Namun, perlu untuk kita ketahui hal ini berdampak pada kondisi masyarakat dimana beberapa diantaranya cenderung menggunakan gawai atau ponselnya secara berlebihan sehingga bersikap acuh terhadap lingkungan sekitarnya hal tersebut dikenal dengan istilah phubbing (phone snubbing).
Dampak dari Menuntut Ilmu Tanpa Bimbingan
Dampak dari kemajuan teknologi dengan dakwah, juga dapat kita lihat dengan kondisi masyarakat saat ini yang menjadi fokus hanya kepada ilmu atau informasi yang diperoleh di internet tanpa mencari penjelasan terkait informasi tersebutkepada guru atau pembimbing yang paham akan ilmu tersebut. Inilah yang terkadang menyebabkan adanya perbedaan pendapat antara sesama umat islam dikarenakan informasi yang diperolehmasyarakat diterima begitu saja tanpa ditelaah terlebih dahulu, sehingga mengabaikan apakah ilmu yang diperoleh adalah shahih(benar) atau malah bathil (palsu). Sebagaimana saat ini sedang marak penyebaran isu-isu hoaks. Sadar akan hal tersebut, kita sebagai umat muslim dalam hal ini sebagai objek dakwah atau mad’u harus menelaah informasi-informasi yang didapat melalui media untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran. Satu hal yang perlu dipahami dalam hal ini bahwa Islam tidak hanya mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu, melainkan juga memberi dorongan serta arahan agar dengan ilmu yang diperoleh manusia dapat menemukan kebenaran hakiki dan mendayagunakan ilmunya kepada jalan yang benar.
Bagaimana Ajaran Islam dalam Berdakwah dan Menuntut Ilmu?
Melalui perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, peran para da’i dituntut harus mampu memanfaatkan teknologi dalam menyampaikan dakwahnya dengan menyampaikan informasi yang tepat dan jelas untuk menghindari hal-hal yang disebutkan daiatas. Tentunya seorang da’i juga dapat menjadikan media internet untuk mengundang jamaah mengikuti taklim sehingga dapat terjadi komunikasi secara langsung antara masyarakat dengan da’i-nya, tidak hanya melalui media sosial. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa menguraikan Al-Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)
Dari hadist diatas sangat berkaitan dengan pembahasan ini yaitu bahwa seseorang yang belajar dianjurkan untuk memiliki pembimbing, tidak hanya belajar melalui buku atau internet secara otodidak, sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi. Karena dengan adanya penjelasan dari guru atau pembimbing,maka akan menghidarkan kita dari kesesatan dan fitnah, serta menjaga dari pemikiran yang keluar dari pikiran kosong, tanpa dalil dan penjelasan dari seorang yang memahami hal tersebut.
Maka dengan itu, perbedaan pendapat diantara sesama umat muslim dapat terhindarkan, karena sesungguhnya ajaran agama Islam butuh penjelasan untuk menerapkannya dalam. Ada banyak hal yang seringkali menjadi perdebatan diantara umat islam, baik itu terkait urusan ibadah maupun akidah yang dapat menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu, untuk menjadikan umat Islam dapat menjunjung tinggi rasa persaudaraan dan silaturrahmi yang baik dalam menjadikan Islam yang kaffah, Islam yang satu dan menyeluruh, sehingga perlunya tuntunan dari para ulama, udztadz, maupun guru yang memahami ajaran Islam dengan baik.