Mohon tunggu...
Michael Aditya
Michael Aditya Mohon Tunggu... Insinyur - Healer, Hypnotherapist, Neo NLP Practitioner, IT People

Start my career from motorcycle repair person, PPIC person in manufacturing, IT Practitioner, IT Enthusiast, Hypnotherapist and very interested in Self-Healing and Pure Consciousness.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Attractor Factor

29 Februari 2024   10:48 Diperbarui: 29 Februari 2024   11:00 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi - Senyuman.

28 Februari 2024.

Hari ini saya merasakan apa itu yang namanya Attractor Factor (AF).

Kalau selama ini saya memahami AF adalah barang yang tak nampak dan tidak pernah saya jumpai sama sekali, kali ini saya menjumpainya.

Baca juga: Under Pressure

Berawal dari pagi hari ketika saya mendengar kata yang kurang cocok di hati, inilah titik awal mula terjadinya AF. Jadi kita sebagai manusia selalu akan menjumpai pilihan, sekecil apapun itu, seperti pilihan ketika bangun tidur, pilihannya apakah langsung bangun atau mau duduk-duduk dulu. Tapi ini kan masalah kebiasaan? Enggak juga, karena apabila kita berkesadaran pasti setiap saat dan setiap waktu selalu akan dihadapkan pada pilihan.

Seperti pagi ini, saya dihadapkan pada pilihan. Problemnya adalah memaknai sebuah kata, pilihannya adalah sika saya untuk menginterpretasikannya, apakah saya akan menganggap itu sebagai hal yang positif atau hal yang negatif? Atau bahkan malah netral. Ingatlah bahwa ketika dihadapkan pada sebuah pilihan itu pasti lebih dari satu, tpai tidak tebatas hanya dua saja. Artinya saya bisa memaknai sebuah kata atau sebuah peristiwa itu sebagai hal yang positif, negatif atau hal yang netral. Dan pagi ini saya memilih jalan yang mudah nggak pakai mikir, saya memilih untuk memaknai peristiwa ini adalah hal yang negatif. Saking negatifnya, saya melakukan semua hal setelah peristiwa itu kebalikan dari yang saya sering lakukan sehari-hari, sehingga hal-hal positif yang sering saya lakukan setiap hari, saya lakukan dengan cara yang negatif.

Di sinilah energi negatif yang besar keluar dari dalam diri saya. Semesta menangkap informasi yang saya keluarkan ini sebagai sebuah keinginan yang harus diwujudkan oleh semesta. Semesta mengamplifikasi energi ini tanpa melihat ini negatif atau positif, menjadi berlipat-lipat dan berulang-ulang sejauh saya tetap bersikap negatif terus terhadap peristiwa yang saya alami.

Sepanjang perjalan menuju ke tempat kerja, saya banyak menemui halangan, salah satunya macet parah di daerah yang memang biasanya padat tapi ini lebih padat dari biasanya bahkan agak keterlaluan. Semakin memperkuat energi negatif yang saya pancarkan, semakin wujudlah hal-hal negatif yang terjadi, karena amplifikasi yang dilakukan oleh semesta karena membaca keinginan saya melalui energi yang saya pancarkan. Ternyata ada truck besar yang mogok dan memakan separuh badan jalan, sehingga pagi itu macetnya luar dari biasanya, tapi selepas truck itu ternyata lancar, jadi saya berasumsi bahwa ini adalah kesalahan dari truck yang mogok itu bukan merupakan hasil dari investasi energi negatif yang saya pancarkan. Kembalilah saya dengan menyalahkan sopir truck, trucknya dan petugas kepolisian yang mengakibatkan padatnya lalu-lintas pagi itu.

Alhasil saya menemui masalah kembali, kurang 10 meter mau masuk gerbang tempat kerja ternyata ada kendaraan yang sedang berhenti di depan gerbang persis, sehingga menghalangi akses kendaraan untuk keluar masuk dari dan ke tempat kerja saya itu. Sempat terjadi kemacetan sesaat karena yang sedang berhenti tidak merasa bahwa dirinya menutupi pintu gerbang masuk kendaraan yang akan ke kantor itu. Dan karena saya tidak kunjung bisa masuk ke dalam kantor, maka kendaraan saya juga menghalangi pengguna jalan lain yang akan lewat di depan kantor itu. Selang beberapa saat, akhirnya pengemudi yang berhenti itu sudah mau memindahkan kendaraannya. Sehingga saya bisa masuk melalui gerbang kantor dan lalu-lintas di depan kantor lancar kembali.

Baca juga: Keterpisahan

Sampai di peristiwa itu saya masih belum sadar juga kalau itu adalah akibat pilihan yang saya pilih untuk memulai hari saya ini. Kesadaran saya mulai mengambil alih ketika saya mengambil jeda antara diri saya dengan tubuh fisik saya. Di situlah saya baru menyadari bahwa ini semua terjadi karena pilihan awal yang saya ambil untuk menyikapi sesuatu, apalagi saya memutuskan untuk mengambil sikap negatif dan terus menerus memberi makan negativity ini. Inilah yang memberikan ripple effect seperti batu yang di lempar ke dalam kolam air yang tenang, maka akan menimbulkan gelombang air sampai ke seluruh isi kolam.

Ini yang disebut sebagai Attractor Factor yang selama ini saya cari definisinya. Energi negatif menarik energi negatif yang lainnya, coba bayangkan sebanyak itu orang yang terjebak kemacetan memancarkan energi negatif semua, maka akan semakin wujud / manifest ketakutan-ketakutan orang-orang yang berada di lokasi yang sama itu.

Coba kita bayangkan apabila yang dipilih adalah pilihan sikap positif yang saya ambil. Mungkin saja hari itu tidak akan macet, mungkin saja tidak ada truck yang mogok menutupi separuh badan jalan, mungkin saja tidak ada mobil yang parkir di depan gerbang kantor tempat saya bekerja. But who knows, inilah samudera kemungkinan.

Maka tersenyumlah ketika kita mulai membuka di pagi hari hingga nanti kita memejamkan mata kembali di malam hari. Kalau bisa malah tidur sambil tersenyum .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun