[caption id="attachment_270540" align="aligncenter" width="300" caption="Taman sekitar tempat tinggal kami yang porak-poranda (Bukit Batok)"][/caption]
Hujan akhirnya mendatangi Singapura. Setelah beberapa lama berkabut asap, hingga mencapai level PSI (pollutant standards indexs) tertinggi 400 dihari jumat lalu, akhirnya sore ini (selasa, 25 juni 2013) mendungpun datang, dan…hujan! Tapi siapa yang menyangka, hujan ini terasa mengerikan sekali. Hujan deras ini bukan hujan deras biasa, hujan disertai angin yang berhembus kencang, ditambah dengan batu es berjatuhan dari langit. Apa?? Ya, hujan es baru saja melanda Singapura.
Selama merasakan tidak nyaman karena kabut asap, tidak dipungkiri, saya ingin sekali datang hujan disini (Singapura). Tapi hujan yang ditunggu tidak juga mampir kenegeri Merlion ini. Padahal dihari biasa sering sekali hujan. Manakala, di Jakarta hanya hujan rintik, di Singapura hujan deras. Dilain waktu di Jakarta panas, di Singapura mendung, dan seringnya hujan meski hanya rintik-rintik, atau ketika Jakarta hujan lebat maka di Singapura juga ikut hujan, meski tidak lebat. Nah, pas didatangi kabut asap, seminggu ini belum juga turun hujan. Ditambah lagi dengan suhu diatas 30 derajat lebih! Jadi, turunnya hujan sangat ditunggu-tunggu agar udara bisa bersih setelah kabut asap parah melanda Singapura.
[caption id="attachment_270542" align="aligncenter" width="300" caption="Pohon tumbang disekitar tempat tinggal kami (Bukit Batok)"]
Hari selasa ini (25 juni 2013), disiang hari suhu mulai turun. Dari yang tadinya bertengger diangka 30 derajat-an, mulai menurun. Mendungpun sudah mulai terlihat, perlahan tapi pasti, akhirnya awan hitam terbentuk disekitar tempat tinggal kami. Dan…rintik hujanpun mulai turun disertai dengan petir dan kilat. Wah…saya mulai merasa senang akhirnya hujan yang ditunggu datang juga. Tapi makin lama hujannya membawa angin yang begitu kencang hingga bersuara gaduh dan sangat mengerikan. Mulailah saya was-was dengan keadaan seperti ini.
Kurang lebih jam 3 sore, hujan deras disertai angin kencang melanda. Mulanya saya tak khawatir, hanya butuh menutup jendela saja agar air hujan tak masuk kedalam rumah. Lama-lama karena kencangnya angin yang berhembus, meski jendela rumah ditutup, namun tetap saja mampu menelusup kedalam rumah hingga pintu-pintu didalam rumah ikut bergetar-getar (padahal pintu dalam posisi ditutup semua) dan gaduh karena didorong angin. Saya mulai merasa takut, takut kalau mungkin saja ada angin tornado. Makin lama suasana semakin mencekam, hanya terdengar suara angin yang begitu gaduh diluar sana, dan saya sangat takut bilamana mengingat kembali suara-suara angin itu. Yang lebih mengejutkan lagi, dari jendela yang tertutup rapat, air hujan bisa masuk begitu saja kedalam rumah. Baru pertama kali ini saya mengalaminya, banjir didalam rumah, karena hujan diluar sangat deras ditambah dengan angin yang kencang. Maka sayapun dibuat sibuk dengan mengamankan barang-barang, membuang air yang masuk kedalam, dan mengeringkan lantai. Tidak hanya didalam rumah saja, dilorong depan rumahpun ikut-ikutan banjir, dan tanaman yang saya punya roboh dari potnya. Masih beruntung, tanaman yang ada diatas saya ikat, sehingga tidak ikut-ikutan jatuh kebawah.
Hujan yang ditunggu itu ternyata memporak-porandakan tempat sekitar. Setelah reda, betapa kagetnya saya melihat pemandangan yang ada diluar, pohon-pohon banyak yang tumbang, banyak sampah daun berserakan dimana-mana, tempat-tempat sampah dan tempat pembakaran ada yang roboh. Dan ternyata, tidak hanya tanaman saya saja yang roboh, tanaman orang-orang sekitar juga sama seperti saya, banyak yang roboh dan jatuh bersama potnya, atau terangkat dari potnya.
Setelah hujan reda dan langit cerah kembali, banyak orang yang keluar rumah berada ditaman-taman. Ya, mereka hendak melihat apa yang telah terjadi diluar sana setelah hujan hebat melanda barusan. Banyak yang langsung ambil foto dengan keadaan disekitar yang sangat berantakan sekali. Termasuk saya juga, saya tertarik untuk turun melihat, berjalan menyusuri taman-taman, dan melihat keadaan sekitar setelah hujan tadi. Sampai dibawah tak sengaja bertemu dengan seseorang yang saya kenal sebagai pelayan disalah satu hawker yang berjualan minuman di pasar. Saat itu si paman ini sedang pulang kerja, begitu melihat saya langsung berkata, “saya lihat tadi hujan es, kecil-kecil es berjatuhan”. Berulang kali si paman itu mengatakan hal yang sama. Dari raut wajahnya tampak rasa kaget, terkejut, juga agak takut dengan hujan es itu. “ini pertama kalinya di Singapura hujan es”, begitu katanya. Sayapun hanya mengangguk-angguk saja, karena saya baru mengalaminya untuk yang pertama kali selama tinggal di Singapura ini. Dan baru saya menyadari kalau barusan yang terjadi adalah memang benar-benar hujan es, pantas saja sewaktu hujan, kaca-kaca jendela seperti dilempari batu. Tapi saya yang tak memperhatikan, dikarenakan sibuk berjibaku dengan air yang menelusup melalui sela-sela jendela. Selain itu saya sendiri takut meski hanya untuk sekedar membuka jendela dan melihat keluar, benar atau tidak hujan es yang menhantam kaca jendela kami.
Seperti yang diberitakan (yahoo! News), memang hujan ini sudah dimulai sekitar jam 3 sore. Jurong dan Bukit Batok adalah wilayah Singapura bagian barat yang terkena hujan es ini. Nah, tempat tinggal saya ada di Bukit Batok, jadilah hujan lebat yang baru saja melanda memang benar adanya hujan es, meski kecil-kecil. Sebenarnya hujan es ini bukan yang pertama kali terjadi, seperti yang dikatakan kenalan saya tadi. Tapi hujan es yang disertai dengan angin kencang ini sudah pernah terjadi sebelumnya, yaitu ditahun 2008 lalu (27 maret 2008). Jadi, sejak lima tahun yang lalu, kini hujan es kembali terjadi.
Hujan yang diharapkan ternyata datang melebihi dari apa yang minta. Namun begitu saya tetap bersyukur…sudah hujan. Meski mengerikan dan membuat saya takut, tapi rasanya setelah hujan reda ini, udara terasa lebih sejuk dibandingkan dengan hari-hari kemarin dengan cuaca yang panas sekali hingga menyentuh 35 derajat suhunya..Kini hidungpun mulai terapi dengan kesegaran bau-bau tanah dan bau dedaunan yang tersiram air hujan setelah seminggu lamanya harus tersiksa dengan bau asap. Namun begitu tetap mengejutkan buat saya, siapa yang menyangka, setelah kabut asap mendera, cuaca berubah menjadi hujan es! Maka sekarang, selain harus menggunakan masker, harus menggunakan helm...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H