Mohon tunggu...
Adam Ibnu
Adam Ibnu Mohon Tunggu... -

Mencintai ilmu pengetahuan bernurani dan beretika tanpa pernah melupakan Hotel Intelektual Kampus di Universitas Az-Zahra. Anggota Kominitas Klinik Menulis Az-Zahra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Untaian Kegelisahan Intelektual (1)

31 Desember 2011   08:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:32 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap elemen mahasiswa dilibatkan dalam proses persiapan pesta demokrasi di tingkat Universitas.Sampai pada akhirnya terpilih Presiden Mahasiswa periode baru.

Kepemimpinan di tingkat lembaga mahasiswa memasuki jilid baru, hadirnya mahasiswa tahun ajaran baru menambah 'kesegaran' kabinet yang baru terbentuk ini. Itulah kesan pertama yang saya lihat pasca pembaiatan pengurus lembaga mahasiswa yang baru.

Roda kegiatan mahasiswa pun terus berjalan, dimulai dengan dilaksanakannya Study Outbond Training (dulu masih bernama Ospek) untuk menyambut kehadiran mahasiswa baru. Kesan pertama yang sempurna, dalam pandangan saya.

Tapi, seperti keledai jatuh pada lubang yang sama. Kecelakaan sejarah terulang dikampus ini. Dosa yang sama kembali diperbuat. Ketidak konsistenan dalam berorganisasi kembali menjadi momok menakutkan yang kembali menyerang. Hanya bedanya, jika kabinet sebelumya mengalami kemandekan dalam komunikasi organisasi, kabinet jilid dua ini justru berbeda 180 derajat dari 'senor-senior' nya. Kampus yang seharusnya menjadi 'wilayah' mereka yang harus dipertanggung jawabkan, tapi justru sedikit demi sedikit ditinggalkan. 'Glamour' nya dunia pergerakan antar kampus ibukota menjadi lahan baru yang lebih menggiurkan ketimbang harus 'bertarung' di rumah sendiri.

Wajar memang, itu yang harus dilakukan pengurus lembaga mahasiswa untuk turut aktif dalam kegiatan antar kampus, tetapi hal itu seharusnya dilakukan dengan tidak mengorbankan 'rakyat di 'Negara sendiri'.

Ketidak seimbangan pergerakan ini yang membuat kondisi pemerintahan 'dalam negeri' menjadi carut marut. Segala hal yang berurusan dengan kemaslahatan mahasiswa dan pergerakan intra kampus menjadi terbengkalai. Ditambah lagi dengan 'kumatnya' penyakit lama yaitu tidak adanya komunikasi berorganisasi. Semua elemen lembaga mahasiswa yang terkait seolah tidak mengerti dengan tugas dan tanggung jawabnya yang telah mereka 'kampanyekan' sebelum pemira.

Semua saling menyalahkan, lempar tanggung jawab, sampai hal-hal sepele yang berhubungan dengan 'rumah tangga' Badan Eksekutif Mahasiswa.

Semua ini tidak terlepas dari sikap dan karakteristik pemimpin yang tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi kampus kekinian. Mahasiswa yang seharusnya menjadi pemimpin tertinggi non-formal di tingkat Universitas, tapi justru hanya terpaku dengan setiap kebijakan dan maklumat kampus yang sifatnya hanya demi kepentingan sepihak. Bagaikan rakyat tak berpendidikan yang hidup jauh dari peradaban. Padahal kita mengenyam pendidkan di ibukota yang merupakan sentral dari seluruh elemen kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mahasiswa seakan tidak mempunyai pemimpin yang harus dijadikan patron dalam setiap aktifitas kelembagaan. Baik ditingkat BEM, DPM, maupun MPM. Pergerakan mahasiswa intra kampus menjadi rancu. Setiap mahasiswa hanya bisa membentuk sebuah komunitas-komunitas kekuasaan yang kecil dan tidak mempunyai hak secara struktural.

Imbasnya, jangan salahkan jika mahasiswa bertindak tegas, wadah ekspresi mereka yang dijadikan lahan untuk berkreativitas, mandek seketika. Mahasiswa seperti tidak mempunyai pemimpin yang memiliki kapabilitas dan terkesan bergerak sendiri serta terburu-buru.

Sekarang, pertanyaan yang muncul dalam benak mahasiswa,mau apa setelah ini ??. Membiarkan kondisi ini terlarut sampai pemira berikutnya ?. Atau bertindak dengan segera secara bersama-sama, dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh Majelis tertinggi mahasiswa ( MPM )??. Karena sudah barang tentu kegiatan mahasiswa tidak terpatri hanya pada kegiatan perkuliahan. Mahasiswa membutuhkan sesuatu yang lebih, yang segar, serta memberikan ruang gerak berekspresi yang seluas-luasnya sesuai dengan jiwa mereka yang masih muda dan mengebu-gebu. Sungguh sangat disayangkan jika kreativitas mahasiswa 'mampet' hanya karena ulah pemimpinnya yang telah bertindak diluar wewenang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun