Mohon tunggu...
Michael Aditya
Michael Aditya Mohon Tunggu... Insinyur - Healer, Hypnotherapist, Neo NLP Practitioner, IT People

Start my career from motorcycle repair person, PPIC person in manufacturing, IT Practitioner, IT Enthusiast, Hypnotherapist and very interested in Self-Healing and Pure Consciousness.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Marah (Anger)

5 Maret 2020   09:14 Diperbarui: 5 Maret 2020   09:22 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nggondhok! | dokpri

04 Maret 2020

Ada apa dengan marah? Mengapa harus marah?

Kita di sini semua bisa bilang "Saya marah", tapi tidak banyak yang bisa menyebutkan alasannya mengapa mereka marah.

Mungkin anda yang sedang membaca tulisan ini ada yang sedang marah atau habis marah, atau bahkan sudah lupa kapan terakhir kalinya marah.

Apakah Marah Perlu?

Tentu saja perlu, karena merupakan salah satu ungkapan emosi, sama halnya dengan menangis atau tertawa, semuanya perlu, untuk mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan sekarang ini, sebaiknya tidak ditahan atau represif terhadap emosi-emosi tersebut.

Marah boleh tapi bukan Amarah, sama halnya dengan sedih, boleh aja asalkan jangan jadikan kesedihan. Kemudian apa yang akan di ikuti oleh emosi marah ini? Ada penyesalan (Kalau sadar dan mau mengakuinya) kemudian disusul oleh sedih. 

Karena jika seseorang marah kemudian kita biarkan saja dan tidak ada yang menggubris, nanti kan lama-lama akan sedih karena ternyata dia marah untuk mencari perhatian atau agar diperhatikan dengan harapan ada yang memperhatikan, kalau kemudian harapan dari marah untuk memperoleh perhatian tidak ada yang memperhatikan akhirnya akan berubah menjadi penyesalan dan kesedihan.

Layaknya seorang anak kecil yang ingin marah tetapi tidak berani karena kalau marah sama orang tuanya nanti bisa "kualat" maka ungkapannya adalah "mengompol"  ini adalah salah satu upaya dari PBS (Pikiran Bawah Sadar) untuk memberontak terhadap aturan yang ada, dalam hal ini adalah aturan yang dibuat oleh orang tuanya.

Tapi kalau yang marah adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan atau berkuasa atas sesuatu? Ya marahlah dia sejadi-jadinya, seakan-akan tidak ada norma yang membatasi kemarahannya, bahkan kalau tidak digubris bisa jadi bukan menjadi penyesalan dan sedih melainkan menjadi amarah yang menjadi-jadi. 

Karena memandang object yang sedang dimarahinya ini lebih rendah darinya, sehingga yang bersangkutan memiliki kekuasaan untuk meluapkan segala kemarahan dan emosinya. Karena apa? Ya karena bisa dan memiliki kekuasaan dan hak atas itu.

Marah bisa Dihindarkan?

Bisa saja, asalkan bukan di tahan, karena jika sebuah emosi di timbun, terutama marah, pasti akan meledak di suatu poin dimana yang empunya sudah tidak mampu membendungnya lagi. 

Bisa jadi orang ini marah-marah dan memaki-maki pengguna jalan lain bukan karena pengguna jalan lainnya tidak tertib atau melakukan kesalahan tehadap dirinya, bisa jadi orang ini sebelum berangkat dia sudah dimarahi oleh atasannya ketika di kantor, kemudian sebelum menunju parkiran untuk naik ke kendaraannya, orang ini ditelpon oleh istrinya yang menanyakan kenapa kok nggak pulang-pulang? Kenapa kok jam 6 sore masih di kantor, ngapain saja? Dan kalau sudah menjelaskan alasannya masih juga dimarahi. 

Akhirnya karena tidak berani marah dengan atasan dan tidak berani marah dengan istri maka ketika di perjalanan menuju pulang ke rumah, orang ini terpicu oleh tindakan orang yang secara tidak sengaja memotong jalannya dan meledaklah marahnya, dan di maki-makilah pengguna jalan lain, dengan harapan yang di maki-maki tidak kenal dan kala ternyata yang di maki-maki membalas, biasanya memiliki kecenderungan untuk kabur.

Jadi bisa di cegah dengan merasakan marah atau gejolak emosi, cukup di akui saja bahwa dirinya sedang marah "Lho saya ini sedang marah..." akui bahwa diri saya marah karena..... di isi dengan alasan anda marah. 

Kemudian ungkapkan kepada orang yang membuat anda marah dengan cukup dengan gesture atau ungkapan yang memberikan perhatian kepada yang membuat anda marah. 

Kalau yang anda ajak bicara bisa menerima pendapat anda, katakan anda marah padanya, apa bila itu pimpinan atau atasan anda cukup ungkapkan dengan sedikit menaikkan volume bicara anda dengan beberapa penegasan kalinat yang menjadi perhatian. Ingat lakukan ini apabila anda memang benar dan anda yakin yang anda akan lakukan benar menurut anda.

Bagaimana caranya agar saya tidak mudah MARAH?

Mudah sekali, terima apa adanya keadaan ini. Ingat menerima keadaan bukan berati membiarkan hal salah terjadi dan yang benar di salahkan. Ungkapkan kebenaran, apabila masih disalahkan juga, cukup akui saja bahwa orang yang anda hadapi memang "aslinya" seperti itu, tidak bisa anda rubah untuk memiliki pemahaman yang sama dengan anda.

Sangat manjur apabila diucapkan dalam hati "Ya memang begitulah anda" yang artinya kita membebaskan diri dari belenggu keterserapan kita terhadap ruang dan waktu yang dia ciptakan. 

Posisikan diri anda sebagai pengamat bukan sebagai yang mengalami (ini masih PR buat saya, karena sampai tulisan ini dibuat saya masih sering menjadi yang mengalami bukan yang mengamati).

Yang saya tuliskan di atas bukanlah memaklumi, tetapi menyadari.

Apakah anda sadar kalau anda sedang marah? Apakah anda akan membalas marah dengan marah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun