Mohon tunggu...
Adam Fadhil
Adam Fadhil Mohon Tunggu... Lainnya - Staff Administrasi dan Finance

Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi D4 Akuntansi Perpajakan

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Tarsum Tega Bunuh Istri: Apa Sebabnya?

6 Mei 2024   08:55 Diperbarui: 6 Mei 2024   09:01 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen Istimewa Pribadi

"Kejadiannya di jalan, tidak di rumah. Pelaku lari ke rumah membawa pisau lalu memutilasi korban. Kaki dan tangan pisah," ungkap Yoyo.

Selain memutilasi istrinya, pelaku juga sempat menawarkan daging istrinya dengan cara ditenteng dalam baskom. Hal itu diungkap Ketua RT setempat Yoyo yang mengaku sempat ditawari daging dalam baskom oleh Tarsum.

Foto: Dokumen Istimewa Pribadi
Foto: Dokumen Istimewa Pribadi
Sementara pelaku, diamankan di Polres Ciamis. Namun pelaku sempat melawan ketika hendak dibawa. Akmal menyebut ada kelainan pada kondisi kejiwaan pelaku. "Pada saat diamankan pelaku syok juga kejiwaannya reaktif atau labil," kata AKBP Akmal. Nampak dalam suatu video yang beredar di media sosial, Tarsum berada di ruang tahanan Polsek Rancah dengan kondisi tangan terikat. Tampang Tarsum seolah tak sadar telah melakukan aksi sadis membunuh dan memutilasi istrinya. Tatapan pria berusia 41 tahun ini pun terlihat kosong. Dalam video Tarsum pun sempat meringis lalu bertanya kepada petugas di luar ruang tahanan yang dialaminya nyata atau tidak. Tarsum juga menanyakan jam kepada petugas. 

4. Kesimpulan

Dari kasus Tarsum ini bisa diambil kesimpulan bahwa kesadaran finansial itu wajib diketahui oleh setiap anggota keluarga. Ketika anak sudah cukup umur untuk mencerna informasi yang pribadi mengenai keluarganya, tidak ada salahnya untuk orang tua terbuka mengenai kondisi finansialnya. Anak bukan alat yang dapat dipergunakan orang tuanya untuk menghasilkan uang, namun anak merupakan tanggung jawab penuh orang tua selama masih usia sekolah. Pemberian pengertian-pengertian yang baik akan menuntun pola pikir anak untuk sadar akan suatu hal yang baik, begitu pula dengan kesadaran finansial keluarga dan juga pengertian yang logis untuk berfikir bahwa anak harus pengertian atau labih aware dengan kondisi orang tua. 

Kita dituntut pula agar lebih aware kepada sesama, terutama anggota keluarga untuk saling menyayangi dan mengasihi. Seperti memberi pantauan kepada anak dan pengertian pula dengan kondisi emosional orang tua, begitupun sebaliknya. 

Juga dari kasus ini sebagai masyarakat kita bisa belajar untuk berempati kepada sesama warga. Cobalah untuk berkomunikasi dengan tetangga tersebut secara terbuka dan jujur jika diketahui ada cekcok yang memang sekiranya membutuhkan saran penengah. Mungkin dengan adanya kita sebagai masyarakat yang berempati dan menjaga komunikasi efektif ada masalah yang dapat diselesaikan dengan berbicara baik-baik. Dengan komunikasi yang efektif seharusnya memungkinkan kita memahami perspektif tetangga anda, mungkin saja ada faktor-faktor di luar kendali mereka yang menyebabkan ketegangan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun