Kami pun tetap membayar karcis dan uang parkir lalu lanjut memasuki kawasan wisata bukit tersebut, kami terkejut saat kami tiba di area parkir, karena di situ tidak ada satupun motor yang terparkir dan hanya ada motor kami saja di situ.
Perasaan saya mulai tidak enak karena suasana hutan pinus di area perbukitan yang luas di tambah dengan cuaca yang semakin mendung membuat kami semakin ragu untuk menjelajah semakin dalam kawasan wisata tersebut.

Setelah selesai shalat, saya pun bertanya kepada teman saya bagaimana kalau kita pindah ke wisata bukit lain yang masih berada di daerah bantul, teman saya pun menyetujui ajakan saya karena dia pun sepertinya sudah merasakan perasaan tidak tenang di tempat ini. Sebelum pindah ke tempat wisata yang lain, kami pun menyempatkan untuk mengambil foto sejenak di kawasan bukit ini sebagai pelajaran untuk kami kedepannya agar lebih hati-hati lagi.

Saat kami memasuki kawasan menuju bukit, tiba-tiba cuaca berubah menjadi gerimis, tanah pun mulai basah dan akses saya menuju ke bukit juga semakin sulit karena tanah yang licin.
Hal sial pun terjadi lagi, ketika azan Maghrib berkumandang kami masih belum juga sampai ke kawasan wisata bukit, karena suasana yang semakin gelap membuat kami agak sedikit bingung, kami merasa sedang berada di antah-berantah, karena jarang sekali ada rumah di daerah perbukitan ini.

Setelah melewati hal-hal yang tidak terduga, akhirnya kami pun sampai ke bukit yang kedua dengan selamat, bukit ini cukup ramai saat kami tiba, kami pun bersyukur karena tidak merasa sendirian lagi.
Sekali lagi saya ingatkan, hari sial itu tidak ada di kalender, maka dari itu alangkah baiknya kalau kita selalu berdoa di setiap aktivitas yang akan kita lakukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI