Bob Dylan adalah idola saya tapi saya baru benar-benar mengamini apa yang dia katakan tentang music can save people ketika sudah masuk semester 9 saat berkuliah. Sejak awal saya memang sudah berencana untuk offside sedikit tentang masa studi ini. Semua sudah direncanakan mencari tambahan pengalaman dengan memperpanjang masa studi adalah cita-cita saya sejak awal kuliah. Sayang seribu sayang saya harus menghadapi gejolak jiwa yang bertubi-tubi dan saat itu rasanya saya tidak punya apa-apa.
Bergantung pada orang lain adalah sebuah tindakan yang salah belum lagi meletakan kebahagiaan kita pada sesuatu yang berada di luar kendali kita jelas lebih tidak benar (Stoikisme). Perasaan malas melakukan apapun bahkan makan dan mandi pun sudah tidak menjadi prioritas saat itu apalagi ngerjain skripsi jelas jauh dari kata penting. Teman-teman datang silih berganti menyediakan telinga untuk mendengarkan cerita dan keluh kesah menjadi satu-satunya harapan.
Pekerjaan menjaga salah satu kedai teh di jogja membuat saya harus tetap siap dan berangkat (setelah seminggu mendekam di kosan tentu saja) selain karena harus bertemu orang lain (dan membuat lupa luka sendiri) sendirian di kedai ketika sepi adalah waktu yang cocok untuk explore lagu-lagu baru dari artis-artis indea. dan tanpa sengaja saya menemukan penyelamat saya sebuah album yang dirilis oleh Hindia di bulan November 2019 menemani hari-hari sepi saya di kedai.
Album Menari dalam Bayangan berisikan 15 rekaman suara (karena tidak semuanya berupa lagu) yang saling sambung menyambung satu sama lain jika didengarkan secara berurutan. diawali evakuasi dan berakhir di evaluasi menjadi teman saya setiap harinya dalam melewati 5 step of grief, bahkan 3 rekaman suara yang ada benar-benar saya dengarkan baik baik. wejangan mama, voice note anggra, dan wejangan caca mugkin pesan personal untuk Hindia sang pelantun lagu tapi bagi saya pesan-pesan personal itu menjadi semangat baru untuk terus melanjutkan hidup
Lagu-lagu dalam album ini memiliki suasana musik yang beragam tetapi ditemani suara malas khas Hindia membuat mendengarkannya tetap enak-enak saja seakan-akan sedang disajikan sebuah rangkaian cerita yang nyata. Saya seperti sedang melihat diri saya sendiri lalu saya mengantarkan perasaan saya pelan-pelan ke posisi yang lebih baik. Saya juga mengajak teman-teman yang sering nongkrong di kedai untuk ikut mendengarkan album ini. Pada mulanya memang tidak semua langsung klik, mungkin karena suasana hati sedang baik-baik saja tapi beberapa diantara mereka yang memang punya kemiripan pasti merasa klik di satu atau dua lagu yang dilantunkan
Lagu personal dengan pilihan kata-kata kekinian memang sekarang menjadi banyak dan menjamur tapi tentu saja buat saya menari dengan bayangan adalah penyelamat yang menemani di saat-saat kritis. Maka benar kata Bob Dylan, Music can save people dan saya benar-benar terselamatkan. Saya juga ingat betul pembicaraan panas saya dengan partner tugas akhir yang sangat marah (serta terancam nambah semester lagi ) karena 3 bulan saya benar-benar tidak ikut mengerjakan tugas akhir kami dilatarbelakangi alunan lagu evaluasi.
~Bilas muka, gosok gigi, evaluasi~
Buat teman-teman yang membaca dan sedang dihadapkan pada masalah hidup saya sarankan untuk mendengarkan album ini secara utuh dengan urutan yang sudah disiapkan oleh Hindia. Saya tidak bisa menjamin adanya kesamaan perasaan dan pengalaman karena mendengarkan musik adalah pengalaman personal tapi setidaknya saya ingin mempromosikan salah satu teman saya. Album Menari dengan Bayangan adalah penyelamat. Terimakasih Hindia. Terimakasih Sun Eater
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H