Ia sendiri gelap mata karena ingin mencari jalan pintas mendapatkan kuasa dan harta. Itu sudah terbukti di pengadilan. Jadi, jika ingin berkontribusi bagi bangsa, menebus dosa karena telah menyamun uang negara, jangan pula menyerang mereka yang sudah berusaha membela rakyat. Tapi kritiklah pemerintah agar lebih bersikap adil dan bijaksana.
Memang, sebuah era pemerintahan selalu mengalami pasang surut. Ada kalanya dipuja, dan sebaliknya, bisa pula dibenci. Dulu, saat Orde Lama menjadi barang haram, Orde Baru dianggap suci. Orde Lama adalah loyang, Orde Baru emas.
Zaman berganti, keemasan Orde Baru berlalu. Datanglah Era Reformasi. Pemerintahan Orde Baru yang sarat korupsi, ditinggalkan. Rezim yang otoriter dan banyak melakukan pelanggaran HAM, dihujat.
Hampir 19 tahun rakyat hidup tenang dalam sistem demokrasi. Bahkan, 10 tahun di Era SBY, Indonesia mencapai puncak kebebasan bersuara dan berpendapat. Janganlah capaian itu tercerabut, sehingga rakyat kembali hidup di zaman penguasa otoriter, bertangan besi dan anti kritik.
Negara ini dibangun di atas tangis dan darah rakyat yang berjuang memberikan kemerdekaan kepada generasi penerusnya. Mereka tidak akan rela jika hanya karena segelintir orang yang takut kehilangan kuasa, anak cucu mereka tidak lagi menikmati hak dan kebebasan sebagai warga negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H