China kemungkinan akan memberlakukan paket stimulus untuk menghidupkan kembali ekonomi yang mungkin diumumkan pada pertemuan Dua Sesi mendatang yang akan dimulai pada 21 Mei. Karena tingginya tingkat utang pemerintah yang berasal dari stimulus sebagai tanggapannya untuk krisis keuangan 2008, putaran ini kemungkinan akan lebih rendah.
Meski begitu, paket stimulus akan sangat besar, kali ini difokuskan pada pengembangan "infrastruktur baru", seperti jaringan 5G, stasiun pengisian NEV, program efisiensi energi, dan inisiatif lain yang akan membantu membangun ekonomi China di masa depan. Jika kebijakan stimulus China efektif, kebijakan tersebut tidak hanya akan menstabilkan ekonomi dalam jangka pendek tetapi juga membantu transisi negara menuju ekonomi berteknologi tinggi dan berbasis layanan untuk menyiapkan panggung untuk dekade mendatang.
Prospek ekonomi global sangat tidak pasti karena sifat COVID-19 yang tidak dapat diprediksi dan kemampuan berbagai negara untuk mengontrol penyebarannya. Namun, dengan situasi saat ini, para ekonom umumnya memperkirakan kontraksi ekonomi pada tahun 2020 sebelum pemulihan pada tahun 2021.
Jika dan ketika kebijakan stimulus ekonomi China diberlakukan, ekonomi negara itu akan meningkat. Untuk tahun 2021, IMF memperkirakan ekonomi China akan tumbuh sebesar 9,2 persen, memimpin semua ekonomi utama.
Berbeda dengan China, para ekonom memperkirakan sebagian besar ekonomi utama akan berkontraksi pada 2020. Meski AS telah memompa uang dalam jumlah besar untuk menstabilkan ekonomi, seperti melalui paket pembiayaan US $ 2,3 triliun, IMF memproyeksikan AS mengalami kontraksi sebesar 5,9 persen.
Dengan virus yang sebagian besar terkendali di China dan pemerintah dilengkapi dengan sumber daya untuk merangsang ekonomi, China ditetapkan untuk menjadi pemimpin dalam pemulihan global, didukung oleh kapasitas produksi yang tak tertandingi dan pasar konsumsi yang sangat besar.
Pada akhirnya, bagaimanapun, pemulihan global akan bergantung pada kemampuan pemerintah di seluruh dunia untuk menahan COVID-19, sehingga mencegah wabah di masa depan dan memungkinkan negara-negara untuk membuka kembali bisnis. Dalam kasus krisis ekonomi yang dipicu oleh COVID-19, maka pemulihan ekonomi dan dengan merespons kesehatan masyarakat yang efektif  yang diberlakukan oleh tiap negara untuk membuat suatu kebijakan dan tetap berdiplomasi guna mempermudah mengatasi covid-19 dalam segi Kesehatan maupun ekonominya, maka dari itu china dapat memberi contoh atau memimpin dunia untuk memulihakn ekonomi maupun mencegah covid-19.
Adam Andri
Mahasiswa Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H