Kesehatan mental merupakan salah satu faktor penting yang harus terpenuhi di dalam kehidupan seorang individu, sehingga individu tersebut dapat menjalani kehidupannya dengan optimal. Kesehatan mental merujuk pada suatu kondisi dimana kesejahteraan psikologis yang mencakup aspek sosial, psikologis, dan emosional seseorang. Para remaja menjadi kelompok yang rentan terkena masalah pada kesehatan mental, Satu dari tiga remaja Indonesia mengalami gangguan mental, dan satu dari dua puluh di antara mereka mengalami gangguan mental dalam 12 bulan terakhir, menurut Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur prevalensi gangguan mental pada remaja berusia 10 hingga 17 tahun di Indonesia. Ini setara dengan sekitar 15,5 juta remaja yang mengalami masalah kesehatan mental dan sekitar 2,45 juta remaja yang mendapatkan diagnosis gangguan mental.Â
Data tersebut merupakan fakta yang harus diterima bahwasannya para remaja di Indonesia masih banyak yang mengalami masalah pada kesehatan mental, remaja yang mengalami gangguan mental nantinya mengalami hambatan dalam menjalani aktivitas sehari-hari yang diakibatkan oleh gangguan mental yang dialami. Namun, masalah kesehatan mental ini bukan semata-mata tanpa adanya penyebab. Berbagai faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan gangguan mental yang terjadi pada para remaja, Dengan memahami bahwa penyebab yang kompleks dari masalah kesehatan mental pada remaja, kita dapat lebih efektif dalam merancang intervensi dan dukungan yang tepat.
Tantangan yang Dihadapi oleh Remaja
Masalah kesehatan pada remaja kini menjadi sebuah hal yang semakin serius, dengan jumlah penderita yang terbilang cukup banyak menjadikan isu ini begitu penting di masyarakat. Banyak dari para remaja menghadapi stigma dan tantangan yang dapat mengancam kesejahteraan hidup mereka.Â
Pemahaman yang Terbatas dalam Konstruksi Sosial
Salah satu teori sosiologi yakni konstruksi sosial juga ikut berpengaruh besar terhadap terciptanya masalah ini. Kontruksi sosial sendiri merupakan pernyataan keyakinan (claim) dan sudut pandang (viewpoint) bahwa kebudayaan dan masyarakat mengajarkan isi kesadaran dan cara berhubungan dengan orang lain (Ngangi, 2011). Kebanyakan dari masyarakat Indonesia memiliki pemahaman yang kurang mengenai kesehatan mental, hal ini masih menjadi topik yang tabu ketika di bicarakan. Masyarakat juga seringkali beranggapan bahwa masalah kesehatan mental sebagai tanda kelemahan atau kegagalan pribadi. Akibatnya, banyak orang tidak menerima pendidikan dan informasi yang tepat tentang kesehatan mental, yang menyebabkan remaja merasa terisolasi dan tidak didukung saat menghadapi masalah ini.
Tekanan SosialÂ
Akibat dari konstruksi sosial tersebut akhirnya menimbulkan tekanan bagi individu yang menderita masalah pada kesehatan mentalnya, adanya ekspektasi dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar dapat menimbulkan beban emosional yang berat. Remaja sering merasa tertekan dalam memenuhi ekspektasi akademis atau sosial, yang dapat mengarah pada stres dan perasaan yang buruk. Mengutip dari jurnal Factors Contributed to Mental Health Stigma in Adolescents and Relevant Interventions, penelitian menunjukkan bahwa remaja yang merasa tertekan oleh ekspektasi sosial seringkali mengalami pada masalah kesehatan mental yang lebih serius, contohnya seperti bunuh diri.
Peran Media Sosial
Media sosial juga memiliki kontribusi dalam menciptakan masalah kesehatan mental, di satu sisi media sosial bisa sangat bermanfaat sebagai sarana komunikasi yang dapat membangun hubungan yang positif, di sisi lain media sosial dapat menciptakan perbandingan sosial yang merugikan dan dapat menciptakan kecemasan hingga depresi. Penelitian juga menunjukkan bahwa konten-konten idealisasi yang ada di media sosial seperti Instagram dan TikTok dapat menurunkan harga diri remaja yang mengkonsumsi konten-konten serupa. Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan sering dikaitkan dengan isolasi sosial dan masalah tidur, yang semuanya berdampak negatif pada kesehatan mental.
