Arak Sopi atau biasa disebut masyarakat disana moke. Kenapa disebut moke? Moke sendiri artinya semua yang memabukkan.Minuman Sopi ada dua jenis yaitu Ada yang dari sadapan lontar dan ada yang dari aren. Jadi, disana orang akan menyadap phon arena tau pohon lontar dan hasil sadapan pertamanya rasanya sangat manis
Arak Sopi adalah minuman tradisional asal Maluku, namun beberapa daerah di timur Indonesia juga telah mengenal minuman ini seperti di Flores dan beberapa daerah di Papua. Sopi berasal dari bahasa Belanda, zoopje yang artinya alkohol cair. Minuman sopi berasal dari fermentasi enau atau Palem (Arenga pinnata) yang telah mengalami destilasi arak sopi
Sopi dalam tradisi masyarakat flores, mal sering di akrabkan dengan istilah kebersamaan, keakraban, persaudaraan, atau untuk menengahi problem yang terjadi dalam satu keluarga, marga atau soa bahkan persoalan konflik yang terjadi antara satu desa dengan desa yang lain (biasanya desa-desa dengan penduduk beragama kristen). Tradisi mengunakan sopi sebagai bagian dari acara-acara adat pernikahan, kematian dll.
Sopi saay ini hanya diminum sebagai minuman acara maupun kumpul-kumpul keluarga dan sahabat, karena minuman tradisional yang satu ini jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak akan memberi efek mabuk berat. Tetapi sopi juga diminum pada saat-saat tertentu seperti jika ada pesta pernikahan, kematian dll.
minuman ini dikenal dengan dua nama. Sebagian orang mengenalnya, Sopi. Sebagian lagi, Moke. Sebenarnya ini adalah barang yang sama, minuman beralkohol yang disadap dari pohon lontar atau pohon aren, hanya proses sulingnya yang membedakannya. Moke sendiri memiliki arti semua yang memabukkan. moke disuling dengan wadah periuk tanah liat dan uap hasil sulingnya dialirkan memakai bambu yang panjang, sedangkan Sopi disuling dengan gentong yang disambungkan dengan pipa. Perbedaannya hanya pada alat penyulingannya dan keduanya memiliki beberapa kadar kandungan alkoholnya. Tergantung cara pembuatannya.
Budaya minum sopi awalnya berkembang di pedesaan daerah pegunungan karena disana mengalami kesulitan mendapatkan sumber air. Zaman dahulu, tuak (termasuk sopi) menjadi pengganti air karena tuak relatif mudah didapat. Tuak disadap dari pohon lontar setiap pagi dan sore.masyarakat sana biasanya meminumnya memakai mangkok dari batok kelapa. Sebelum diminum, sebagian dituang ke tanah sebagai tanda penghormatan dan sudah menjadi tradisi yang sering mereka lakukan. Tujuannya untuk menghormati leluhur.
Sejarah Awal Mula Tuak
Untuk menghasilkan air nira (tuak), paragat (pembuat tuak) mempunyai trik sendiri. Disebut paragat karena memakai pisau agat untuk mengiris batang mayang. Langkah yang pertama, paragat harus menyeleksi buah enau atau nuah pohon palem yang diperkirakan bisa menghasilkan air nira(rasanya sangat manis). setelah sudah ketemu buah yang cocok, yang sekiranya bakalan menghasilkan air nira yang banyak, maka paragat kemudian membersihkan pangkal batang buah enau/palem dan memukulnya dengan tongkat kayu yang dikhususkan untuk maragat yang bernama balabal
Menurut para tetua di sana , dahulu proses maragat membutuhkan seni dan ritual khusus. Paragat diharuskan pandai menyanyi sambil memukul pangkal buah enau/palem karena beredar legenda bahwa pohon enau/palem dipercaya merupakan jelmaan seorang dara yang bunuh diri terjun ke halaman rumah dikarenakan menolak dijodohkan dengan lelaki cacat. Nah, agar enau/palem yang diyakini sebagai perempuan muda itu mau meneteskan/menghasilkan "air susunya", maka paragat harus "merayunya" dengan nyanyian merdu dan ketukan (pukulan).
Setelahmelewati tahap "merayu", selanjutnya, paragat akan memahat tangkai enau/palem hingga meneteslah air nira. Paragat kemudian menaruh batang bambu untuk menjadi wadah air nira itu. Air nira biasanya diambil saat pagi dan sore. Biasanya, paragat juga memasang pelindung agar tuak sadapan itu tidak bercampur dengan air lain misalnya saja air hujan. Pada dasarnya, air nira rasanya manis bahkan sangat manis sekali. Oleh karena itu, di Toba dikenal namanya tuak tonggi. Tonggi sendiri dimasyarakat toba artinya manis. Dan tuak yang dihasilkan dari bunga mayang pertama kali disadap dinamai sebagai tuak takkasan. Ia serupa "air susu" yang dihisap oleh anak kandung dari dada ibunya.
Untuk mengambil air nira di pohon enau ini tidaklah mudah. Sering terjadi para perajin jatuh dari pohon enau/palem. Ada yang mati dan ada yang cacat.