Mohon tunggu...
andre irwansyah
andre irwansyah Mohon Tunggu... penulis -

me, just simple man yang hanya ingin berekspresi dan melihat Indonesia menjadi lebih baik dimasa mendatang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pro-Kontra Perayaan Kartini 21 April

21 April 2015   01:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:51 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

RA. Lasminingrat merupakan tokoh wanita intelektual pertama sebelum RA Kartini lahir. Lasminingrat lahir di Garut, Jawa Barat pada tahun 1843, sekitar 40 tahun sebelum RA. Kartini dan Dewi Sartika dilahirkan. Ia merupakan putri dari pasangan Raden Haji Muhamad Musa dan Raden Ayu Ria R.H.M Musa, penghulu daerah setempat sekaligus sastrawan Sunda dan yang terkenal pada jamannya. Ibunya, Raden Ayu Ria R.H.M Musa, selalu memperhatikan pendidikan untuk seluruh anaknya, termasuk anak-anak perempuan mereka.

Kendati demikian, mereka yang tidak setuju hanya bisa memperdebatkan dalam sesi seminar lokal dan dialog-dialog internal komunitas yang berada disatu wilayah tersebut, seperti perdebatan diwilayah Manggopoh, Agam Sumatera Barat yang terkenal dengan aksi hebat Siti Manggopoh dalam menumpas penjajah di perang Belasting.
Hadirnya para pejuang perempuan Indonesia sejak berabad-abad silam, dengan sejuta keberanian dan aksi-aksi hebatnya melawan penjajah, menunjukkan bahwasanya negeri ini merupakan Negara hebat yang sudah ditakuti sejah dulu kala.

Bagi mereka yang Pro, Raden Ajeng Kartini tetap merupakan sosok wanita kebanggaan yang telah berhasil mengangkat derajat dan harkat wanita Indonesia hingga berhasil menggapai hak kesetaraannya. Kartini tetap menjadi kebanggaan mereka dan sumber inspirasi perjuangan. Khususnya diera konvergensi media seperti sekarang ini.

Memang dalam menetapkan sesuatu seharusnya memikirkan keadilan dan kebesaran simbol yang mewakili seluruh pahlawan yang ada. Mungkin terlihat sederhana, sebuah hari peringatan yang ditetapkan dan dijadikan simbol secara nasional, namun untuk beberapa pihak dan kepentingan kebersamaan hal sederhana itu bisa menimbulkan efek besar, memicu kecemburuan dari masing-masing wilayah yang juga memiliki sosok pahlawan wanita hebat.

Pantas saja, dibeberapa wilayah enggan merayakan hari kartini pada 21 April, mereka lebih suka merayakan pada tanggal 22 Desember sebagai perayaan hari ibu dan perayaan hari seluruh pahlawan perempuan Indonesia, termasuk didalamnya Kartini.

Berikut nama-nama Pahlawan Perempuan dari alur dimensi yang berbeda ;
1. Malahayati, Berasal dari Kesultanan Aceh. Menjabat sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukamil Alauddin Riayat Syah IV. Memimpin 2000 pasukan Inong Bale (para janda pahlawan) mendapatkan gelar Laksamana karena berhasil membunuh komandan Belanda, Cornelis De Houtman dengan duel satu lawan satu.
2. Nyi Ageng Serang, Berasal dari Serang, Purwodadi, Jawa Tengah. Era perjuangan sejak 1752-1828 di Yogyakarta. Nyi Ageng Serang merupakan keturunan Sunan Kali Jaga mempunyai keturunan bernama Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara.
3. Christina Martha Tiahahu, berasal dari Nusa laut, Maluku. Lahir 4 Januari 1800, meninggal di Laut Banda, Maluku pada 2 Januari 1818. Berjuang melawan penjajah sejak usianya 17 tahun dan selalu konsisten serta berani.
4. Cut Nyak Dien, berasal dari lampadang, Aceh. Dimakamkan di gunung Puyuh, Sumedang. 1848-1908.
5. Cut Nyak Meutia, berasal dari Keureutoe, Aceh. 1870-1910. Dinobatkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden nomor 107/1964.
6. Ra. Laminingrat, berasal dari Garut, Jawa Barat. Pahlawan pergerakan emansipasi, pendidikan dan intelektual Indonesia pertama.
7. Raden Adjeng Kartini, berasal dari Jepara, Jawa Tengah. Lahir 21 April 1879, meninggal di Rembang , Jawa Tengah pada 17 September 1904. Dikenal sebagai Pelopor Kebangkitan Perempuan Pribumi.
8. Siti Manggopoh, berasal dari Manggopoh, Agam Sumatera Barat. Tahun 1908 melawan Belanda terhadap kebijakan ekonominya melalui pajak uang (belasting). Karena peraturan Belasting dianggap bertentangan dengan adat minangkabau, maka Siti Manggopoh memerangi Belanda dan dikenal dengan perang Belasting. Ia lantas didaulat sebagai Pahlawan Wanita Desa Manggopoh.
(and)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun