Mohon tunggu...
Michael Aditya
Michael Aditya Mohon Tunggu... Insinyur - Healer, Hypnotherapist, Neo NLP Practitioner, IT People

Start my career from motorcycle repair person, PPIC person in manufacturing, IT Practitioner, IT Enthusiast, Hypnotherapist and very interested in Self-Healing and Pure Consciousness.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aggression

19 Maret 2020   11:12 Diperbarui: 19 Maret 2020   11:06 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

19 Maret 2020

 Aggression sebuah proses psikologis yang dilakukan oleh Human Being yang berada di Level of Consciousness (LoC) 150 yaitu Anger. Sempat saya tulis di sini:

Human Being yang berada di Level ini biasanya menekan Human Being lainnya yang berada di level 100 (Fear) ke bawah, Human Being ini biasanya adalah orang-orang dengan kekuasaan atau "diberikan kekuasaan" untuk memerintah, menyuruh, menundukkan, secara hierarki sosial lebih tinggi dari yang "ditekan".

Padangan terhadap kepercayaan yang dipegangnya adalah "Eye for an eye" atau "mata dibalas mata". Semuanya harus terbalaskan (pendendam/selalu ingat akan kesalahan orang lain). Pandangan hidupnya adalah "Dirinya adalah 'musuh' dari orang kebanyakan", punya kecenderungan untuk mengatakan "Tidak apa-apa saya dibenci semua orang yang penting hukum ditegakkan".

Emosi yang sering ditampilkan adalah kebencian, melihat segala sesuatunya dari "sisi buruknya", memandang sesama Human Being dari sisi kekurangannya, tidak melihat Human Being lainnya sebagai pribadi yang baik.

 Aggressive

Aggressive (behaving in an angry and violent way towards another person), sangat cepat dalam melakukan tindakan "penyerangan" baik verbal maupun fisik. Dari kondisi normal hingga penyerangan bisa terjadi dalam "seper-sekian-detik".

 Sebuah Pengalaman Pribadi

Kenapa saya bisa cerita seperti ini, karena saya pernah berada di kondisi ini. Kondisi "Always ready to fight", tanpa pikir panjang, tanpa takut karena selalu berada "on the edge", kalau bahasa Surabayanya "Senggol Bacok". Puji Tuhan saya diberikan pendamping yang mau dan sabar dengan saya dan membawa saya ke dalam sebuah kesadaran yang lebih tinggi lagi.

Sampai kepada sebuah "Keberanian". Keberanian untuk mengaku salah, keberanian untuk mengakui bahwa saya rentan dan lemah. Keberanian untuk mendekati orang-orang yang saya benci. "Saya tidak benci mereka, saya hanya benci keputusan yang mereka ambil".

Sampai pada "Saya tidak pernah benci mereka sebagai Human Being apalagi sebagai Spiritual Being". Pernah di sini? "Pernah", mempertahankan untuk terus di sini perlu usaha dan penyangkalan diri yang lumayan.

 Anda?

Iya anda, mengalami kondisi seperti ini? Punya keinginan untuk "menyerang" seseorang? Punya kebencian pada orang-orang spesifik bagi anda?

Coba mundur sejenak, kalau pernah, coba dikejar, mengapa anda benci? Mengapa anda ingin "menyerang"? Apakah anda menyerang pribadinya (Human being-nya) atau hanya menyerang keputusan yang mereka perbuat? Ataukah anda menyerang karena alasan "tidak suka aja"? Apakah anda "tidak suka aja" mengingatkan pada suatu peristiwa? Coba terus dikejar sambil terus diamati. Kalahkan keinginan "basic" anda "Evolusi-kan" kesadaran anda.

Jadi, mengapa anda masih suka menyerang orang lain?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun