Ditemui di kediamannya di kawasan Komplek Puri Beta, Tangerang, Provinsi Banten tampak H. Nazar Sidin santai dan tenang. Dia bersama anaknya, Jeffry Ens habis melakukan shalat Jumat. Penulis bersama Ketua DPW PKB Sumatera Barat, H. Febby Datuak Bangso Nan Putiah dan Wakil Ketua; H. Aminullah sengaja datang menemui Ketua DPW PKB Sumbar pertama itu, untuk sebuah silaturrahim dan tentunya ingin belajar banyak tentang membangun partai yang baru saja selesai dari berbagai kemelut ini.
Kami meluncur dari Jakarta Pusat menggunakan mobil Avanza, setelah sebelumnya ziarah ke makam Bung Hatta, di Tanah Kusir, Jakarta Timur, Jumat (18/5-2012). Terasa waktunya sangat pas, karena Nazar Sidin dalam keadaan siap untuk menerima tamu. Apalagi tamu itu merupakan anak muda yang ingin membuat sejarah baru dalam partai yang dia pimpin dari 1998 hingga 2004 tersebut.
Dia merasa tersanjung. Ingatannya tentang percaturan PKB Ranah Minang yang dia kendalikan dulunya, kembali terngiang-ngiang dalam ingatannya, setelah bincang-bincang kami diawali oleh Febby, Ketua PKB yang tak ingin berdiam diri. Memang, sewaktu pertama kali memimpin PKB di daerah yang bukan basis, banyak suka duka yang dialami Nazar Sidin bersama kawan-kawannya.
Apalagi kala itu kepengurusan hanya main tunjuk-tunjuk saja, baik yang di DPW hingga ke DPC-DPC. Tetapi, PKB cukup punya andil yang lumayan besar semasa dipimpinnya. Ada sejumlah anggota DPRD yang duduk di kabupaten dan kota, serta dia sendiri yang duduk di DPRD Provinsi Sumatera Barat.Â
Sebagai orang yang dikenal santun dan selalu punya solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi DPC PKB dulunya, hingga kini seorang Nazar Sidin masih tetap begitu. Walaupun bicaranya agak mulai susah, lantaran penyakit stroke yang menyerangnya sejak beberpa tahun yang silam, namun dia tetap mampu mengingat kenangan manis yang pernah dia torehkan dulu bersama pengurus lainnya.
"Awalilah kepemimpin itu dengan tulus dan ikhlas. Jangan kemukakan uang. Sebab, PKB didirikan oleh ulama yang tergabung dalam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Seperti diketahui, para ulama dalam melakukan perjuangan tidak banyak berharap, selain dari karunia Allah SWT. Dan demikian itu telah kita mulai pada saat PKB hadir pertama kali di bumi Ranah Minang. Saya bersama Saaruddin Stani dipanggil oleh Buya Gani Latif. Buya yang pertama kali mendapat mandat itu tak ingin bola mati di tangannya. Lalu kami datang, ngobrol atau rapat-rapat kecil di rumahnya, mempersiapkan PKB Sumbar itu seperti apa," cerita Nazar Siddin.
Acap juga pertemuan pasca pertama kali bersua bersama di rumah Buya Gani Latif demikian. Bahkan, kami juga melakukan rangkaian pertemuan di rumah Buya Aziz Shaleh Tuanku Mudo, tokoh NU yang sangat terkenal. Setelah berkali-kali melakukan pertemuan, barulah dibuat struktur kepengurusan, yang Ketua Dewan Syura-nya langsung dijabat Buya Gani Latif. Waktu tak panjang untuk bersantai-santai. Dalam beberapa hari lagi Pemilu 1999 akan digelar.Â
Kami berjalan dengan segala kekurangan dan kelemahan. Memanfaatkan semua relasi, terutama mereka yang pernah bergelud dan berkiprah dulunya di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Begitu juga tokoh-tokoh NU yang ada di daerah di hubungi, lalu di buatlah kepengurusan pada tingkat kabupaten dan kota.
Nazar Sidin tampak optimis PKB Sumbar kedepan bisa lebih baik dan rancak. Sosok anak muda yang mendominasi pengurus PKB daerah ini dinilainya mampu membuat perubahan terhadap partai itu sendiri. Memang, pada zamannya PKB belum mampu berbuat banyak. Di samping dia yang duduk di DPRD provinsi, adalagi di DPRD Kabupaten Pesisir Selatan, Limapuluh Kota, Pasaman, Kabupaten Solok, Sijunjung masing-masing satu anggota dewan asal PKB. Dengan keterbatasan tersebut, Nazar Sidin selalu jadi harapan dan tumpuan bagi banyak DPC kala itu.Â
Baginya, setiap kali anggota dan pengurus DPC PKB yang datang ke rumah dan kantornya, selalu membawa berkah tersendiri. Uang partai yang ada di pemerintahan selalu diberikannya buat pembangunan partai. Dia tidak ingin konstituen dan pengurusnya pulang ke rumah dengan kecewa. Bahkan, untuk bon minyak bensin sekalipun ikut diberikannya kepada warga PKB yang datang menemuinya. Itulah sosok Nazar Sidin dalam membangun partai.
Dia mengajak pengurus PKB Sumbar saat ini untuk selalu mengemukakan politik santun. Baik terhadap sesama, maupun terhadap eksternal di luar PKB. Dengan santun itulah banyak orang akan segan melihat partai yang didirikan ulama ini. Dan juga dengan ini pula kita mampu berbuat yang lebih untuk kebesaran partai. Sejak dulu, kita sangat berniat dan bertekad untuk bisa urang awak duduk di Senayan lewat PKB ini.Â