bagi sebagian besar masyarakat Toba, tuak terlanjur distampel sebagai minuman haram, memabukkan dan tidak ada faedahnya. Padahal menurut Pandapotan Siregar, tuak jika diminum dalam kadar yang pas alias tidak berlebihan, justru menyehatkan dan menyegarkan. Sama seperti jamu. Dalam hasil riset Ikegami, di masa lalu orangtua khususnya para ibu menganjurkan minum tuak tonggi untuk memperlancar ASI. Tuak juga menjadi minuman yang menyegarkan (dalam takaran yang secukupnya).
Sayangnya, stereotipe bahwa tuak adalah minuman keras yang merusak tatanan masyarakat sudah terlanjur meluas di mana-mana. Padahal, sejumlah penelitian telah membuktikan, tuak sebagai minuman beralkohol juga punya manfaat bagi kesehatan, jika dikonsumsi secukupnya dan tidak berlebihan.
Harapannya, setelah tahu mengenai sejarah sopi ini yang dimasyarakat Maluku untuk tradisi dari leluhur agar menjadi lebih bijaksana. Karena disana misalkan ada pesta kematian, pernikahan disana memang harus pakai adat meminum arak sopi. Tetapi disana mereka minum tidak untuk sampai mabuk. Karena disana meminum sopi aturannya cuma sampai enak badan. Karena ini pakai ramuan yang betul betul bagus. Jadi badan rasanya menjadi segar. Minumlah secukupnya dan bertangung jawab. Semoga semua mahluk hidup berbahagia. Yang baca dalam hati Bahagia terus ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H