Mohon tunggu...
Michael Aditya
Michael Aditya Mohon Tunggu... Insinyur - Healer, Hypnotherapist, Neo NLP Practitioner, IT People

Start my career from motorcycle repair person, PPIC person in manufacturing, IT Practitioner, IT Enthusiast, Hypnotherapist and very interested in Self-Healing and Pure Consciousness.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sembuh (bukan) Keajaiban

14 April 2021   13:28 Diperbarui: 14 April 2021   13:35 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

02 Maret 2021

Kita hidup di jaman yang sudah di-doktrinisasi oleh perusahaan-perusahaan Farmasi Besar yang mewarisi budaya luar negeri bahwa kalau mau sembuh ya HARUS ke Dokter kemudian minum OBAT yang diresepkan oleh Dokter. 

Kalau tidak dilakukan maka TIDAK AKAN PERNAH SEMBUH. Ini yang selalu diulang-ulang terus di siaran Televisi Nasional, di iklan yang ada di radio dan media cetak lainnya. 

Sekarang merambah dunia Informasi Teknologi juga, bahkan ada aplikasi yang dengan mudahnya menghubungkan kita dengan dengan Dokter secara instan, tanpa harus tatap muka atau beranjak dari tempat kita sekarang, hanya tinggal menyentuh layar ponsel saja.

Begitu mudahnya akses seseorang untuk mendapatkan obat, untuk menghubungi dokter. Saya tidak mengatakan ini karena saya benci Dokter dan obat-obatan kimia, tetapi saya mengatakan ini karena kita sudah lupa pada sejatinya diri kita yang terhapus karena doktrinisasi yang kita terima setiap hari dan kita menerimanya dengan tangan terbuka. 

Apalagi sekarang ada Pandemi CVD-19 yang sedang berlangsung hingga saat saya menulis tulisan ini, "event " ini bisa dijadikan "alasan" yang "pas" bagi produsen obat-obatan, alat kesehatan, seluruh industri farmasi dan semua yang terkait di dalamnya.

Kita menjadi tidak berdaya menerima "fakta" yang dibentuk oleh media dan informasi bahwa kalau sembuh atau kesembuhan adalah sebuah keajaiban dan keajaiban itu hanya bisa dicapai apabila kita mengkonsumsi atau "pergi" ke Dokter. Hanya itulah satu-satunya cara seperti yang tertulis di media sperti yang di informasikan di mana-mana.

Padahal Sembuh atau Kesembuhan itu bukanlah suatu keadaan tidak ada menjadi ada. Kesembuhan atau sembuh itu sudah sejatinya kita sebagai manusia yang merupakan Citra dari Tuhan. 

Jadi tidak ada itu kata "SEMBUH" karena sejatinya kita adalah "SEHAT" yang artinya tidak sakit. Akan lebih baik apabila dikatakan kita kembali ke kondisi awal kita sebagai manusia.

Dengan ini kita menyatakan pencabutan label "Sakit" dan "Sembuh" yang sering didoktrin kepada pikiran dan pemahaman kita. Pemikiran yang mengacu kepada Dualitas, pengkutuban. Jadi lain kali kalau ditanya ya dijawab, "Ya gini ini" dengan itu maka kita hilangkan penamaan "labeling" yang biasanya kita lakukan untuk menamai kondisi yang kita rasakan saat ini. Dan dengan ini pula kita menjadikan diri kita sebagai diri kita yang SEJATI.

Seperti sekarang ini, saya sedang mengalami "ngene iki" tapi sekarang sudah bisa kembali ke diri saya yang "SEJATI".

Matur Nuwun Gusti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun