Itulah yang membuat jiwanya bergolak. Hidup yang sulit tidak boleh terus membuntuti. Suatu saat harus berganti kebahagiaan.
Tidak hanya menjual es mambo, Prof Sakardi kecil pun ikut mengurus ternak kambing milik tetangganya. Bau kambing ternak menjadi 'rumah kedua' baginya supaya sekolah tidak 'putus'.
Keadaan yang tidak semestinya untuk anak-anak tak membuat lantas Prof Sakardi ketinggalan pelajaran. Sebaliknya: Prof Sakardi adalah anak yang cerdas. Ia tak ketinggalan urusan pelajaran di sekolah dan mengaji.
Ketika SMP dan SMA, Prof Sakardi remaja ikut kakaknya yang berprofesi sebagai supir bus di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Perjuangan hidup masih terus menggelayuti hidup Prof Sakardi remaja.
Di rumah kakaknya, Prof Sakardi harus membantu membersihkan tempat tinggal, menimba air di sumur, sampai 'wajib' mengisi minyak tanah untuk penerangan. Saat itu kondisi di lingkungan rumah kakaknya belum masuk aliran listrik. Kegelapan menyelimuti keseharian Prof Sakardi remaja sewaktu belajar. Namun: cita-cita & semangat untuk meruntuhkan kesusahan hidup dalam diri Prof Sakardi tak urung ikut temaram. Ia tetap gigih dalam menempuh pendidikan.
Hasilnya: sejak SMP hingga lulus SMA, Prof Sakardi selalu juara kelas. Peringkat kelas terbaik selalu disandang Prof Sakardi remaja. Kepintaran dimiliki Prof Sakardi remaja membuatnya diusulkan SMA-nya masuk ke kampus UNJ (dulu IKIP Jakarta). Prof Sakardi remaja berhasil masuk UNJ tanpa tes, melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK). Perlahan, cahaya terang kehidupan mulai menyinari diri Prof Sakardi.
Prof Sakardi memang seorang manusia yang cerdas. Kekokohan hatinya sejak kecil yang giat belajar dan sekolah, membentuk karakternya tidak ingin melepaskan diri dari dunia pendidikan. Sewaktu kuliah, Prof Sakardi mampu menyelesaikan hanya 4,5 tahun dan menjadi lulisan terbaik.
Sama dengan asanya ketika kecil yang ingin terus belajar dan sekolah, begitu telah di universitas pun Prof Sakardi tak pupus kecintaan pada dunia pendidikan. Lulus S1, Prof Sakardi langsung melanjutkan strata pendidikan selanjutnya (S2 dan S3).
Hingga akhirnya kampus UNJ pada akhir tahun lalu mengangkat dan menetapkan Prof Sakardi sebagai Guru Besar Pembelajaran PPKN. Berbagai jabatan juga telah pernah diemban Prof Sakardi di UNJ. Tak hanya jadi Dosen, ia juga pernah sebagai Ketua Prodi dan Wakil Dekan.
Prof Sakardi menepati janjinya untuk mengubah hidup, menghancurkan derita. Prof Sakardi menjadi teladan seorang Guru di universitas maupun kehidupan.*
*) Laporan Kontributor: RDWN, Jakarta