Hingga saat ini, Tuo Sumardi atau yang dikenal dengan Tuanku Aung masih melakukan profesi tukang servis jam di sejumlah pasar di Kabupaten Padang Pariaman. Kata dia, ada seorang anaknya yang jadi santri saat ini di Padang Magek.
Itulah peristiwa wafatnya dua ulama besar yang aku rasakan saat awal-awal jadi santri. Syekh Ibrahim kalau di Ambung Kapur dikenal dengan Tuanku Haji Ibrahim. Beliau sering ke Ambung Kapur, karena istrinya orang Ambung Kapur. Aku masih kecil, sering melihat dia berjalan kaki dari jalan raya ke rumahnya, pakai tongkat, lengkap dengan pakaian kebesaran ulama, seperti kain sarung dengan peci haji yang dililit dengan serban.
Sayang, ulama besar Salim Malin Kuniang tak berjumpa dengan aku. Hanya ada cerita kharisma dia yang diceritakan oleh banyak guru di Padang Magek, serta ziarah tahunan ke Koto, tempat beliau dimakamkan.
Menjelang pulang kampung saat liburan panjang, kami para santri dan guru melakukan ziarah dan zikir di komplek makam Buya Salim Malin Kuniang. Ziarahnya malam hari. Kami mengangkut lampu strongkeng ke sana. Kala itu seluruh Surau Baru belum belistrik. Yang pakai listrik baru Surau Tabiang dan Surau Tungga. Kalau lagi ada acara besar, seperti peringatan Israk Mikraj, acara selawat dulang, lampu strongkeng tampak berkilauan di seluruh sudut Surau Baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H