"Kamu manusia yang tak punya 'love story'.." kata istriku sore itu. Saat aku tengah menunduk minum secangkir teh hangat.
"Bersyukurlah aku bersedia jadi istrimu, kalau tidak.."
Serta merta aku mendongak bertanya,
"Kalau tidak, apa?"
"Kalau tidak kau pasti membujang seumur hidup" katanya
Aku hanya tersenyum. Saat senggang begini memang kami berdua sering menceritaka kisah-kisah masa muda.
Dan istriku cerita tentang pemuda-pemuda yang pernah jatuh cinta padanya. Biasanya aku hanya diam mendengarkan, kemudian tergagap-gagap bila aku diminta giliran bercerita.
"Aku tidak punya cerita" kataku
---
Aku berbohong, sebenarnya aku punya cerita yang lama tersimpan jauh di sudut hati. Dan aku tak ingin mengingat-ingatnya lagi. Tapi itu juga satu kebohongan. Sebenarnya aku tak bisa melupakannya.
Dia begitu mencintaiku, namun berakhir karena aku tak mampu mengendalikan cemburu. Kelemahanku membiarkan rasa cemburu itu berubah kebencian. Kupikir benar apa yang dikatakan istriku, mungkin aku punya kelainan jiwa. Tapi aku merasa sehat-sehat saja
Kebencian tak bisa membuat manusia bahagia. Rasa cintalah yang meberikan keteduhan dan ketenangan. Maka rasa itu akan selalu muncul kembali. Saat tak kuasa kubendung, tanpa sadar ada beberapa puisi yang kutulis untuk mengenangnya. Puisiku itu telah mengisi ruang Kompasiana.
Tiada seorangpun tahu, hanya aku …
----