always try to analyze through multi-perspective way.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

DILARANG MEROKOK!

7 Juli 2014   08:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:11 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang yang berhasil berhenti merokok kebanyakan tidak melalui cara tersebut, melainkan memutuskan untuk berhenti, pada saat itu, pada detik itu. Umumnya keputusan tersebut disertai dengan critical incidents, baik bersifat positif (menikah, kelahiran anak, kelahiran cucu, dll) maupun negatif (trauma, kehilangan orang yang dicintai, dll).

Kesimpulan Penulis

Perilaku merokok bukan perilaku yang sederhana dan dapat dengan mudah dihilangkan, sebab perilaku tersebut sudah menjadi kebiasaan, bahkan kebutuhan biologis layaknya kebutuhan akan makan dan minum. Setiap perokok mengetahui resiko yang dapat ditimbulkan dari perilaku merokok, itu pasti. Berbagai macam usaha dilakukan untuk menghilangkan perilaku tersebut, itu wajar. Akan tetapi, ada yang dilupakan oleh kebanyakan orang, terutama yang menganggap diri mereka "anti-rokok", yakni motivasi. Apa yang mereka dan pemerintah lakukan adalah bentuk untuk menimbulkan motivasi eksternal, sedangkan keputusan diri sendiri adalah hasil dari motivasi internal. Bukan hanya dari perilaku merokok, tapi dalam berbagai macam perilaku, yang terbukti dapat memberikan hasil yang optimal adalah motivasi internal, dan motivasi eksternal selalu memberikan hasil yang bersifat sementara.

Dari kesimpulan ini, ada beberapa catatan, pendapat, saran, yang dapat penulis bagikan:


  1. Bagi kaum non-perokok atau anti-rokok. Cobalah mengerti kondisi para perokok. Menghimbau boleh, tapi sebaiknya jangan dilarang. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk melawan larangan. Mungkin efektif untuk jangka pendek, tapi saya berani menjamin, sangat kecil kemungkinannya untuk berhasil dalam jangka panjang.
  2. Bagi para psikolog, sarjana psikologi, dan ahli ilmu sosial lainnya. Jangan menyerah kawan! Saya juga sebenarnya penasaran, cara seperti apa yang dapat digunakan dengan lebih efektif untuk, paling tidak, mengurangi perilaku tersebut.
  3. Bagi pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang mengurusi masalah perilaku merokok. Ayo coba jalin hubungan yang berkualitas dengan ahli-ahli ilmu sosial yang juga terjamin kualitasnya, jadi usaha kalian bisa lebih optimal hasilnya.
  4. Bagi para perokok. Kita sudah tahu dan paham bahwa benda yang kita "konsumsi" ini memberikan resiko yang tidak kecil bagi kesehatan, bukan hanya pada diri sendiri, tapi juga pada orang sekitar kita. Maka jadilah "perokok yang budiman", perokok yang peduli pada orang-orang sekitar kita. Jangan merokok ketika ada anak kecil di dekat kita, dan usahakan agar asap rokok kita tidak mengganggu orang sekitar kita. Pandai-pandai melihat situasi sekitar kita tidak akan membawa kerugian bagi kita.
  5. Bagi masyarakat luas. Ingat! Resiko sampai kapanpun tidak akan bisa dihilangkan, tetapi resiko bisa dikurangi. Buka pikiran, buka persepsi, buka perspektif kalian, jangan membatasi diri kalian sehingga dalam melihat permasalahan hanya dari satu sisi saja. Win-lose solution hanya akan menimbulkan masalah baru. Kita cari cara bersama agar bisa menghasilkan win-win solution, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.


“And those who were seen dancing, were thought to be crazy, by those who could not hear the music.”

― Friedrich Nietzsche

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun