Mohon tunggu...
Adam Aflahridho
Adam Aflahridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga NIM 23107030124

haloo gess

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Hari Sial Tidak Ada di Kalender

23 April 2024   22:15 Diperbarui: 24 April 2024   19:36 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokummentasi pribadi

Pengalaman pribadi saya ini bisa di bilang sebagai pengalaman yang kurang menyenangkan. Benar kata orang-orang kalau hari sial itu tidak ada di dalam kalender, apalagi kalender akademik. 

Saya bilang kurang menyenangkan karena perjalanan yang saya tempuh dengan waktu yang cukup lama dan ada beberapa hal yang mengganggu akhirnya berujung sia-sia.

Pada bulan suci Ramadhan tahun 2024 kemarin, saya dan teman saya memutuskan untuk ngabuburit dan buka puasa bersama di sebuah bukit yang cukup terkenal dengan pemandangan alamnya yang indah di daerah kabupaten Bantul Yogyakarta. 

Pada saat itu saya berharap masih akan mendapatkan pemandangan sunset saat tiba di sana nanti, karena ketika saya dan teman saya berangkat dari kota Jogja, suasana nya masih cerah dan berawan.

Setelah setengah perjalanan, tiba-tiba cuaca yang sebelumnya cerah berawan dengan sinar matahari, langsung berganti dengan langit yang perlahan-lahan semakin gelap menandakan hujan akan turun, angin kencang juga mendukung cuaca yang gelap itu, mematikan harapan saya dan teman saya yang ingin menikmati pemandangan sunset dari atas bukit. 

Namun kami tetap melanjutkan perjalanan apapun yang terjadi. Hal sial pun mulai datang satu persatu, google maps yang saya jadikan sebagai kiblat pada perjalanan saya dan teman saya kali ini tiba-tiba saja mengarah ke jalan yang menanjak curam dan susah dilewati dengan motor, bagaimana tidak susah, jalan yang di arahkan oleh google maps ini masih berupa tanah kasar dan belum beraspal mulus. Mau tidak mau saya dan teman saya pun harus putar balik, butuh tenaga yang cukup untuk saya bisa memutar balikkan motor saya menuju ke bawah pada saat itu.

Saya dan teman saya akhirnya mencari alternatif lain walaupun google maps yang kami gunakan masih mengarahkan kami untuk melewati tanah kasar yang curam itu. 

Saya pun akhirnya bertanya kepada salah seorang penduduk di daerah tersebut yang mengerti arah jalan ke bukit yang saya maksud, cukup sulit untuk saya bisa memahami arah jalan yang di jelaskan oleh seorang bapak-bapak yang saya tanyakan ini, karena beliau mengarahkan kami bukan dengan arahan kanan-kiri namun dengan nama-nama arah mata angin, di tambah lagi sang bapak berbicara dengan bahasa Jawa, untung saja teman saya ini orang Jogja asli dan paham dengan apa yang di sampaikan si bapak.

Sesampainya kami tiba di bukit tersebut, kami pun merasa bingung dengan suasana yang sepi di sekitar bukit, karena ekspektasi saya tempat ini akan ramai pengunjung karena keindahan pemandangan nya. 

Saya dan teman saya pun langsung menuju ke arah gerbang wisata yang terbuka, lalu seorang penjaga loket memberi informasi kepada kami kalau tempat wisata bukit ini sebenarnya hanya buka sampai jam 3 sore selama bulan Ramadhan, tetapi sang penjaga tetap memperbolehkan kami masuk ke area wisata walaupun sebenarnya sudah tutup. 

Kami pun tetap membayar karcis dan uang parkir lalu lanjut memasuki kawasan wisata bukit tersebut, kami terkejut saat kami tiba di area parkir, karena di situ tidak ada satupun motor yang terparkir dan hanya ada motor kami saja di situ. 

Perasaan saya mulai tidak enak karena suasana hutan pinus di area perbukitan yang luas di tambah dengan cuaca yang semakin mendung membuat kami semakin ragu untuk menjelajah semakin dalam kawasan wisata tersebut.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi
Di tengah-tengah keraguan kami berdua, saya pun teringat kalau saya dan teman saya belum melaksanakan ibadah shalat ashar, sedangkan waktu sesudah menunjukkan pukul 5 sore lebih seperempat, akhirnya kami pun memutuskan untuk mencari musholla terlebih dahulu di area wisata dan melaksanakan shalat ashar. 

Setelah selesai shalat, saya pun bertanya kepada teman saya bagaimana kalau kita pindah ke wisata bukit lain yang masih berada di daerah bantul, teman saya pun menyetujui ajakan saya karena dia pun sepertinya sudah merasakan perasaan tidak tenang di tempat ini. Sebelum pindah ke tempat wisata yang lain, kami pun menyempatkan untuk mengambil foto sejenak di kawasan bukit ini sebagai pelajaran untuk kami kedepannya agar lebih hati-hati lagi.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi
Sebelum azan Maghrib berkumandang kami pun langsung bergegas pindah ke kawasan wisata bukit yang lain. Sebenarnya bukit kedua yang kami tuju ini sudah pernah kami kunjungi sebelumnya, namun akses jalan ke sana juga lebih menantang dengan tanjakan yang cukup curam dan beberapa jurang bukit yang dalam menjadi tantangan tersendiri bagi kami. 

Saat kami memasuki kawasan menuju bukit, tiba-tiba cuaca berubah menjadi gerimis, tanah pun mulai basah dan akses saya menuju ke bukit juga semakin sulit karena tanah yang licin. 

Hal sial pun  terjadi lagi, ketika azan Maghrib berkumandang kami masih belum juga sampai ke kawasan wisata bukit, karena suasana yang semakin gelap membuat kami agak sedikit bingung, kami merasa sedang berada di antah-berantah, karena jarang sekali ada rumah di daerah perbukitan ini.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi
Gerimis yang masih berlanjut dan suasana yang sudah gelap membuat saya dan teman saya agak sedikit panik dan terburu-buru untuk cepat sampai ke atas bukit, namun siapa sangka, motor yang kami tumpangi tiba-tiba saja tergelincir dan membuat kami berdua jatuh dari motor, horor sekali rasanya ketika saya mengingat-ingat kejadian tersebut, karena kami terjatuh di depan rumah  seorang penduduk yang sepertinya masih berpenghuni namun tidak ada satu pun orang yang mendengar kami terjatuh di depan rumah mereka. Untung saja saya dan teman saya tidak mengalami luka, hanya celana jeans saya yang kotor terkena tanah.

Setelah melewati hal-hal yang tidak terduga, akhirnya kami pun sampai ke bukit yang kedua dengan selamat, bukit ini cukup ramai saat kami tiba, kami pun bersyukur karena tidak merasa sendirian lagi. 

Sekali lagi saya ingatkan, hari sial itu tidak ada di kalender, maka dari itu alangkah baiknya kalau kita selalu berdoa di setiap aktivitas yang akan kita lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun