Kebisingan (noise) didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan. Kebisingan merupakan produk dari urbanisme dan teknologi. Oleh sebab itu, kebisingan lebih banyak terjadi di perkotaan. Menurut United Nation Population Division (2018), 68% populasi dunia akan tinggal di perkotaan hingga akhir tahun 2050, dengan dominasi peningkatan sebesar 90% terjadi di Asia dan Afrika. Kebisingan tidak hanya berdampak kepada manusia, tetapi juga pada bangunan dan lingkungan sekitarnya.
Nah, kali ini akan dibahas satu-persatu mengenai dampak buruk kebisingan pada manusia, lingkungan, dan bangunan itu sendiri.
DAMPAK PADA MANUSIA
Kebisingan yang didengar secara kontinu atau terus-menerus oleh manusia dapat menimbulkan beberapa dampak buruk secara psikologis maupun fisik.
Gangguan kesehatan mental atau psikologis yang dapat timbul adalah gangguan emosional, gangguan konsentrasi, bahkan gangguan tidur. Dari gangguan-gangguan tersebut berujung pada berkurangnya produktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Kebisingan pada frekuensi rendah dengan tingkat kekerasan yang tinggi lebih mengganggu dan akan memengaruhi perilaku seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan ini dapat mengakibatkan timbulnya sifat agresif dan defensif pada seseorang. Sifat agresif yang terjadi yaitu menjadikan seseorang menjadi cepat marah dan berperilaku kasar. Sifat defensif tersebut menjadikan seseorang sulit menerima kritik atau masukan dari orang lain atau menjadi tidak peduli dengan lingkungan.
Tidur adalah kebutuhan dasar yang harus terpenuhi bagi manusia. Jika waktu tidur tidak terpenuhi di malam harinya maka akan mengganggu konsentrasi menyebabkan penurunan energi dalam beraktivitas hingga beberapa hari. Untuk menghindari kualitas tidur yang buruk, paparan kebisingan kontinu di dalam ruang tidur tidak boleh lebih dari 30 dB (World Health Organization, 1999). Kualitas dan kuantitas tidur yang kurang baik dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi kognitif dan dapat menyebabkan efek psikologi pada seseorang.
Menurut NIOSH (National Institute for Occupational Safety & Health), kebisingan maksimum secara kontinu yang diperbolehkan bagi manusia adalah sebesar 85 dBA dalam durasi kurang dari 8 jam sehari. Â Jika lebih dari itu, maka dampak yang terjadi adalah penurunan fungsi pendengaran pada manusia.
Kebisingan yang berlebihan juga berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskuler, karena kebisingan dapat mengaktifkan hormon dan saraf tanggapan yang dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
DAMPAK PADA LINGKUNGAN (EKOSISTEM)
Salah satu contoh dampak kebisingan yang berpengaruh pada kelangsungan ekosistem adalah kebisingan akibat pengeboran minyak lepas pantai (offshore exploration).
Kegiatan pengeboran minyak lepas pantai ini menghasilkan getaran suara yang cukup besar dari alat-alat berat, suara yang dihasilkan akan merambat ke dalam air. Hal ini memengaruhi kehidupan laut khususnya mamalia laut (paus, lumba-lumba, dan sebagian ikan lainnya) yang bergantung pada suara untuk mencari makan, berkomunikasi, dan berkembang biak.Â
Jika efek ini terus berlanjut maka spesies tersebut sulit menemukan makanan dan berkembang biak dalam radius area 100.000 m2 sehingga banyak spesies akan punah karena gangguan suara tersebut. Belum lagi polusi yang ditimbulkan, minyak yang tumpah dan sejenisnya juga bisa merusak biota laut. Semoga pihak-pihak terkait juga bertanggungjawab untuk tetap melestarikan lingkungan terdampak.
DAMPAK PADA BANGUNAN
Tahukah kamu bahwa kebisingan juga dapat menimbulkan dampak pada bangunan itu sendiri?
Kebisingan akibat getaran yang cukup besar dapat mengakibatkan kerusakan struktur bangunan. Hal ini dapat memengaruhi umur bangunan. Getaran dapat berasal dari alam atau manusia. Getaran dari alam misalnya gempa bumi, sedangkan getaran yang timbul dari manusia contohnya dari alat-alat mesin besar juga kendaraan besar yang melintas di jalan raya.Â
Cara mengantisipasi kerusakan pada bangunan adalah dengan melakukan dekopling dengan cara menambahkan material peredam getaran pada saat proses pembangunan. Jika bangunan sudah terlanjur terbangun, akan sulit untuk dilakukan strategi dekopling getaran. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan struktur dan strategi dekopling saat awal pembangunan.
Bukan hanya bangunannya yang rusak, tetapi peralatan-peralatan di dalam bangunan juga bisa mengalami degradasi fungsi jika terpapar getaran secara terus menerus. Peralatan-peralatan elektronik seperti TV, mesin cuci, AC, alat-alat kesehatan di rumah sakit, dan lain-lain ketika terpapar oleh getaran dari luar secara terus-menerus akan mengurangi masa pakai peralatan tersebut.
Dampak getaran/vibrasi kereta api terhadap masyarakat yang bermukim di sekitar rel kereta api terutama terjadi pada bagian organ-organ tertentu seperti: dada, kepala, rahang, dan persendian lainnya. Di samping rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan osteoartritis tulang belakang.
Getaran juga dapat menimbulkan efek vaskuler dan efek neurologik, meskipun belum ada penelitian atau pengujian yang cukup definitif getaran diduga dapat menyebabkan perubahan atau peningkatan tekanan darah yang pada tingkat tertentu dapat mengakibatkan hipertensi (Harrington dan Gill, 2005). Sehingga diperlukan peredam getaran, bukan?
Itu lah beberapa dampak negatif dari kebisingan dan getaran. Mari lebih berhati-hati dan peduli terhadap lingkungan ya, Sobat Akustik!
Apakah kebisingan dan getaran memiliki manfaat? Tunggu di pembahasan Acourete selanjutnya, ya!
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H