Mohon tunggu...
Toni Aprianto
Toni Aprianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sepatah Kata "Rindu" untuk SBY

7 April 2017   06:41 Diperbarui: 7 April 2017   16:00 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata "Rindu" Pada SBY

Jika melihat kondisi tersebut, entah kenapa fikiran saya kembali kebeberapa tahun lalu. Dimana saat itu SBY masih menjadi Presiden, dan saat itu pula saya menjadi aktivis mahasiswa. Namanya juga mahasiswa, jiwa pemberontaknya sangat tinggi dan sudah tidak terhitung saya melakukan aksi unjuk rasa. Bermacam cerita dan alat kami gunakan mengkritik habis-habisan kebijakan SBY.

Kata-kata yang sepatutnya tidak pantas diucapkan mungkin pernah keluar saat itu. Bermacam spanduk, poster hingga keranda mayat pernah kami tampilkan dalam memprotes SBY. Mungkin tak terhitung pula rapat yang dilakukan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu, walaupun saat ini saya pahami kami hanya diperalat oknum tertentu saja.

Mengingat kembali kenangan lalu, seingat saya tidak ada satupun aktivis baik dilevel nasional maupun daerah yang ditangkap karena dugaan makar. Bahkan saat telah menyelesaikan studi, ada gerakan mencabut mandat SBY yang digembar-gemborkan sebagian pihak didepan umum, tapi mereka tidak ditangkap karena dugaan makar.

Meski kami berulangkali mengecam pemerintah, tapi tidak ada yang ditangkap kecuali diamankan karena membuat kericuhan. Kebebasan berfikir dan berbicara tersebut membuat saya berani mengatakan kalau era SBY adalah masa dimana demokrasi sebenarnya tumbuh dan berkembang. Keadilan akan penegakan hukum juga lebih dirasakan masyarakat. Meski Demokrat adalah partai penguasa, tapi lihatnya kader mereka yang tersandung kasus tidak mendapatkan perlindungan dari SBY. Padahal jika memikirkan kepentingan partai, seharusnya SBY menghalal segala cara demi mempertahankan kemenangan di Pileg. Tapi hal itu tidak dilakukan.

Kalau SBY mau saya rasa tidak sulit untuk membebaskan mereka seperti era sekarang membebaskan orang yang mereka inginkan. Tapi SBY sosok yang mengedepan hukum adalah panglima bukan politik.  

Pak SBY, meski dulu para demonstran membawa seekor kerbau saat mengkritik dirimu, tapi engkau tidak dendam dan kalap mata. Saya yakin, tidak ada satu orang manusiapun apalagi seorang kepala negara mau dan tidak sedih disamakan dengan seekor binatang. Tapi, pak SBY bisa melewati itu dengan tenang. Dan saya tidak mendengar ada salah satu aktivis dalam kelompok demonstrans tersebut yang ditangkap.

Saya ingat betapa kerasnya media massa ataupun media sosial mengkritik anda. Hampir tidak pernah ada waktu istirahat bagi pengkritik anda, tapi tidak pernah saya dengar ada yang ditangkap atau diblokir begitu saja. Sangat berbeda dengan yang saya lihat dan rasakan saat ini.  

Jujur, saya rindu dengan SBY. Rindu akan kepastian hukum, rindu akan keadilan, rindu akan sosok yang tenang, rindu dengan sosok yang tidak menggunakan penegak hukum demi melanggengkan kekuasaan dan membungkam pengkritik. Semoga pemimpin sekarang dapat belajar dari kebaikan masa lalu, dan menjaga amanah yang telah diberikan rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun