Mohon tunggu...
Adam Nur Fadhilah
Adam Nur Fadhilah Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Saya Adam Nur Fadhilah berasal dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan prodi Jurnastik yang hobi dalam fotografi yang sedang api apinya dalam membuat artikel seputar kehidupan masyarakat, Fauna, dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seni Retorika dalam Pidato Politisi: Mempengaruhi Massa dan Membentuk Opini Publik

8 Mei 2024   08:57 Diperbarui: 8 Mei 2024   08:58 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam arena politik, retorika merangkai kekuatan yang tak terbantahkan sebagai alat utama bagi para pemimpin dalam menggambarkan diri, merumuskan visi, dan mengarahkan pandangan publik. Lewat kecakapan mempengaruhi dan memanipulasi pikiran khalayak, retorika politik menjelma menjadi instrumen yang tak ternilai bagi para aktor politik dalam menjalankan agendanya.

Salah satu bentuk ekspresi yang paling terang dari retorika politik adalah dalam wujud ceramah persuasif. Di dalam ceramah ini, politisi mengadukan kekuatan kata dan pengaruh narasi untuk merayu dan memotivasi khalayak, mendorong mereka untuk mendukung agenda-agenda dan gagasan-gagasan politik yang diusung. Lewat retorika yang terampil dan retorik yang mempesona, politisi mampu membangkitkan semangat massa, bahkan mengukir babak baru dalam sejarah dinamika politik sebuah negara.

Namun, di balik kegemilangan ini, terdapat pula potensi penyalahgunaan yang serius. Retorika persuasif tidak selalu digunakan untuk kebaikan. Beberapa politisi melihatnya sebagai senjata untuk menggempur lawan politik, menyebarkan kampanye hitam, atau bahkan membuat janji-janji kosong hanya demi meraih dukungan elektoral.

Menanggapi retorika politik yang demikian, masyarakat perlu menunjukkan sikap kritis yang mantap. Terlalu larut dalam emosi yang disuguhkan oleh retorika yang merangsang bisa berujung pada kurangnya ketelitian dalam menilai substansi dari program dan kebijakan yang diajukan. Penting untuk melampaui lapisan emosi yang menggoda dan melihat dengan jernih implikasi serta dampak dari setiap agenda politik yang dihadirkan.

Di dalam konteks ini, pendidikan politik memegang peran penting. Masyarakat yang terdidik secara politik akan lebih sanggup memahami strategi retorika politisi dan mampu menilai pesan-pesan politik dengan kritis. Hal ini akan membantu memastikan bahwa demokrasi berfungsi secara sehat dan masyarakat mampu mengambil keputusan politik yang cerdas dan bertanggung jawab.

Dengan demikian, sementara retorika politisi memperlihatkan diri sebagai senjata yang ampuh dalam politik, penggunaannya harus seimbang dengan kesadaran dan pemahaman yang mendalam dari masyarakat mengenai implikasi dan dampak dari setiap pesan politik yang disampaikan. Hanya dengan cara ini, masyarakat akan mampu menjadi agen perubahan yang cerdas dan berdaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun