Apa yang disampaikan Gusfen Khairul benar adanya. Setelah penat berjalan, dan nyaris mengelilingi kawasan Pasar Terapung, yang namanya warung nasi Padang tak bersua. Akhirnya, kami bersua warung nasi tak jauh dari penginapan. Malam mulai larut, selera makan pun berkurang karena ngantuk dan lelah tak bisa pula beranjak dari badan.
Adalah Ikhlas Bakri. Mantan Ketua PWI Padang Pariaman dan Kota Pariaman dua periode ini membuat perjalanan jadi enak dan menyenangkan. Di samping dia suka melawak, banyak cerita, dia juga hafal nama-nama kampung. Dan sedikit pandai pula berbahasa daerah yang disebutnya.
Dengan ini, orang yang ditanyanya merasa susah untuk mengelak, dan malah meyakini kalau kampungnya memang berdekatan dengan kampungnya Ikhlas Bakri.
"Ini yang di depan jalan itu, dan terus di ujungnya ketemu dengan jalan ini, dan seterusnya," begitu Ikhlas untuk memecah kesunyian dalam mobil, memulai dialognya dengan sopir. "Di mana aslinya, Bang," tanya Ikhlas.
"Saya Solo, misalnya jawab sang sopir. Ikhlas langsung menambahkan, kalau dia orang yang kampungnya dekat dari Solo itu. Dia sebutlah tempat ini dan itu, serta lokasi lain yang kemungkinan sopir itu tahu dengan hal yang disebutnya.
Itulah barangkali ciri khas seorang Ikhlas Bakri. Orangnya banyak teman dan kenalan. Luas jaringan dan jangkauan. Barangkali tema HPN kali ini; Menggelorakan Kalimatan Selatan sebagai Ibu Kota Negara akan membuat Ikhlas Bakri lebih leluasa berselancar, mengkalkulasikan segala kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, bila Ibu Kota Negara telah berada di Kalimatan Timur, seperti yang sudah dicetuskan Presiden Joko Widodo.
"Hebat, Ketua," kata saya. "Oh, kalau soal (mengurus berbagai hal) itu sudah lama saya hebatnya," jawab dia. Jawabnya itu membuat kita geli dan tak tahan ketawa kadang-kadang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H