Mohon tunggu...
Ardy Tarigan
Ardy Tarigan Mohon Tunggu... -

Football | Music | GIS & Remote Sensing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebhinekaan Laiknya Genre Musik

22 Desember 2016   14:51 Diperbarui: 22 Desember 2016   23:56 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: musicgenreslist.com)

Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini memudahkan kita untuk mendapatkan informasi secara cepat. Banyak keuntungan yang didapatkan dalam era kemajuan teknologi saat ini, dimana kita dapat mengakses apapun, dimanapun dan kapanpun hanya dengan ibu jari dan smartphone. Bagai dua sisi mata uang, informasi yang kita dapatkan tidak melulu tentang informasi yang baik, akan tetapi informasi yang menyesatkan juga akan banyak bertebaran di dunia maya. 

Informasi mengenai hasutan, sebaran kebencian, dan hal-hal yang bersifat destruktif sangat mudah kita temui. Hal ini diperparah dengan saling share informasi yang menyesatkan tersebut melalui media sosial. Memang pepatah “Sharing is Caring” itu benar, tetapi dalam hal ini akan berubah menjadi “Sharing is Destroying”.

Entah fenomena apa yang sedang terjadi saat ini, dimana beberapa kalangan terus mencari pembenaran untuk apa yang mereka yakini. Hal ini baik, jika yang diyakini adalah sesuatu yang benar dan dilakukan dengan cara yang tepat pula. Akan tetapi, yang banyak terjadi lebih banyak dilakukan dengan cara yang kurang tepat, sehingga menimbulkan saling serang dan saling menjatuhkan. Yang lebih menyedihkan, itu semua terjadi hanya lewat dunia maya. Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa saling menghargai perbedaan antara satu dengan yang lain, atau mungkin kebanyakan dari kalangan ini terlalu sering mendengarkan lagu “Seek and Destoy” yang dinyanyikan band Metallica? Who knows sih.


Berbicara soal band, perbedaan juga banyak terdapat pada musik. Contoh sederhananya adalah perbedaan genre/aliran musik. Terdapat genre Pop, Rock, Metal, Reggae, EDM dan masih banyak lagi. Yang menjadi catatan adalah, sebuah genre tidak akan pernah bisa berbohong tehadap apa yang mereka sampaikan. Atau dengan kata lain seorang pemusik tidak akan bisa berbohong atau mengaku mereka bergenre pop, apabila musik yang mereka mainkan adalah musik dengan genre metal, begitu sebaliknya. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi saat ini, kita bisa berkata A padahal yang terjadi sebenarnya adalah B, sehingga informasi yang menyesatkan sangat mudah ditemui.

Sebenarnya tidaklah menjadi masalah ada atau tidaknya macam-macam genre, toh penggemar melihat dari  yang membawakan, bukan genre yang dibawakan. Seperti yang pernah dikatakan oleh Erix Soekamti, “Kamtis family itu ada karena Endank Soekamti ada, OutSIDer pun ada karena Superman Is Dead (SID) ada, bukan karena sebuah genre”.

Hal diatas dapat diibaratkan dengan masyarakat kebanyakaan saat ini terutama di media sosial, yang lebih melihat genre (suku, ras dan agama) sebagai faktor utama untuk menilai seseorang, bukan melihat dari bagaimana pribadi seseorang sebenarnya. Ini juga akan sangat berbahaya jika sebuah pertemanan mempunyai hubungan ganda. Artinya, pertemanan yang  dijalin di dunia nyata sangatlah berbanding terbalik dengan yang terjadi di dunia maya (media sosial). Dimana yang awalnya saling rangkul di dunia nyata, seketika itu pula bisa saling menusuk saat berada di dunia maya.

Berpendapat diperbolehkan untuk semua orang karena itu bagian dari hak setiap warga negara, selama dilakukan dengan cara yang tepat itu sah-sah saja. Akan tetapi jika dengan cara yang kurang tepat hal ini bukan hanya sekedar menjadi sebuah pendapat, lebih jauh dari itu juga melibatkan perasaan bagi orang lain. Memang perlu kedewasaan bagi seorang pembaca untuk mensikapi sebuah pendapat dari seseorang, akan tetapi kedewasaan orang yang berpendapat pun perlu diperhatikan agar lebih bijak dalam mengutarakan pendapatnya.

Jadi, jika berbagai genre musik yang berbeda-beda saja bisa dipadukan hingga menghasilkan harmoni yang indah, bukankah seharusnya kita pun bisa demikian?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun