Mohon tunggu...
Teras Baca
Teras Baca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Merengkuh Pengetahuan dengan Membaca

Penulis sangatlah suka dengan kajian-kajian filsafat, sejarah, pendidikan dan studi agama Islam baik itu berupa buku fiksi maupun non-fiksi. Penulis memiliki motto hidup berupa "Selalu berusaha berkembang dalam keilmuan pada setiap harinya. Penulis bisa disapa di instagram; adam.kartiko

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak Bung Kecil Sutan Sjahrir untuk Republik Indonesia

6 Agustus 2023   22:54 Diperbarui: 6 Agustus 2023   23:01 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak tahu Sutan Sjahrir, sosok pahlawan Indonesia yang melegenda. Perdana menteri Indonesia pada awal masa kemerdekaan yang menjabat pada rentang tahun 1945-1947. 

Ia didapuk sebagai Pahlawan Nasional lewat Keputusan Presiden nomor 76 tahun 1966. Itu artinya ia dianggap sebagai Pahlawan Nasional pada masa akhir kepemimpinan Bung Karno.

Dalam hal penyebutan sematan Bung, kita tentu tahu bahwa sematan kata Bung Besar pasti mengarah kepada Bung Karno. 

Sedangkan jika mendengar Bung Kecil, tidak semua orang tahu bahwa itu merujuk kepada Sutan Sjahrir. Awal kehidupannya di awali semenjak Ia lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatera Barat. 

Keluarga Sjahrir dapat digolongkan sebagai kalangan bangsawan, karena ayah Sjahrir yakni Mohammad Rasad merupakan penasehat Sultan Deli sekaligus kepala jaksa di Medan.

Pada mulanya, Sjahrir kecil menamatkan sekolah menengah pertamanya pada tahun 1926. Setelah itu Sjahrir melancong ke Bandung guna menamatkan sekolah lanjut atas (AMS).

 Just Information, AMS pada waktu itu merupakan sekolah paling mahal di lingkungan sekolah Hindia Belanda.

 Di kalangan siswa AMS, Sjahrir muda berhasil menjadi primadona, ini disebabkan keikutsertannya dalam Himpunan Teater Mahasiswa Indonesia sebagai sutradara, penulis skenario sekaligus aktor.

Selain keikutsertaanya dalam organisasi kemahasiswaan yang berbasis seni teater, Sjahrir muda juga sangat aktif dalam klub debat di sekolahnya.

 Sjahrir terjun dalam aksi pendidikan yang berfokus pada pemberantasa buta huruf secara gratis yang diperuntukkan bagi anak-anak dari kalangan keluarga tidak mampu.

Sikap Nasionalisme Sjahrir tumbuh pertama kali tatkala Ia mendengarkan pidato Dr. Tjipto Mangunkusumo.

 Saat itu, Dr. Tjipto telah dikenal sebagai tokoh pergerakan yang kerap kali berpidato di suatu alun-alun Kota Bandung. 

Dari situlah untuk pertama kalinya Sjahrir terpukau dengan semangat kebangsaan yang menghantarkannya pada jalan perpolitikan guna mencapai kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 20 Februari 1927, Sjahrir masuk dalam jajaran 10 orang penggagas berdirinya Jong Indonesia. 

Perhimpunan ini merupakan wadah bagi para pemuda Indonesia yang secara monumental pada tahun 1928 mengadakan kongres yang menghasilkan Sumpah Pemuda yang sangat terkenal hingga saat ini.

Keterlibatan Sjahrir dalam bidang politik berlanjut dengan ia mendirikan Partai Sosialis pada 12 Februari 1948. 

Lewat partai ini pula Sjahrir masuk dalam jajaran pemerintahan saat itu dengan menjadi Perdana Menteri.

 Sutan Sjahrir juga merupakan orang pertama yang mendengar kekalahan Jepang oleh sekutu. Kekalahan Jepang inilah, yang menjadi tonggak awal kemerdekaan Indonesia harus segera dikumandangkan. 

Ia dengan beberapa tokoh muda lainnya, merencanakan penculikan kepada tokoh tua yakni Bung Karno dan Bung Hatta guna segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal inilah, persitiwa Rengasdengklok terjadi.

Kaum muda menuntut agar Republik Indonesia segera merdeka tanpa harus menunggu tanggal kemerdekaan yang telah dipersiapkan oleh Jepang. 

Hal ini dilakukan agar kemerdekaan Indonesia menjadi perjuangan murni rakyat Indonesia, bukan hadiah dari Jepang. 

Selain itu, dengan kalahnya Jepang di medan perang akan menjadikan sekutu kembali menjajah daerah yang tadinya dirampas oleh Jepang, yang jika tidak ditindaklanjuti menjadi sebuah kemerdekaan akan berujung pada kemerdekaan semu Republik Indonesia.

Sutan Sjahrir memiliki banyak keistimewaan baik dalam segi dirinya pribadi maupun sebagai politikus yang ulung. 

Ia dikenal dengan diplomasinya yang cerdik, keberaniannya serta sosok humanis yang bergerak dalam ranah pendidikan. Lewat jalur diplomasinya, Indonesia mendapatkan pengakuan dunia internasional. 

Lewat keberaniannya, Ia memimpin gerakan bawah tanah di masa penjajahan Jepang. Serta lewat sikap humanisnya dalam pendidikan, Ia mendirikan Cahaya Universitas Rakyat (Tjahja Volksuniversiteit) yang berperan besar dalam meningkatkan angka melek huruf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun