Melihat perkembangan yang ada saat ini, ketika membandingkan dengan PKB dulu, Nazar Sidin yakin PKB Sumbar akan mampu untuk itu. Bagi Nazar Sidin yang banyak menghabiskan waktunya untuk duduk dan berdiam diri, tetap selalu ingin PKB Sumatera Barat tampil kedepan, memberikan keseimbangan pergerakan ulama, di mana Ranah Minang adalah kampungnya ulama.Â
Secara struktur, memang ulama daerah ini tidak banyak yang singgah di NU. Namun secara kultur, ulama urang awak adalah penganut paham Ahlussunnah wal jamaah, yang notabene PKB lah satu-satu partai di republik ini yang berpahamkan demikian.
Seperti diketahui, Nazar Sidin pada Muswil PKB Sumbar pertama terpilih sebagai Ketua Dewan Syura, menggantikan Buya Gani Latif yang telah berusia lanjut. Sebelum berkiprah di PKB, Nazar Sidin merupakan seorang birokrat, yang mengakhiri karirnya di Biro Humas Provinsi
Sumatera Barat.Â
Dia juga seorang penulis, yang telah banyak melahirkan karya buku. Semasa dia menjabat Kepala Biro Humas, Gamawan Fauzi, yang pernah menjabat Menteri Dalam Negeri RI pada Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, adalah stafnya yang membidangi Pemberitaan. Setelah
pensiun, Nazar Sidin langsung terjun ke PKB, karena panggilan ulama; Buya Gani Latif dan saran dari teman-temannya semasa di PMII. Dia merasa beruntung, karena selama memimpin PKB tidak terjadi konflik, yang banyak menghabiskan energi.Â
Perjalanan partai selama dia berkecimpung, baik di Sumbar maupun di tingkat nasional berjalan normal. Dia merelakan kantornya yang terletak di Jalan S. Parman, Ulak Karang, Padang sebagai Kantor DPW PKB Sumbar pertama. Di sanalah para pengurus di seluruh daerah sering datang dan bermusyawarah.
Dia tak lagi dalam kepengurusan, hanya karena sakit berat yang sangat tidak memungkinkan lagi untuk berkiprah. Namun, hati dan semangatnya tetap kuat. Nazar Sidin ingin sekali melihat kebesaran PKB Sumbar di tangan anak muda, Febby Datuak Bangso Nan Putiah.
Nazar Sidin dilahirkan di Pasa Usang, Nagari Sungai Buluah, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman pada 17 Juli 1939. Tanun 1965 dia menjadi Asisten Perguruan Tinggi pada Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Unand Padang, dengan memberikan kuliah ilmu
ekonomi/macro ekonomi. Dari 1965-1968 beliau bekerja sebagai wartawan, tepatnya Redaktur Harian Duta Masyarakat edisi Padang, Sumatera Barat.Â
Dia menyelesaikan pendidikan S1 nya pada 1967 di Fakultas Hukum Unand Padang. Di tahun 1968, Nazar Sidin pindah ke Departemen Dalam Negeri, lulus dan di tempatkan pada Kantor Gubernur Sumatera Barat, dengan jabatan Kasi Pemerintahan dan Agraria, di samping itu juga mengemban jabatan Wakil Ketua Badan Pengembangan Pariwisata Daerah, yang merupakan cikal bakal Dinas Pariwisata Sumatera Barat.
Tahun 1971 dia diundang ke Malaysia oleh Kementerian Pelancongan Malaysia untuk melihat dari dekat persiapan pelaksanaan PATA Conference, di Kuala Lumpur. Setahun setelah itu, Nazar Sidin ditugasi belajar ke Tokyo, Jepang oleh Dirjen Pariwisata atas biaya Colombo Plan. Tatkala berlangsungnya Cenference PATA di Bali tahun 1974, dia diberi penghargaan oleh Presiden PATA atas keberhasilannya menyukseskan kunjungan peserta konferensi ke daerahnya,Â
Sumatera Barat. Tahun 1979, dia ikut pada Pameran Internasional di Brusel, Belgia untuk memperkenalkan produk pariwisata Sumbar di Pasar Internasional tersebut. Tahun 1982 Nazar Sidin alih tugas ke Itwilprov, dan ditugaskan sebagai Inspektur Pembantu Bidang Pemerintahan dan Agraria. Dan dari 1991-1994 diangkat menjadi Kepala Biro Humas Kantor Gubernur Sumatera Barat.
Sebagai seorang birokrat dan pernah jadi wartawan, Nazar Sidin dalam sejarah hidupnya pernah melahirkan karya buku. Di antaranya; Tatacara Pengurusan Hak Atas Tanah Menurut UUPA di Sumatera Barat, Busana Minangkabau dan Filosofinya. Kedua buku demikian terbit tahun 1989. Kemudian Informasi Bisnis dan Investasi Sumatera Barat, serta Apa Siapa Edisi Sumatera Barat. Dari perkawinannya dengan Hj. Amna Ali, Nazar Sidin dikaruniai tiga orang putra-putri; Witri Ens, Jeffry Ens dan Deny Ens.