Dingin semalam menusuk hingga bulu kuduk berlomba untuk tidak kalah merinding dan saya pun tidak bermaksud sia-siakan malam tadi, kebetulan sempatkan waktu sebentar mondar mandir yang tidak jelas.
Tidak terlepas dari julukan tempo hari Malang yang sangat di kenal dengan kota yang dingin tentu jadi peluang dan kesempatan besar untuk buka kedai Kopi yang isinya pasti ada minuman dingin (es ) juga.
Jangan heran isinya kota ini pun sudah penuh dengan ribuan mahasiswa luar daerah yang berburu pengetahuan dan tidak lupa juga tempat ngopi untuk refresing sekaligus bersantai, bahkan ada yang mendadak jadi pecinta kopi meski itu hanya ikutan ramai biar kren karna nongkrongnya di caffe istilah masa kini.
Setelah putar-putar saya pun mampir ke salah satu kedai kopi, tjangkir 13 nama kedai itu. Ternyata bukan sekedar tempat nikmati kopi saja, ada hal menarik disana orang-orang muda lagi berkumpul bicara tentang "merawat Indonesia" yang berbudaya.
Ini menarik meski dari ribuan mahasiswa, sedikit yang masih mau bergabung dan mau diskusi soal hal begini, karena Game online masih lebih bagus, seru dan lebih menarik.
Saya hanya menyimak karena merasa ilmu saya belum juga sampai ke pembahasan itu. Sedikit mengingat kejadian-kejadian yang sudah lewat namun tetap mengakar (Dejavu) di benak orang Nusantara yang dulu hidup penuh dengan damai dan bahagia ini.
Sebenarnya apa yang mereka perebutkan di Nesos (kata plato) yang sebagian hilang ini?? Buang jagung tumbuh sendiri, hari ini hasil panen habis besok tanam lagi, air tidak perlu cari, daging tinggal masuk hutan.
Atau karena mereka hanya ingin seperti raja Firaun????
Tentu hampir semua manusia menginginkan hidup damai, rukun dan bergotong royong. Dan belum tentu bagi mereka yang sedang berebut kekuasaan dan harta, disini mungkin beberapa yang menemukan jalan untuk hidup damai tanpa konflik sedikit pun. Apresiasinya seperti yang dilakukan oleh orang-orang muda yang saya temui.
Simple kan????
Jadi biarkan saja mereka pakai istilah cebong dan kampret, untuk saling menyerang. kita yang masih bsrpikir waras tidak usah ikut-ikutan sebab yang sudah di wariskan oleh leluhur kita nanti bisa saja kita lupakan.....
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H