Dampak Negatif Terhadap Remaja
Pada akhirnya efek negatif akan dirasakan oleh para remaja, ketakutan akan mengakui bahwa dirinya sedang tidak dalam kondisi mental yang sehat akan berakibat fatal pada psikis remaja tersebut kedepannya. Hal ini bukan karena tanpa alasan, melainkan karena takut dihakimi oleh masyarakat yang kurang memahami betapa pentingnya kesehetan mental, hal tersebut menghambat penderita untuk meraih pertolongan.Â
Tentunya terdapat efek jangka panjang yang akan timbul dan berdampak negatif. Berbagai masalah seperti gangguan dalam pendidikan yang dialami para remaja, hubungan sosial yang terganggu, dan jika masalah tersebut tidak segera ditangani akan berdampak buruk pada prospek karier dan kemampuan remaja untuk berfungsi secara mandiri di masyarakat, yang mana mereka mungkin merasa kurang percaya diri dalam mengambil langkah-langkah penting yang menentukan masa depan mereka.
Peluang Terbukanya Harapan Remaja
Tentunya masih ada harapan bagi para remaja ini dalam menghadapi masalah ini, beberapa cara dapat dilakukan untuk mewujudkannya. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain seperti edukasi di sekolah, pemahaman akan kesadaran terhadap persepsi kesehatan mental dapat diajarkan pada sektor pendidikan. Dengan memberikan pemahaman terkait masalah tersebut, para siswa nantinya sudah mengerti apa itu kesehatan mental dan mereka akan paham akan pentingnya kesehatan mental yang pada akhirnya akan memberikan kesadaran juga bagi para orang tua dari para siswa.
Kita juga bisa memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi positif tentang kesehatan mental. Dengan banyaknya konten-konten edukasi yang beredar, kita berharap  semakin banyak orang yang  sadar mengenai pentingnya kesehatan mental. Cara ini juga bisa mengkonstruksi ulang pemahaman masyarakat, sehingga mereka tidak lagi menyepelekan atau menhakimi orang yang memiliki kesehatan mental.
Kesehatan mental remaja di Indonesia menjadi isu penting dengan prevalensi yang tinggi, yaitu satu dari tiga remaja mengalami masalah kesehatan mental. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk tekanan sosial, stigma masyarakat, ekspektasi yang berlebihan, dan dampak media sosial. Pemahaman yang terbatas mengenai kesehatan mental dan adanya konstruksi sosial negatif memperburuk situasi, menghambat upaya pencarian pertolongan.
Namun, terdapat harapan melalui edukasi di sekolah, penyebaran informasi positif, serta pemanfaatan media sosial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi stigma dan membantu remaja menghadapi tantangan kesehatan mental dengan lebih baik.
RUJUKAN
Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS). 2022. Hasil Survei I-NAMHS: Satu dari Tiga Remaja Indonesia Memiliki Masalah Kesehatan Mental . https://ugm.ac.id/id/berita/23086-hasil-survei-i-namhs-satu-dari-tiga-remaja-indonesia-memil iki-masalah-kesehatan-mental/Â
Lin, E. (2023). Factors Contributed to Mental Health Stigma in Adolescents and Relevant Interventions. Lecture Notes in Education Psychology and Public Media, 24(1), 185--190. https://doi.org/10.54254/2753-7048/24/20230697Â
Ngangi R., C. (2011). Konstruksi Sosial dalam Realitas Sosial Charles R. Ngangi. Agri-Sosioekonomi, 7(2), 1--4.
Titisuk, P., Vajarapongse, Y., & Thongwon, L. (2023). The Impact of Using Social Media on the Mental Health of Adolescents. International Journal of Current Science Research and Review, 06(06), 3296--3300. https://doi.org/10.47191/ijcsrr/v6-i6-23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H