Mohon tunggu...
Mas Acung
Mas Acung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pematangsiantar

Aku tak mau dikenali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Versi Ayah

14 Mei 2023   17:41 Diperbarui: 14 Mei 2023   17:47 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir 2 jam kami bercerita, ternyata baru kuketahui bahwa dia adalah pria yang selama 2 tahun ini aku cari-cari. Yah, siapa lagi kalau bukan ayahku. Aku memang telah bersusah payah mencarinya tapi tak jua kujumpa. Hampir setiap orang yang kutemui, kuperlihatkan foto ayahku. Tujuannya agar aku mengetahui keberadaannya dan segera bertemu, karena aku ingin menyatukan kembali keluargaku.

Dua tahunku terasa sia-sia karena tak kunjung kutemukan dirinya. Di saat aku mencapai titik putus asa, barulah aku bertemu dengannya. Aku sudah hampir tak menginginkan keluargaku dapat kembali lagi. Tetapi, Tuhan berkata lain. Dia akhirnya mempertemukan kami dalam situasi yang tak kuduga. Belakangan baru kusadari, bahwa saat pencarianku itu, ada orang-orang yang lebih membutuhkan pertolongan-Nya daripada diriku ini. Satu yang aku yakini bahwa Tuhan memperhitungkan ketulusan hati.

 Sejak saat pertemuan itu, aku perlahan-lahan mempertemukan ayah dan ibu yang telah berpisah beberapa tahun lalu. Dan akhirnya aku berhasil.

Aneh. Tiba-tiba saja memoriku memutar peristiwa penting dalam hidupku. Tentu, bukan peristiwa percintaan tetapi peristiwa kembalinya "rumahku" yang selama ini terbagi menjadi puingan. Mestinya kalian mengerti apa yang aku maksud dengan "rumahku". Benar. Kalian benar. Itu adalah istilah yang kugunakan untuk menyebut keluargaku. Puingan itu adalah lambang tercerai berainya keluarga kami. Tetapi kini "rumah" itu sudah tersusun kembali. Yah, apalagi kalau bukan berkat rahmat-Nya. Aku juga bersyukur punya ayah hebat. Belakangan baru kutahu alasan dirinya meruntuhkan keluarga kami. Bagiku itu pilihan yang bijak melihat nyawa menjadi ancamannya. Walau aku sempat mengutuk ayahku, akhirnya kubatalkan kutukan itu karena aku sadar ayah mencintai kami dengan caranya sendiri.

Biodata Singkat

 Pedro Nainggolan adalah pria berkulit hitam, kelahiran Tarutung 2001. Dia anak keenam dari enam bersaudara. Lelaki ini sangat senang dengan dunia tulis menulis. Baginya, menulis adalah bagian dari hidupnya. Saat ini, penulis sedang menempuh pendidikan di STFT St. Yohannes Pematang Siantar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun